Mohon tunggu...
sovia aribi
sovia aribi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa baru

mahasiswa di universitas airlangga prodi D4 Teknik informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hambatan Utama dalam Menerapkan Program Vokasional yang Berorientasi Pada Keterampilan dan Patriotisme

22 Agustus 2024   22:09 Diperbarui: 23 Agustus 2024   00:04 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Nama : Sovia aribi damayanti

Prodi : D4 teknik informatika

Kelompok : ALUGARA (6)

Pendidikan vokasional di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mengimplementasikan program yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis tetapi juga pada penanaman nilai patriotisme. Hambatan-hambatan ini melibatkan aspek sistem pendidikan, infrastruktur, dan keterlibatan berbagai pihak, serta tantangan sosial dan ekonomi.

 Pada tahun 2016, Indonesia menghadapi krisis pengangguran yang signifikan dengan jumlah pengangguran mencapai 1.348.327. Untuk mengatasi masalah ini dan mendukung kemajuan industri, pemerintah meluncurkan program pendidikan vokasi industri yang menerapkan dual system. Dalam sistem ini, proses pembelajaran dibagi menjadi 30 persen di sekolah dan 70 persen di dunia industri. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Namun, implementasi program ini masih mengalami berbagai hambatan utama.

1. Pendidikan yang Mahal dan Angka Putus Sekolah Tinggi

 Salah satu hambatan terbesar dalam penerapan program pendidikan vokasional adalah biaya pendidikan yang tinggi dan angka putus sekolah yang masih tinggi. Pendidikan vokasional sering kali memerlukan fasilitas dan peralatan yang mahal, yang bisa menjadi kendala bagi kalangan kurang mampu. Akibatnya, akses ke pendidikan vokasional terbatas, terutama bagi siswa dari keluarga dengan ekonomi rendah. Hal ini mengakibatkan ketidakmerataan kesempatan dalam memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja.

2. Sistem Pendidikan yang Tidak Link and Match

 Sistem pendidikan yang ada saat ini sering kali tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, yang dikenal dengan istilah "link and match". Kurikulum pendidikan vokasional sering kali berfokus pada kualitas dan kuantitas materi pelajaran daripada keterampilan praktis yang dibutuhkan industri. Kurikulum yang ada belum sepenuhnya menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja, sehingga lulusan sering kali kurang siap untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. Reformasi kurikulum yang lebih responsif terhadap kebutuhan industri dan perubahan pasar kerja sangat diperlukan untuk meningkatkan relevansi pendidikan vokasional.

3. Kurangnya Keterampilan Abad 21

 Untuk bersaing di era revolusi industri 4.0, sumber daya manusia Indonesia perlu memiliki keterampilan yang lebih dari sekadar keterampilan teknis dasar. Keterampilan komunikasi, berpikir kritis, kreativitas, literasi digital, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi semakin penting. Pendidikan vokasional harus mengintegrasikan keterampilan abad 21 ini ke dalam kurikulum mereka untuk memastikan bahwa lulusan tidak hanya memiliki keterampilan teknis tetapi juga kemampuan yang diperlukan untuk beradaptasi dan berinovasi di lingkungan kerja yang terus berkembang.

4. Rendahnya Kesadaran Patriotisme di Kalangan Pemuda

 Menerapkan nilai patriotisme dalam pendidikan vokasional juga menghadapi tantangan. Kesadaran patriotisme di kalangan pemuda Indonesia cenderung rendah, dan pendidikan vokasional sering kali lebih fokus pada aspek teknis daripada nilai-nilai kebangsaan. Hal ini menyebabkan lulusan tidak hanya kurang memiliki rasa cinta tanah air tetapi juga kurang memahami tanggung jawab sebagai warga negara. Untuk mengatasi hambatan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme dalam kurikulum dan kegiatan pendidikan vokasional.

5. Dukungan dan Komitmen Berbagai Pihak

 Penerapan program pendidikan vokasional yang berorientasi pada keterampilan dan patriotisme memerlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, industri, dan masyarakat. Koordinasi yang baik antara pihak-pihak ini penting untuk memastikan bahwa program pendidikan vokasional dapat memenuhi kebutuhan industri dan pada saat yang sama menanamkan nilai-nilai patriotisme. Selain itu, dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan dan pendanaan, serta partisipasi aktif dari industri dalam penyusunan kurikulum dan pelatihan, sangat penting untuk keberhasilan implementasi program ini.

Kesimpulan

Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan program pendidikan vokasional yang berorientasi pada keterampilan dan patriotisme, perlu adanya reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan, peningkatan aksesibilitas pendidikan, dan integrasi keterampilan abad 21 dalam kurikulum. Selain itu, peningkatan kesadaran patriotisme dan dukungan komprehensif dari berbagai pihak juga sangat diperlukan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pendidikan vokasional dapat lebih efektif dalam mencetak lulusan yang tidak hanya terampil tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

Referensi

Firman, A. (2021). Tantangan Pendidikan Vokasional di Indonesia dalam Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan Vokasi, 11(2), 124-135.

Membahas tantangan umum dalam pendidikan vokasional di Indonesia, termasuk infrastruktur dan relevansi kurikulum.

Hidayat, M. (2020). Kualitas Sumber Daya Pengajar dalam Pendidikan Vokasional: Studi Kasus di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 9(3), 213-227.

Menyoroti keterbatasan sumber daya pengajar di pendidikan vokasional dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan.

Mustofa, R. (2022). Kurikulum Pendidikan Vokasional dan Relevansinya dengan Kebutuhan Industri. Jurnal Manajemen Pendidikan, 15(1), 87-99.

Mengulas tantangan dalam penyesuaian kurikulum pendidikan vokasional dengan kebutuhan industri.

Susanto, E. (2023). Patriotisme dalam Pendidikan Vokasional: Antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal Pendidikan Karakter, 12(1), 45-58.

Membahas integrasi nilai patriotisme dalam pendidikan vokasional dan tantangan yang dihadapi.

Wahyudi, A. (2021). Dampak Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Patriotisme di Kalangan Generasi Muda. Jurnal Sosial dan Humaniora, 14(2), 99-112.

Mengkaji pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai patriotisme di kalangan pemuda.

Suryani, L. (2022). Peran Lingkungan Sosial dan Keluarga dalam Pembentukan Patriotisme di Kalangan Siswa. Jurnal Psikologi Pendidikan, 18(2), 134-147.

Menjelaskan peran lingkungan sosial dan keluarga dalam membentuk sikap patriotisme pada siswa.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Statistik Ketenagakerjaan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Menyediakan data terkait pengangguran di Indonesia pada tahun 2016, yang menjadi latar belakang perlunya program pendidikan vokasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2018). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018-2024. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menyediakan informasi tentang kebijakan dan rencana strategis pemerintah terkait pendidikan vokasional di Indonesia.

Referensi-referensi ini dapat memberikan konteks dan dukungan empiris untuk pembahasan mengenai tantangan dalam penerapan pendidikan vokasional yang mengintegrasikan keterampilan dan nilai patriotisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun