Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Megalitik Pasemah di Situs Talang Gardu (Negeri Celeng)

10 Juni 2022   16:41 Diperbarui: 10 Juni 2022   17:03 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
batu tatahan (relief) yang dipahat hingga di sekeliling batu (Dok Pribadi)

Van der Hoop, menyebutkan bahwa tinggalan megalitik Pasemah memiliki pengaruh kuat dari budaya perunggu. Oleh karenanya manusia pendukung kebudayaan megalitik Pasemah dipercaya telah menggunakan peralatan yang terbuat dari logam. Dan perkiraan megalitik pasemah dimulai pada abad ke-3 Masehi.

Pada penelitian oleh Arkeolog RR Tri Wuryani mengatakan Berdasarkan bentuknya, arca Pasemah dapat dikategorikan atas arca manusia, arca hewan, dan arca manusia dengan hewan Penggambaran arca yang sangat bervariasi ini juga menunjukkan tingkat kepandaian yang cukup tinggi dalam bidang seni rupa atau seni pahat yang dimiliki pendukung budaya Pasemah pada waktu itu.

Dengan demikian, komunitas pendukung budaya Pasemah adalah suatu masyarakat yang sudah tertata mampu membuat seni arca yang cukup maju, mampu menyesuaikan dengan bahan materialnya sehingga terkesan menimbulkan gerak miring ke samping, maju ke depan atau tegak, dan mengesankan adanya suatu aktivitas.

"Yang paling penting karakter kuat dari tatahan, yang disesuaikan dengan bentuk batu, sudah menjadi karakter khas dari megalith pasemah. Seperti pada batu datar yang dibuat goresan,relief, tatahan ini," ungkap RR Tri Wuryani dalam wawancara dengan penulis.

Daftar Pustaka :

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/batu-tatahan-negeri-celeng-situs-talanggardu/

RR Tri Wuryani, Arca-Arca Megalitik Pasemah, Sumatera Selatan: Kajian

Semiotik, 2015, UI.

Van Der Hoop, Meghalitic Remains in South Sumatera (terjemahan), 1932.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun