"Pras, sebenarnya, sejak pertama melihatmu, aku sudah menyukaimu, aku berusaha menarik perhatianmu, selalu ada didekatmu",
"Tetapi sepertinya kamu sibuk dengan dirimu sendiri dan sibuk dengan hati dan dan pikiranmu yan jauh entah dimana".
"Aku sudah Lelah untuk merebut hatimu, apakah kesedihanmu adalah kabar baik buatku?.
Aku terus tertunduk, airmata jatuh membasahi rumput taman didekat kakiku dan membeku. Swetlana beranjak dari sampingku, beringsut pergi, aku hanya terdiam sambil mendengarkan suara kakinya menjauh, samar dan mengilang.
Dingin dan kesendirian menjadi sempurna ketika salju mulai turun, surat itu jatuh, karena tangan dan hatiku tidak kuasa lagi menahan luka yang dalam.
Lambat laun salju mulai menutupi lembaran kertas usang dan lusu itu, berganti dengan hamparan putih salju meliputi padangan mataku.
Aku pergi beranjak, karena dinginnya mulai menusuk tulang dan hatiku, beberapa langkah aku berjalan, aku menengok kebelakang dan, melihat sepasang jejak langkah luka, yang mulai tertimbun tebalnya hujan salju ditaman saint Petersburg.
Aku melanjutkan langkah dan berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H