Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Waktu Anakku TK

18 November 2022   16:36 Diperbarui: 18 November 2022   16:38 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, mau di masukkan dalam group teman-teman TK anak-anak kita?"

Aku menerima pesan singkat dari salah satu orang tua teman TK dan SD anak pertama saya yang sudah lama tidak pernah ada kabar beritanya. Memang media sosial saat ini adalah ajang silaturahmi yang baik apabila kita bisa menggunakan dengan bijaksana. Banyak dari teman-teman sekolah atau teman kerja ataupun kerabat yang sudah lama tidak ada kabarnya bisa ditemukan di media sosial.

"Mau bu sekalian silaturahmi setelah hampir duapuluh tahun kita terpisah"

Baca juga: Kenangan di TK

"Siyap bu"

Dalam hitungan menit sudah terbentuklah sebuah WA groupnya. Kami saling sapa dan mengirimkan foto anak-anak waktu masih kecil dan setelah dewasa. Tapi ada juga bebarapa yang tidak mau membagikan kisahnya.

Jadi teringat kisah waktu anakku TK. Saya tidak mengantarkannya setiap hari karena waktu itu saya masih aktif bekerja, jadi tugas mengantarkan digantikan oleh bapak saya yang sudah pensiun. Bapak sangat bahagia mengantarkan anak saya karena anak saya adalah cucu pertama dari keluarga. Saya hanya mengantarkan pada hari Sabtu saja.

Baca juga: Masa Kecilku

"Bu, tadi Ana dapat hukuman berdiri di depan kelas karena ngobrol terus sama Vira teman sebangkunya" mama Fani memberkan kabar pada kami yang kebetulan sedang ngobrol rame-rame di aula sekolah yang memang diperuntukkan orang tua murid menunggu. Fani masih harus melihat muka mama nya kalau mulai masuk sekolah hingga hampir jam pulang sekolah.

Saya dan mama Vira hanya senyum-senyum saja

"Biar jadi pembelajaran anak-anak bu. Bunda kan pasti memberikan pembelajaran yang terbaik bagi anak kita" kata saya

"Ho'oh" sambung mama Vira

Bunda adalah sebutan untuk para pengajar TK anak kami. Bersyukur saya menyekolahkan anak saya di sini karena semua gurunya sabar dalam menghadapi anak. Guru selalu memberikan informasi tentang perkembangan anak day to day.

"Tadi di kelas ngapain sayang?" tanyaku pada Ana sepulang sekolah

"Enak tau bu"

"o ya, diajari apa sama bunda kok kamu senang begitu? Bernyanyi, berhitung atau hafalan?" tanyaku menyelidik. Dalam hati heran saja, bukannya tadi kata mama Fani info kalau Anna di setrap.

Dengan polosnya Ana tersenyum dan bercerita "Bu, aku mau cerita deh tadi di kelas"

"O boleh. Ayolah cerita. Ibu mau mendengarkan"

"Tadi kan dikelas aku ngobrol rame-rame sama Vira dan teman -- teman yang lain, kan satu kelompok bangku ada  4 teman aku. Tapi terus yang lain diem tu karena bunda ngasih tau jangan ngobrol, eh tapinya aku sama Vira keasyikan bu. Ngobrolnya nggak bisa berhenti karena seru sih. Vira cerita lucu-lucu dan aku berdua tertawa-tawa waktu bunda lagi mengajari berhitung"

Ana berhenti sejenak meneguh air putih yang dislempang di bahunya. Dia tampak kehausan. Saya masih dalam batas sabar mendengarkan ceritanya.

"Terus abis itu saya sama Vira disuruh ke depan sama bunda. Berdiri di depan. Seru tau bu pas berdiri di depan. Kan jadinya aku sama Vira kayak bu guru"

"Iya mama Ana, aku juga suka di depan berdiri berdua diem-diem kayak bu guru kita ya An?" sambung Fira yang juga lagi berdiri di depan sekolah sambil menunggu mobil jemputan datang.

Aduh ini bundanya pinter banget ya, menjadikan hukuman sebagai sesuatu yang tidak membebani psikologi anak sama sekali.

"Ana dan Vira, tau nggak kenapa kalian disuruh berdiri di depan?" tanyaku

"Taulah" jawab mereka kompak

"Kenapa hayo"

"Ya karena aku sama Vira bercerita sendiri dan ngobrol nggak berhenti-berhenti saat bunda sedang mengajari berhitung dan tambah-tambahan. Kan aku sudah bisa ya kan Vir, makannya aku ngobrol saja"

Aduh anak-anak ini bener-bener nggak tau ya kalau berdiri di depan itu adalah hukuman

"Sayang, coba dengerin ibu ya. Kalau kamu sama Vira berdiri di depan itu artinya kalian dihukum karena kalian melanggar peraturan"

"Enggak kok. Bunda nggak bilang kita dihukum. Ya kan Vira?"

Vira hanya menganggukkan kepala sambil makan roti sisaan bekalnya.

"Benar kata mama Ana sayang. Kalian nggak boleh ngobrol saat bunda menjelaskan pelajaran, jadinya disuruh berdiri di depan kelas kan" tambah mama Vira ikut menjelaskan

"Tapi aku suka mama, aku nggak dimarahi tapi aku cuma disuruh berdiri saja dekat bu guru katanya biar cepet bisa. Ya kan An. Dan kita kan emang sudah bisa kan?"

Biasanya memang saya suka komunikasi ke gurunya pelajaran yang akan diajarkan disekolah jadi malam harinya Ana sudah saya ajari sehingga di kelas tidak mengalami kesulitan.

Beberapa kali saya dan mama Vira menjelaskan tentang hukuman berdiri di depan kelas dengan bagasa yang dipahami anak-anak TK, meskipun bu guru bilang itu bukan hukuman.

"Oooo jadi itu namanya kita tidak boleh ngobrol ya bu?"

"Iya sayang. Biar kamu nggak di suruh berdiri di depan kelas lagi"

"Iya deh, aku janji"

"Ayok naik ke mobil jemputan. Itu pak sopir sudah menunggu"

"Daaa Vira, aku sama ibu aku pulang dulu ya"

Sekarang Ana sudah jadi putri yang dewasa dan sudah bekerja. Setiap saya cerita kejadian itu dia nggak percaya "Emang iya bu" hahaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun