Mohon tunggu...
SOVI MARIYANA
SOVI MARIYANA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Saya adalah guru kelas VI di sebuah sekolah dasar yaitu SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya sedang mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 5 selama 6 bulan, dan sudah berjalan hampir 3 bulan. Program tersebut adalah sebuah program peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi dibawah. Salah satu tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) adalah membuat berbagai kreatifitas baik berupa tulisan, video, poster, atau karya apapun yang berkolerasi dengan pendidikan. Menulis adalah salah satu hobi saya. Maka melalui PGP saya menuangkan hobi menulis saya, dan melalui media Kompasiana ini, saya ingin berbagi tulisan, pengalaman, dan cerita saya khusus dalam dunia saya sebagai aktor pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kaitan Pengambilan Keputusan dengan Peran Guru, Koneksi Antar Materi Modul 3.1 PGP 5

24 Oktober 2022   23:51 Diperbarui: 24 Oktober 2022   23:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selama ini, tentu kita sudah akrab dengan Prapta Triloka yang merupakan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD(. Prapta Triloka tersebut yaitu semboyan Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Sebagai refleksi pemikiran KHD, tentu semboyan tersebut adalah paradigma beliau dalam memandang bagaimana sosok pendidik yang semestinya. Semboyan ing ngarso sung tulodo artinya didepan memberi teladan, ing madya mangun karsa berarti ditengah membangun motivasi, dan tut wuri handayani artinya di belakang memberi dukungan.  

Satu hal yang tersirat ketika membaca semboyan tersebut, bahwa peran penting seorang guru yaitu memberikan keteladanan, membangun motivasi, dan memberikan dukungan merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai kebajikan yang tertanam dihati kita. Dimana ketiga nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai kebajikan universal yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Nilai nilai yang tertanam dalam prapta triloka, juga merupakan pengejawantahan dari peran guru berpihak pada murid.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam pengambilan suatu keputusan, kita akan berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan, yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli.  Maka, ketika nilai-nilai tersebut sudah tertanam dalam diri kita, tentu ketika dihadapkan pada pengambilan keputusan, kita tidak serta merta melakukan pengambilan keputusan, tapi akan berpedoman pada ketiga prinisp tersebut, karena setiap keputusan, akan memiliki konsekuensi

Dalam materi pengambilan keputusan, terdapat tiga dasar pengambilan keputusan, yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, dan berdasar nilai-nilai kebajikan. Dalam pengambilan keputusan, apalagi yang berpihak pada murid dan berdasar pada nilai-nilai kebajikan, tentu ada sebuah proses untuk sampai dititik tersebut, seorang guru,  sebagai pemimpin pembelajaran, yang selalu berupaya menjadi ing ngarso sung tulodo, tentu punya cara yang efektif, bagaimana dalam prosesnya tersebut bisa menghasilkan keputusan yang baik, keputusan yang mampu mengakomodir yang menjadi kebutuhan prioritas, keinginan prioritas, meski pada faktanya, sekalipun keputusan sudah diambil yang terbaik dan berdasar nilai-nilai kebajikan, tetap akan dihadapkan pada situasi pro dan kontra.

Sebelum sampai pada pengambilan keputusan, ada cara yang kita anggap lebih efektif, untuk mengetahui apakah keputusan yang sudah dilakukan demi kebaikan orang banyak, apakah keputusan yang kita ambil sudah menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai kebajikan dalam diri kita.  Yaitu melalui proses coaching. Caoching merupakan proses kolaborasi berbentuk kemitraan antara coach dan coachee (orang yang dibantu) dimana coach membantu mamaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimiliki coache melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif sehingga coache mampu memaksimalkan kinerjanya. Dalam caoching, proses menstimulus dan mengeksplorasi pemikiran dengan proses kreatif dilakukan dengan cara percakapan. Dari percakapan bermakna itu, dapat diketahui apa yang menjadi keinginan dari orang yang hendak kita bantu (coachee). Hasil dari percakapan tersebut, dapat dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dan paradgima kita untuk mengambil keputusan dengan tepat.

Selain melalui proses coaching, untuk mendapatkan keputusan yang tepat, tentu juga harus dilakukan dengan suasana sosial emosiana yang stabil dan memiliki kesejahteraan priskologis yang baik.  Yaitu sebuah kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang  terpenting adalah membuat hidup orang lain lebih bermakna (Bahan ajar modul 2.3 PGP 5. 2022). Untuk memiliki suasana sosial emosional yang stabil, tentu bukanlah hal yang mudah. Kita mengenal ketrampilan sosial emosional, yaitu sebuah ketrampilan bagaimana seseorang trampil menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positifnya mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat memiliki kesadaran diri, memanajemen diri, memilki kesadaran sosial, memiliki keterampilan berelasi dan kemampuan dalam melakukan pengambilan keputusaan yang bertanggung jawab.

Dalam keterampilan sosial emosional ini, kemampuan seorang guru dalam menguasai keterampilan sosial emsoional ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Terlebih lebih pada kasus dilema etika yang sering kita hadapi, yaitu ketika dihadapkan pada kepentingan individu lawan kelompok, ketika dihadapkan pada situasi dimana ada kita harus menegakkan keadilan tapi disisi lain ada rasa belas kasihan, atau disebut dengan kebenaran lawan keadilan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka panjang lawan jangka pendek. Ketika dihadapkan pada hal demikian, tentu adalah hal sulit, harus melakukan keputusan, dalam dua situasi yang menuntut kita harus mengambil keputusan yang tepat. Maka seorang guru,harus memiliki ketrampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dengan berdasar pada nilai-nilai kebajikan dalam dirinya. Dan nilai-nilai kebajikan itu akan timbul dan mampu memililh dengan benar saat guru memiliki kesadaran diri yang baik, mampu mengelola emosi sebagai bentuk implementasi dari ketrampilan memanajemen diri

  Banyak kasus yang dihadapi guru sebagai sebuah bagian dari perjalan kariernya,  ketika dihadapkan pada 4 paradigma dilema etika, maka bagaimana guru harus tetap menerapkan aturan. Akan tetapi tetap berdasar pada nilai-nilai kebajikan yang ada, bagaimana guru mampu memilah-milah dan memperioritaskan melalui berbagai pertimbangan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain, mana yang harus dipriorotaskan antara aturan atau nilai-nilai moral yang dipahaminya. Bagaimana keptusannya dapat memberikan kebermanfaatan dan kebaikan seluar-luasnya bagi orang lain, bagi kemajuan permbelajaran siswa. Karena setiap keputusannya akan memiliki konsekwensi tersendiri dan dihadapkan pada situasi pro dan kontra sebagai sebuah kondisi alami yang terjadi pengambilan sebuah keputusan.

Mengingat dalam pengambilan keputusan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, apalagi yang masih butuh banyak belajar, keterampilan dan pengalaman, karena dalam pengambilan keputusan yang tepat tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Bagaimana kita tahu jika keputusan yang kita ambil sudah tepat, yaitu jika keputusan tersebut sudah sesuai dengan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai bahan panduan dalam pengambilan keputusan yang tepat. (Paket Modul 3.1 PGP 5.2022). Kesembilan konsep tersebut yang pertama yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, penting kiranya mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan memastikan bahwa masalah yang dihadapi berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar tentang sopan santun dan norma sosial. Yang kedua tentunya kita mampu menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi ini. Yang ketiga dengan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Dari data-data tersebut akan ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu permasalahan sehingga ketika kita mengambil keputusan, dipikirkan juga, hubungan faktor penyebab permasalahan tersebut dengan masalah itu, sehingga keputusan itu nantinya tidak merugikannya tapi membantunya keluar dari masalah yang dihadapi. Yang keempat adalah pengujian benar atau salah. Pengujian ini ditinjau dari segi uji legal, uji regulasi, uji intuisi atau perasaan, uji publikasi, dan uji panutan. Apakah keputusan yang kita buat sudah sesuai atau belum dengan pengujian tersebut. yang kelima adalah pengujian paradigma benar lawab benar. Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini adalah untuk mengelompokkan permasalahan dan mengetahui lebih jelas dan pasti nilai-nilai yang saling bertentangan. Yang keenam adalah melakukan prinsip resolusi yang terdiri dari berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Dari ketiga prinsip penyelesaian kasus dilema, prinisp mana yang akan kita gunakan. Yang ketujuh yaitu investigasi opsi trilema. Artinya ketika dihadapkan pada dua pilihan, kita perlu mencari opsi pilihan lain diluar pilihan yang sudah ada. Opsi itu bisa muncul tiba-tiba sebagai bentuk penyelesaian kreatif karena tidak terpikir sebelumnya. Yang kedelapan yaitu membuat keputusan dan terakhir dengan melihat lagi keputusan yang kita ambil dan merefleksikannya.

Dalam setiap aktifitas kita, interaksi kita dimanapun berada, tentu kita akan selalu dihadapkan pada beragam karakter. Ragam karakter tersebut juga memberi arti bahwa tidak setiap pemikiran kita akan sama dengan pemikiran orang lain,  karena setiap orang hidup dengan pemikirannya dan karakternya masing-masing dan itu mempengaruhi sebuah hubungan, suatu situasi dan kondisi. Terlebih-lebih dalam pengambilan keputusan. Jadi keragaman ini adalah suatu tantangan tersendiri dalam pengambilan keputusan. Disamping itu, tantangan bisa muncul dari diri sendiri. Benar yang dikatakan Bapak Zaini, S.Pd.SD,M.Pd, bahwa keegoan kita sebagai publik figur, posiisi jabatan, atau kepentingan pribadi sering menjadi sebuah tantangan yang berat. Bagaimana kita harus mengalahkan ego kita, lebih memikirkan pendapat orang lain dan kebutuhan orang lain yang berdampak lebih luar bagi lingkungan sekitar, bagi kemerdekaan belajar murid-murid kita, dan kemajuan pendidikan.

Untuk itu, sebuah keputusan sangat sekali pengaruhnya. Setiap orang dilahirkan dengan karakter yang unik, dan dengan keunikannya itu mereka didorong untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Kita sebagai guru, dengan peran kita sebagai pemimpin pembelajaran, sebagai among, bagaimana kita mampu mengambil sikap, dan menjalankan sebuah keputusan dalam pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua kepentingan dan kebutuhan belajar murid. jika kebutuhan belajar mereka dapat diakomodasi dengan benar, maka mereka akan merasakan kemerdekaan dalam belajar. Dalam pengambilan sebuah keputusan, salah satunya adalah berdasar pada berpihak pada murid. bagaimana sebuah keputusan itu akan berdampak positif bagi murid dimasa depannya. Bagaimana dengan nilai-nilai kebajikan yang kita miliki, mampu membantu murid untuk meraih masa depan yang lebih baik namun dengan tetap menitik beratkan pada penanaman nilai-nilai kebajikan yang universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun