Mohon tunggu...
RINTO TAMPUBOLON
RINTO TAMPUBOLON Mohon Tunggu... Guru - Seorang Ayah, Suami dari Isteri yang baik, Seorang guru dan juga orang yang mau belajar

Aku selalu memimpikan sebuah perubahan di bangsa ini, namun kan ku mulai dari diriku sendiri...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perempuan Asal Sidikalang Ini Kuliah di Wellesley

25 Agustus 2019   01:19 Diperbarui: 25 Agustus 2019   01:26 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Hi Sir, I've reached Indonesia this morning!" pesannya nongol di messanger fb ku tanggal 5 Agustus lalu. Anak ini memilih untuk menghabiskan sisa libur musim panasnya untuk bertemu dengan keluarganya di Sidikalang. Sudah setahun ia kuliah di negeri Paman Sam, tepatnya di Wellesley College, di tempat kaum wanita hebat dunia bersekolah. 

Sebut saja Hillary Clinton, calon presiden perempuan pertama, yang nyaris mencetak sejarah baru di negara Trump tersebut. Meski jarang kita dengar, Wellesley merupakan salah satu kampus liberal art teratas di USA, sejajar dengan kampus besar Harvard ataupun MIT yang juga berada di Boston. Uniknya, kampus ini hanya diperuntukkan khusus bagi perempuan saja. 

 Tampaknya, hanya sedikit perempuan Indonesia yang pernah kuliah di sana. Salah satunya adalah Menteri BUMN kita saat ini, Rini Soemarno. Rini Soemarno ternyata lahir di Amerika dan putri seorang Gubernur Bank BI dan menteri keuangan masa pemerintahan Sukarno. Sepertinya, ia terlahir di keluarga ningrat. Rini mengambil jurusan Ekonomi.

 Satunya lagi bernama Junita Sirait, gadis berusia 19 tahun asal kota Sidikalang, ibu kota Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya berprofesi sebagai tentara, dengan pangkat biasa. Ibunya seorang guru PNS di SMP N 1 Sidikalang. Mereka tinggal di perumahan tentara sederhana. Di awal tahun lalu, saya dan keluarga bertahun baru dan bertemu dengan orang tuanya yang sangat ramah. Di rumah yang tidak lapang itu, aku mendengar sekelumit kisah tentang anak perempuan yang lahir tanggal 15 Juni 2000, persis tanggal di waktu aku lahir 12 tahun sebelumnya. Kalau Rini Soemarno ambil jurusan Ekonomi, Junita memilih Computer Science di kampus yang sama.

 Ia bersekolah di SD dan SMP negeri di Sidikalang. Lalu, ia diterima menjadi siswa SMA Unggul Del, setelah melewati beberapa ujian yang sangat ketat. Menariknya, prestasi akademik Junita sejak SD sampai SMA konsisten, selalu juara umum.

 Oh ya, kembali ke pesannya di atas. Membaca itu, aku sontak senang. "Welcome home!" balasku. Junita bilang, ia akan di kampungnya sampai akhir bulan Agustus. Mendengar itu, aku memintanya untuk berkunjung ke sekolah (SMA Unggul Del), untuk ketemu dengan adik-adiknya. Aku ingin Junita bercerita tentang perjalanannya menuju Wellesley, juga tentang beasiswa Pestalozzi yang membawanya ke Inggris untuk menamatkan SMAnya. Junita menyambut undanganku dengan senang. Aku membayangkan, ceritanya akan menumbuhkan optimisme dan semangat yang membara bagi para juniornya. 

 Singkat cerita, Junita bersedia untuk meluangkan waktunya berkunjung kemarin sore meski cuma sebentar. Ia ditemani ayah dan abangnya yang juga sedang liburan. Aku mengundang anak-anak yang ekskul menulis yang kubina, juga siswa lain yang punya minat kuliah ke Amerika dan juga yang minat dengan program beasiswa Pestalozzi mengingat kerja sama dengan Yayasan Pestalozzi direncanakan akan dibuka kembali tahun depan.
 ***
 Junita tiba di sekolah pukul 4 sore, sesuai dengan janji. Ia tampak jauh lebih feminim dengan rambut ikalnya yang kini panjang dan dibiarkan terurai. Terakhir kali sewaktu SMA, rambutnya pendek sekali, nyaris seperti laki-laki. Sepulang dari Inggrispun, seingatku paling hanya sebahu. Yang tidak berubah adalah cara berpakaiannya yang selalu kasual dan santai. Setelah ketemu dan menyapa beberapa guru, kami menuju ruangan. 

 Di ruangan, siswa yang hadir lebih sedikit dari yang diharapkan. Ternyata banyak yang berhalangan karena kegiatan lain. Tapi suasana malah lebih cair dan sesi ini menjadi sangat istimewa karena hampir semua peserta terlibat aktif dalam diskusi. 

 Pembuka

 Sebagai pembuka, tanpa basa basi, Junita memperkenalkan dirinya dengan singkat saja. Lalu, ia mulai saja bercerita tentang kenapa ia mau sekolah di SUD. Alasan satu-satunya adalah karena program beasiswa Pestalozzi, yang memberikan kesempatan bagi dua seniornya, Yanti dan Eta, sekolah ke Inggris. Ternyata, sejak SMP Junita sudah punya tujuan yang jelas dalam hidupnya. Dan seperti Paulo Coelho bilang, "Bila kau sungguh-sungguh ingin meraih sesuatu, semesta akan bahu-membahu mewujudkannya". Ketika gilirannya tiba untuk ikut seleksi Pestalozzi, ia menjadi salah satu kandidat yang sangat mengesankan!

 Tahun 2016, Junita bersama Mario berangkat ke Inggris. Waktu itu, aku ditugaskan untuk mendampingi perjalanan mereka. Junita bersekolah di Claremont School. Ia mengaku, ia musti berjuang keras untuk bisa meraih prestasi akademik yang gemilang. Bahasa sempat menjadi salah satu kendala utama yang harus dilalui. Pasalnya, teman-temannya yang lain berasal dari negara yang Bahasa Inggris adalah Bahasa keduanya. Sedangkan di Indonesia, Bahasa Inggris belum menjadi Bahasa sehari-hari kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun