Pemikiran KHD mengajarkan kepada kita bahwa guru sebagai among, menuntun, dan menghamba. Menuntun siswa dengan segala kodrat yang ada, melakukan pengajaran dan pendiidikan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai moral serta budi pekerti sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan perannya sebagai pemimpin pembelajaran, sebagai caoching bagi orang lain, dan nilai-nilai berpihak pada murid yang dia miliki diharapkan dapat menciptakan iklim kelas yang positif, dapat menanamkan budaya positif terhadap siswa disekolah dan dilingkungan dimanapun dia berada. Banyak hal yang bisa guru lakukan dalam proses pengajaran dan pendidikan, salah satunya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, akan tercipta suatu pembelajaran yang mampu mengakomodir semua kebutuhan belajar siswa yang tentu berbeda satu dengan yang lain. Untuk membantu guru dalam menciptakan budaya positif, banyak hal yang dapat dilakukan guru selain dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, yaitu melakukan segitiga restitusi, mampu mengenal dan memahami dunia berharga siswa dan kebutuhan dasar siswa serta proses coaching untuk membantu siswa menemukan potensi dan kekuatan dirinya secara mandiri melalui sebuah percakapan bermakna yang kita kenal dengan caoching. Â Dari beberapa aktifitas pendekatan terhadap siswa tersebut, akan membantu guru dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Dari beberapa konsep yang saya pelajari, yaitu tentang dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 konsep pengambilan keputusan, saya pikir bahwa ketika dihadapkan pada sebuah dilema etika, kita harus selalu berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid. ternyata tidak selamanya seperti itu, adakalanya kita harus berpikir berbasis pada peraturan jika situasinya dengan memilih nilai-nilai kebajikan dan mengnyampingkan aturan, akan membuat banyak kerugian bagi pihak lain. Selain itu tidak selamanya pelaksanaan aturan secra tegas itu terkesan kaku, karena yang terpenting bukan pada isi aturan yang mengatur kita, tapi bagaimana kita menerapkan aturan itu kepada orang lain terlebih-lebih kepada mruid kita sendiri. Jadi bagaimana sebuah aturan tetap ditegakkan dengan tegas tapi dalam pelaksanaannya didasari dengan nilai-nilai kebajikan. Artinya sifat aturan mengikat dan memaksa, tapi dengan nilai-nilai kebajikan dan paradigma berpikir caoching, bagaimana siswa tidak merasa dipaksa atau terikat dengan aturan yang sedang kita terapkan.
Sebelum  belajar modul ini, sering sekali mengambil keputusan, apalagi sebagai guru, sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan sudah seperti agenda rutin, bahkan ketika dikaitkan dengan kasus dilema etika. Ketika belajar modul ini, ada banyak sekali perbedaannya. Ternyata selama ini, banyak mengambil keputusan yang kurang tepat. Dalam artian, kurang sesuai jika diakitkan dengan 9 konsep pengujian pengambilan keputusan. Banyak manfaat yang saya dapatkan dengan belajar modul ini, setidaknya dengan mengetahui dan memahami paradigma, prinsip, dasar, dan konsep dalam pengambilan keputusan, saya lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Itulah mengapa modul ini sangat penting diantara modul-modul penting dalam program Guru Penggerak ini. Setiap modul penting dan berarti, memiliki nilai vital tersendiri, tapi materi pada modul ini membantu saya selaku guru, pemimpin perubahan untuk lebih bermanfaat dalam membantu siswa atau orang lain menemukan dan menjalani masa depannya dengan baik.