Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cughup Buloh dan Lubuk Selo

8 Juli 2018   00:57 Diperbarui: 8 Juli 2018   01:34 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Utamanya kalimat yang terlontar penuh kekhawatiran, berubah menjadi gegap gempita kegembiraan sebanding dengan pemandangan air terjun yang indah yang terjun melintasi bebatuan berlumut, dua bocah cilik yang memegang erat tanganku pun saat ikut ke sana sangat menikmati. Bermain di air terjun dan Sungai Selangis ini memang nikmat buat yang tua maupun bocah-bocah. Saling lempar koral yang mereka jumput, atau memercik air ke wajah mereka saya nikmati hingga menjelang senja mengatup di air terjun.

Mendekati Magrib, tantangan 25 orang peserta yang harus melewati jalan menanjak membuat banyak yang menyerah. Akhirnya ojek yang disiapkan Pokdarwis Cughup Buloh menolong mereka untuk sampai di area parkir. Penulis menemani seorang peserta akhir yang berusaha jalan menaiki tangga. Sebuah perjalanan berat buat penulis melihat peserta tur yang tertatih, diperjalanan doa saya tak putus supaya jangan terjadi apapun hingga area parkir.

Untungnya ia sampai di area parkir sebelum perjalanan menuju rumah panggung menikmati kopi sore yang saya seduh, dan menikmati makan malam dengan menu gulai kambing, ikan bakar dan soto ayam kampung. Aroma khas desa, menusuknya udara malam yang dingin dan mengepul hangat nasi dari beghas duson (beras dusun).

Usai makan malam yang begitu lahap kami nikmati bersama warga duson yang coba kami jalin hangat, lalu beristirahat di depan rumah membuat api unggun. Menikmati permainan Tawar (65) lelaki renta yang memetik gitar tunggal melantunkan geguritan yang bercerita tentang  desa yang damai, air terjun yang indah, masyarakat yang plural. Lubuk Selo dan sembilan desa lainnya, di Kecamatan Gumay Ulu ini, yang merupakan warga transmigrasi dari Jawa yang membaur dengan masyarakat lokal sekitar 30 tahunan menikmati keterasingan yang kini menjadi hits di berbagai sosial media.

Peserta yang tadinya letih bersemangat mendengar testimoni masyarakat yang belum lama merasai akses yang masih terbatas, mulai dari listrik yang belum lama bisa mereka nikmati, jalan tanah dan berbatu yang tadinya terisolir, dan macam rupa persoalan lainnya. Kami sama-sama berdoa agar lokasi air terjun indah ini terjaga hingga anak cucu bisa menikmatinya. Bahwa kerjasama, kerja keras tentu akan ada hasilnya. Ambil contoh dari Lubuk Selo dan masyarakatnya yang tangguh. Seperti melukis pelangi di kanvas buram, jangan pernah putus asa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun