Puisinya diatas karya sastrawan, dan ulama mahsyur asal Madura, Ra Zawawi Imron. Puisinya memberi ilustrasi yang pas untuk menggambarkan tindakan brutal Mario Dandy, bersama temannya secara brutal menganiaya Cristalino David Ozora, serta respon balik Sri Mulyani atas tindakan itu yang melibatkan mantan anak buahnya Rafael Alun Trisambodo, mantan Kabag Umum Ditjen Pajak Jakarta Selatan II.
"Sungguh pedih dan remuk hati melihat kondisi David akibat penganiayaan yang kejam dan keji", ungkap Sri Mulyani usai besuk Cristalino David Ozora, seraya memanjatkan doa untuk kesembuhan David.
Sekalipun menjadi pejabat tinggi negara, Menteri Keuangan tetap saja sebagai seorang ibu. Hati ibu mana yang tidak tergerak, tersentuh di saat melihat seorang anak menjadi korban penganiayaan.
Lebih geram, penganiayaan itu dilakukan oleh anak petinggi Ditjen Pajak yang mempertontonkan gaya hidup mewah dan arogan. Gaya hidup yang ia tekankan untuk dijauhi di lingkungan Kementerian Keuangan yang ia pimpin.
Sebagai mitra kerja, saya merasakan betapa gundahnya hati Sri Mulyani. Bermula dari masalah kenakalan remaja yang melebihi batas, hingga lembaga yang ia pimpin tercoreng, padahal dengan susah payah ia membangun nama baik Kementerian Keuangan dengan segenap jajaran. Nila setitik, rusak susu sebelanga.
Saat ketegangan memuncak, sengkarut persoalan sulit terurai. Luasnya kasih hati ibu mencairkan keadaan. Membuka hati yang tertutup dari kata maaf, merajut benang kasih sayang, mengalihkan kebencian menjadi senyawa kekeluargaan.
Kita berharap ungkapan hati tulus Sri Mulyani itu menunjukkan sikap tanggung jawab seorang ibu atas kenakalan anaknya di Ditjen Pajak. Paling tidak, ungkapan hati Sri Mulyani bisa menjadi peredam berbagai prasangka keluarga David Ozora, dan masyarakat luas terhadap institusinya, meskipun proses hukum harus tetap ditegakkan.
Diakui atau tidak, peran ibu dimanapun sangat penting. Sifat mengayomi, kasih sayangnya, samudera hatinya yang luas, pribadinya yang selalu membimbing sungguh saya rasakan. Saya yang tumbuh di PDI Perjuangan juga dibimbing dan dibesarkan oleh seorang ibu, Hj Megawati Soekarnoputeri, ibu yang selalu bersemayam pada hati kami, seluruh kader PDI Perjuangan.
Lembaga kami di DPR juga dipimpin oleh seorang Ibu, Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi. Ditangannya DPR teramat disegani, kiprahnya menjadi penghubung berbagai parlemen dari berbagai negara.
Apalagi kepemimpinnya pada Parlemen 20, yakni perkumpulan DPR dari negara negara G20 membuat Indonesia kian disegani. Melalui forum ini, DPR menggerakkan dukungan politik yang cukup bagi pemerintahan yang tergabung dalam G20, sehingga KTT G20 di Bali tahun lalu sangat sukses.