Ada poin yang penulis temukan janggal.
Ucapan "Selamat Natal" dibandingkan dengan Syahadat. Ini jelas tidak seimbang karena makna dari keduanya sangat berbeda. Pengucapan Syahadat adalah salah satu proses yang harus dilakukan seseorang yang ingin menjadi Muslim. Harusnya, jika ingin membandingkan Syahadat, bandingan yang cocok adalah Pembaptisan. Ucapan "Selamat Natal" harusnya dibandingkan dengan ucapan "Selamat Idul Fitri" yang memiliki makna setara.
Selain karena perbandingan dua kalimat yang tidak sebanding itu, penulis juga ingin mengajak pembaca berpikir dengan akal sehat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Jika saya datang ke sebuah restoran, lalu ada pelayan yang menyambut saya sambil berkata, "Selamat Datang!", apakah itu berarti dia juga baru datang? Lalu, ketika saya pulang, jika ada pelayan yang berkata, "Selamat Jalan!", apakah itu berarti dia ikut pergi bersama saya? Tentu tidak, kan.
Penulis tidak tahu siapa yang pertama kali membuat cerita tersebut, tetapi yang membuat penulis bingung adalah banyak sekali teman-teman Muslim yang menyebarkan cerita tersebut tanpa menelaah isinya secara mendalam. Penulis tidak mengatakan bahwa setiap Muslim harus mengucapkan "Selamat Natal" kepada setiap Kristiani, tetapi hanya gondok melihat umat Islam terpecah-belah meributkan Halal/Haramnya pengucapan sebuah kalimat, bahkan hingga muncul cerita ngaco seperti di atas.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, penulis mohon maaf.
Salam,
Soul Traveler
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H