Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flashback untuk Berkaca

28 Februari 2020   22:40 Diperbarui: 28 Februari 2020   22:40 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nol besar ternyata, kalimat yang menusuk kalbu, adalah "masalah elu, itu derita elu."

Hebat keluarga itu, padahal setiap curahan hati mertua selalu kudengarkan dan kupatuhi. Mengurangi konflik, setiap bulan ada upeti buat keluarga suami yang ternyata biadab. Mereka tidak berempati sedikitpun pada masalahku.

Aku sendiri takut berbicara pada keluargaku, takut bayang-bayang keributan dan caci maki, sebagai perempuan yang tidak becus. Rupanya kerugian yang kuderita, baik tekanan fisik, psikologis dan keuangan memuncak. 

Harusnya saat itu baik buruk keluargaku harus tahu, harusnya saat itu aku ke ustadz, ke psikolog rumah tangga. Bukan tentang kandas atau tidak, tapi supaya aku tidak menjadi gila, up normal, dan paling penting anak-anak terselamatkan.

Si lelaki diajak berkomunikasi pun makin membumbung tingkat egoismenya. Ku putuskan meninggalkan rumah, membawa 4 anak. Menyewa di sebuah kontrakan kecil untuk memberikan shock therapy, gagal juga. Karena dimasuki perempuan lain yang menjalin hubungan dengannya melalui sosial media Facebook. Lelaki itu akhirnya pergi untuk selamanya. Ternyata lelaki itu memang doyan berpaling.

Wajarlah kalau harus ditinggalkan, setahun berpisah, kuputuskan menyelesaikan administrasi negara, supaya bisa legowo masing-masing.

Sendiri kulalui hari, bahkan aku berteriak kencang menangis setelah sidang. Tak ada yang menghibur.

Kau tahu rasanya kehilangan

Jangan tanya rapuh

Jangan tanya ditinggal mati atau hidup yang enak.

Setahun mengurung diri, ketakutan melihat orang, melihat matahari, kulalui dengan banyak menulis, banyak bekerja, banyak belajar, lalu kuatur langkah untuk sembah sujud pada Tuhan Allah Subhanahu waa ta'ala..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun