Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia Kerjaku

8 Februari 2023   10:17 Diperbarui: 8 Februari 2023   11:06 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gini ..

Perjalanan karirku dimulai dengan bergabung Lembaga Development, muda dan naive, dengan keterbatasan kemampuan diplomasi,  negosiasi, komunikasi dan masuk team lapangan untuk mendevelop program baru di Jawa tengah, deket Semarang. 

Semua berawal dari analisa data yang sudah dikumpulkan, dengan sedikit ketrampilan yang saya punya, saya mempunyai kesimpulan yang berbeda dengan Team Leader, atasanku. Dengan kemudaanku dan keterbatasan soft skillku terjadi kesalahpahan dengannya, dan membuatku terlempar ke Surabaya, dia tidak mau ada aku di team Jawa Tengah.

Merasa terbuang, tapi berserah, karena ternyata kepindahan ke Surabaya adalah cuma cara Tuhan untuk mengatur hidupku, masuk ke lembaga impian ku, PBB, bukan Pajak Bumi dan Bangunan, tapi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UN lah bahasa kerennya.

Sebagaimana kebiasaanku, tidak bisa melihat sesuatu yang tidak sistematis dan tanpa ukuran, selama bekerja di lembaga ini, saya mencoba untuk menginisiasi project baru untuk lebih berpihak kepada masyarakat Indonesia, kami membangun program kerja terkait pelatihan-pelatihan, edukasi dan bekerja sama dengan orang lain.

Beruntung sekali saya mendapat atasan yang sangat supportif dan baik hati, sampai ada rekan kerja senior bergabung dengan team kami dari luar Surabaya, posisiku di geser, programku diambil alih dan di klaim olehnya, dan saya ingat sekali saya mendapat surat cinta dari lembaga itu, di bulan oktober datang surat pemberitahuan kalau kontrakku selesai bulan Desember. 

hancur ...

Dibulan November pimpinan pusat lembaga dunia itu datang ke project yang saya inisiasi, dan puas dengan apa yang saya kerjakan, dan tanpa ada permintaan, saya direkomandasikan untuk di promosi, tidak jadi di PHK.

Setelah itu, saya dipromosi dan ada lembaga asing menawari kerjaan untuk jadi pimpinan program di Jakarta, saya bergabung dengan lembaga ini, sampai menjadi pemimpin puncak lembaga ini.

Muda, sombong dan keras kepala, kombinasi dengan karir yang terlalu cepat, membuat saya tenggelam dalam keangkuhan dan melambungkan ego terlalu tinggi dan meledak. Jakarta, ego dan karir yang terlalu cepat mengubahku, keras hatiku dan mau menang sendiri tidak bisa membantu menjadi pribadi yang cukup baik untuk meneruskan karirku.

Bermula dengan advisor dari luar yang masih kurang mumpuni (sombong kan), dan cara komunikasiku yang sombong dan keras, mengarahkan keputusan, dia keluar atau saya keluar.

Sombong dan menyebalkan.

dalam hatiku waktu itu, "saya bisa bisnis kalau gak kerja"

Bahkan ketika kantor pusat menyampaikan, "kalau kamu resign, program ditutup", aku tidak bergeming, dan berhenti bekerja untuk mencoba berbisnis sendiri, karena merasa tidak cocok untuk bekerja dengan orang lain dan ingin mencukupi kebutuhanku dengan berbisnis.

Saya berprinsip, kalau pekerjaan developmen, membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya dan mandiri, kenapa saya tidak bisa mendevelop diri sendiri dan bisa menghidupi diri sendiri?

Ternyata Bisnis itu tidak mudah, dan perlu determinasi.

Bertahan setahun di bisnis dan karena terlalu agresif saya banyak ditipu ditimpali dengan tidak fokus dengan bisnis yang saya mulai, ambruk, menutup dua cabang, dan cuma mempertahankan satu bisnis saja di Jawa Tengah.

Karena aku gak tertarik lagi untuk bekerja di lembaga kemanusiaan lagi, saya memutuskan untuk bergabung dengan lembaga konsultasi di jakarta, belajar bekerja dengan perusahaan besar, membantu mereka di aspek sosial. Dan ternyata kesombonganku adalah kerak yang susah untuk dikikis.

Keras kepala, sombong dan politik kantor yang kental, membuat aku masuk dalam pusaran suasana kerja yang toxic. management yang tidak mumpuni, rekan kerja yang mulutnya jahat dan culas ditambah kekerasaan hatiku dan kesombonganku, membuat aku terseret di pusaran badai yang sempurna.

Pelanggaran komitmen perusahaan dan karyawan, management karyawan dengan dasar suka dan tidak suka, membuat aku berada dititik harus berhadapan dengan management. Tapi aku tidak menyerah, kontrakku yang seharusnya otomatis dipermanenkan, karena sudah ada kesepakatan, lagi pula, jabatanku selalu naik di lembaga ini, jadi tidak ada alasan untuk tidak dipermanenkan.

Curang memang, dan aku gak mau dicurangi untuk kedua lainya, dan berhasil, setelah banyak diskusi negosiasi, kontrakku dipermanenkan dan disaat yang sama saya mendapat tawaran lebih bagus perusahaan nasional.

Aku pindah dengan kepala tegak, tanpa rasa dendam.

Saya masuk perusahaan nasional, dikasih kesempatan untuk membangun departemen baru, dan setelah perjalanan panjang, saya belajar untuk rendah hati, berserah. menengok kebelakang, selalu ada Invisible Hand, Tangah Yang Tidak Kasat Mata, menolongku yang teraniaya, walaupun aku sombong dan keras kepala.

Dua tahun pertama seperti bulan madu, Tahun ketiga, bos tertinggi akhirnya pensiun dengan transisi yang sedikit kurang lancar, office politik memang selalu ada dimana-mana, dan aku yang netral juga kena imbasnya.

Pimpinan lama yang merencanakan untuk aku memegang dua departement,  dibatalkan tanpa pemberitahuan, padahal proses penggabungan sudah di ujung jalan. 

Belajar dari pengalaman panjang menghadapi politik kantor dan suasana toxic, saya mencoba tenang, belajar mengkomunikasikan rasa dengan profesional, mengerjakan yang terbaik porsi saya sesuai dengan tanggung jawab saya, sebanyak mungkin berkontribusi positif walaupun suasana tidak mendukungku.

Saya terima dengan lapang dada, dan berserah. 

Sampai setahun setelahnya saya mendapatkan tawaran dari dua perusahaan asing, untuk bergabung, sekarang saya sedang dalam transisi untuk bergabung dengan salah satu perusahaan komoditas asing.

Semoga pada tahap ini, saya sudah mengikis kerak kesombongan, mencuci bersih kekerasan hati, dan sudah bisa berkomunikasi dan berkolaborasi dengan apik, dengan atasan dan rekan kerja. 

Semoga ditahap ini, saya bisa memilah dan memilih untuk tidak terlibat dipolitik kantor dan menjadi bagian dari team yang positif, membangun suasana kerja yang supportif bagi semua orang, menendang jauh-jauh gejala toxic di lingkungan kerja.

dan yang lebih penting dari itu, tetap menjadi baik, apapun lingkungan memperlalukan kita, karena setelah saya pelajari, itu yang menjadi alasan, Invisible Hand, Tangan Yang Tak Kasat Mata, selalu melindungiku.

Bisnisku juga mulai berkembang dan bisa di handle dengan baik, belajar mengucap syukur dan yang sudah Tuhan beri, dan Bahagia itu pilihan hari ini, buka besok atau nanti.

Be good guys!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun