Mohon tunggu...
Sri leliana
Sri leliana Mohon Tunggu... Guru - GURU UPT SPF SMPN 16 BULUKUMBA

Banyak hal menari yang ingin ku ceritakan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Antara Budaya dan Ambisi: Ketika Politik mengusik Bahasa dan Sastra Bulukumba

2 Januari 2025   17:22 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:22 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di tengah derasnya arus politik tahun 2024, masyarakat Bulukumba perlu bersikap kritis terhadap pengaruh yang mengusik nilai-nilai budaya. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kelestarian bahasa dan sastra lokal:

  1. Pelestarian Bahasa Melalui Pendidikan
    Pemerintah daerah dan lembaga pendidikan harus mendorong penggunaan bahasa Bugis dan Konjo di sekolah, baik melalui mata pelajaran khusus maupun kegiatan ekstrakurikuler. Festival budaya yang melibatkan generasi muda juga dapat menjadi langkah efektif untuk memupuk kebanggaan terhadap bahasa daerah.
  2. Memerdekakan Sastra sebagai Kritik
    Komunitas sastra lokal harus didukung untuk terus berkarya dengan kebebasan penuh. Sastra tidak boleh dikooptasi oleh kepentingan politik, melainkan tetap menjadi alat kritik dan refleksi sosial. Pemerintah dapat memfasilitasi lokakarya, penerbitan, atau festival sastra tanpa intervensi politik.
  3. Menguatkan Media Lokal yang Independen
    Media lokal harus menjaga netralitasnya dengan menolak intervensi politik. Selain itu, literasi media perlu ditingkatkan agar masyarakat mampu memilah informasi yang benar dan bermanfaat.
  4. Meningkatkan Kesadaran Kolektif
    Masyarakat perlu menyadari bahwa bahasa dan sastra adalah warisan budaya yang harus dijaga bersama. Partisipasi aktif dalam kegiatan budaya lokal dapat menjadi langkah nyata untuk melawan homogenisasi budaya yang diakibatkan oleh ambisi politik.

Penutup

Politik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, tetapi ambisi politik tidak boleh mengorbankan nilai-nilai budaya. Bahasa dan sastra Bulukumba adalah kekayaan yang harus dijaga dari pengaruh pragmatisme politik. Tahun 2024 seharusnya menjadi momen untuk memperkuat identitas budaya lokal, bukan sekadar panggung bagi para aktor politik untuk meraih kekuasaan.

Dengan komitmen bersama, Bulukumba dapat melindungi warisan budayanya dari ancaman homogenisasi dan manipulasi politik. Pada akhirnya, menjaga identitas budaya adalah cara terbaik untuk membangun masyarakat yang kuat dan berdaya di tengah dinamika politik modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun