Mohon tunggu...
SOVI MARIYANA
SOVI MARIYANA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Saya adalah guru kelas VI di sebuah sekolah dasar yaitu SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya sedang mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 5 selama 6 bulan, dan sudah berjalan hampir 3 bulan. Program tersebut adalah sebuah program peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi dibawah. Salah satu tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) adalah membuat berbagai kreatifitas baik berupa tulisan, video, poster, atau karya apapun yang berkolerasi dengan pendidikan. Menulis adalah salah satu hobi saya. Maka melalui PGP saya menuangkan hobi menulis saya, dan melalui media Kompasiana ini, saya ingin berbagi tulisan, pengalaman, dan cerita saya khusus dalam dunia saya sebagai aktor pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengolahan Sumber Daya

13 November 2022   18:38 Diperbarui: 13 November 2022   18:50 8457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modal politik (aktifitas dekmokrasi, SDM yang dapat mempengaruhi kebijakan), modal agama dan budaya (kegiatanritual  keagamaa, kebudayaan), modal fisik (ruang kelas, lab, ruang pertemuan, musolla, toliet, saluran pembuangan/air, alat transportasi, jalur komunikasi/transportasi, dll). Modal lingkungan/alam (potensi alam sekolah yang belum di olah, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dll) dan yang terakhir modal finansial (keuangan, pengetahuan bagaimana menghasilkan uang)

Senang sekali bisa mengenal dan mempelajari materi ini. Ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan saya sebagai guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Dengan materi ini, saya jadi tahu bahwa aset sekolah bisa dijadikan modal utama dalam mencapai sebuah visi sekolah dengan sukses. Bagaimana kita bijak dan trampil dalam mengelola aset sekolah dan memanfaatkan sebaik-baiknya secara bijak untuk mendukung pembelajaran yang berpihak pada murid, untuk membantu siswa menemukan kemerdekaan belajarnya, untuk menanamkan karakter mulia dan budi pekerti luhur ada siswa. 

Hal lain yang tak kalah menarik, bahwa aset ternyata tak hanya yang bagian dari sekolah yang berwujud, tapi juga yang tak berwujud, aset tak hanya yang ada dalam lingkungan sekolah atau terintegrasi dengan sekolah, tapi lingkungan alam, masyarakat, agama dan budaya, politik juga termasuk dalam 7 aset sebagaimana kerangka pemikiran dari Green dan Haines (dalam modul 3.2 PGP, 2022).

Sungguh ilmu baru yang menarik, lebih membuka wawasan saya sebagai seorang guru yang berperan menjadi pemimpin pembelajaran dan perubahan, dan saat ini dituntut untuk menjadi pemimpin dalam pengolahan sumber daya. Untuk mampu memimpin dalam pengolahan sumber daya  yang menjadi aset sekolah, maka sebagai bagian dari sekolah tersebut, wajib bagi saya untuk mengenali satu persatu bersama rekan guru dan warga sekolah lainnya, sumber daya apa saja yang telah dimiliki sekolah kami, yang kiranya akan menjadi modal utama bagi sekolah kami dalam mewujudkan visi sekolah, dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak dan murid dan membantu siswa mencapai kemerdekaan belajarnya. Dan berangkat dari mengidentifikasi kemudia mengklasifikasi aset-aset sekolah, maka kita akan dengan mudak menentukan, bagaimana aset-aset tersebut agar bisa dimanfaatkan, dikembangkan secara maksimal untuk kebutuhan dan kepentingan belajar siswa.

Dalam setiap perubahan, pasti ada kendala dan  hambatan. Hambatan dan kendala yang kami hadapi dalam memanfaatkan sumber daya sekolah adalah, pertama, kurangnya kesadaran warga sekolah untuk memaksimalkan potensi-potensi yang ada, sehingga potensi itu kurang dapat dirasakan manfaatnya, kurang dimanfaatkan secara maksimal. 

Kedua, kolaborasi yang masih kurang antar sesama komponen biotik dalam sekolah. Ketika kolaborasi kurang maksimal, maka apa yang menjadi tujuan dari kebermanfaatan aset sekolah tersebut kurang maksimal, bahkan ada aset-aset sekolah yang tidak dimanfaatkan  untuk mendukung proses pembelajaran yang berpihak pada murid.  Ketiga minimnya pengetahuan dan ketrampilan serta keterbatasan waktu dalam menggunakan dan memanfaatkan aset sekolah tersebut, misalnya dalam pengolahan sarana dan prasarana pembelajaran seperti lab, alat-alat peraga.

Berangkat dari identifikasi dan klasifikasi aset sekolah, hambatan-hambatan yang kami hadapi, dan manfaat besar yang bisa kami dapatkan dari aset-aset tersebut, kita harus memaksimalkan pemanfaatan, penggunaan aset aset tersebut, melalui perintah atasan, bimbingan, dan kesadaran. Agar aset-aset tersebut bisa berguna, bisa digunakan dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan memerdekakan murid.

Pada akhirnya satu hal yang dapat saya simpulkan, sekolah sebagai sebuah ekosistem tentu memiliki aset-aset yang bisa jadi kekuatan tersendiri bagi sekolah tersebut, dan aset itu dapat menjadi modal utama dan kekuatan sekolah jika kita sebagai guru mampu memaksimalkan dalam pengolahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun