Mohon tunggu...
Soul Traveler
Soul Traveler Mohon Tunggu... -

Menyadarkan orang akan sesuatu yang terlupakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Natal vs Syahadat? Ngga Seimbang, tuh!

13 Desember 2014   06:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:24 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu'alaikum!

Kali ini penulis ingin mengeluarkan sedikit unek-unek yang sudah tertahan bertahun-tahun. Apakah itu?

Seperti yang kita tahu, di bulan Desember, tepatnya tanggal 25, umat Kristiani akan merayakan Natal. Mengikuti perayaan itu pula, setiap tahunnya di media sosial menyebar berbagai macam pandangan terhadap pengucapan "Selamat Natal" bagi seorang Muslim kepada seorang Kristiani. Salah satu yang paling populer adalah sebagai berikut :

Muslim: "Bagaimana natalmu? "

David: "Baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku??"

Muslim: "Tidak. Agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu. Tapi urusan ini, agama saya melarangnya..!!"

David: "Tapi kenapa?? Bukankah hanya sekedar kata2? Teman2 muslimku yg lain mengucapkannya padaku??"

Muslim: "Mungkin mereka belum mengetahuinya, David. Bisakah kau mengucapkan dua kalimat Syahadat?"

David: "Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya... Itu akan mengganggu kepercayaan saya..!"

Muslim: "Kenapa?? Bukankah hanya kata2? Ayo, ucapkanlah..!!"

David: "Sekarang, saya mengerti.."

Ada poin yang penulis temukan janggal.

Ucapan "Selamat Natal" dibandingkan dengan Syahadat. Ini jelas tidak seimbang karena makna dari keduanya sangat berbeda. Pengucapan Syahadat adalah salah satu proses yang harus dilakukan seseorang yang ingin menjadi Muslim. Harusnya, jika ingin membandingkan Syahadat, bandingan yang cocok adalah Pembaptisan. Ucapan "Selamat Natal" harusnya dibandingkan dengan ucapan "Selamat Idul Fitri" yang memiliki makna setara.

Selain karena perbandingan dua kalimat yang tidak sebanding itu, penulis juga ingin mengajak pembaca berpikir dengan akal sehat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Jika saya datang ke sebuah restoran, lalu ada pelayan yang menyambut saya sambil berkata, "Selamat Datang!", apakah itu berarti dia juga baru datang? Lalu, ketika saya pulang, jika ada pelayan yang berkata, "Selamat Jalan!", apakah itu berarti dia ikut pergi bersama saya? Tentu tidak, kan.

Penulis tidak tahu siapa yang pertama kali membuat cerita tersebut, tetapi yang membuat penulis bingung adalah banyak sekali teman-teman Muslim yang menyebarkan cerita tersebut tanpa menelaah isinya secara mendalam. Penulis tidak mengatakan bahwa setiap Muslim harus mengucapkan "Selamat Natal" kepada setiap Kristiani, tetapi hanya gondok melihat umat Islam terpecah-belah meributkan Halal/Haramnya pengucapan sebuah kalimat, bahkan hingga muncul cerita ngaco seperti di atas.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, penulis mohon maaf.

Salam,

Soul Traveler

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun