Ramadhan kali ini justru menyenangkan bisa full time bersama keluarga, terutama bisa full mengatasi persoalan anak-anak sendiri.Â
Aku suka menjadi full house wife, utuh menjadi ibu rumah tangga, yang bermain, belajar, bicara, mendengarkan bahkan... Berantem sama anak-anak. Heeee... Ini maknanya luas, bisa berselisih pendapat dengan anak-anak yang sudah dewasa itu lumrah menurutku.Â
Menyusun persepsi anak-anak untuk selalu sama pemikiran jelas tidak mungkin. Meski pun menurut anak-anak ibu itu bawel, sok selalu benar, dan stigma yang saat terpatahkan mereka cuma senyum-senyum.
"Aku baru tahu yang ibu maksudkan, padahal saat itu teman-teman ku sudah memperolok-olok karena menurut mereka sikap ibu kenapa mesti gitu?"
Ya, ibu yang berbuih-buih menjelaskan tidak mempan, cuma waktu yang akhirnya menunjukkan maksud baik ibu.
Apalagi saat Pandemi Covid 19, harus super perhatian, apabila terpaksa anak-anak keluar. Sempat terjadi adu argumentasi saat salah satu mempersoalkan tarawih kita tidak ke masjid.
Jurus ibu-ibu pasti tidak kehilangan akal, demi kebaikan anak-anak. Saya mengerti mereka terpenjara, di rumah dan pekarangan saja. Sebab masih banyak teman-teman mereka yang tidak memberlakukan physical distancing.
Mungkin Lahat tak separah daerah lainnya, tapi mengikuti aturan yang ada dengan diam di rumah dan tetap menjaga jarak tetap kutanami pada anak-anak.
Untungnya Tuhan memberikan pekarangan luas, kesabaran menjelaskan pada anak-anak, semua bisa dilewati. Menjejali dengan kegiatan, hanya itu alat mengalihkan perhatian mereka.
Kebiasaan tidak jajan sembarangan, memasak, membuat sendiri yang mereka sukai sudah saya lakukan sejak kecil. Biarpun iklan jajanan berbuka puasa masih seliweran di sosmed, anak-anak tidak terpengaruh.