Mohon tunggu...
Sorot
Sorot Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana Sorot digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel seputar rilis, serta kolaborasi dengan mitra. Email : sorot.kompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Melalui Senyum Ibu Pertiwi, KPPPA dan BPIP Ajak Kaum Perempuan Indonesia Bangkit

23 Desember 2020   14:29 Diperbarui: 23 Desember 2020   18:25 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri KPPPA, I Gusti Ayu Bintang Darmawati memberikan keterangan mengenai pentingnya peran wanita untuk kemajuan bangsa. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)

Dalam rangka memperingati Hari Ibu yang ke-92, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan acara bertajuk "Senyum Ibu Pertiwi" yang disiarkan oleh Kompas TV pada Selasa, 22 Desember 2020, pukul 8 malam.

Acara tersebut dibuka dengan pidato singkat yang dibacakan oleh Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri secara virtual. Ia berpesan bahwa secara undang-undang, kaum perempuan dan juga anak-anak di Indonesia telah dilindungi sepenuhnya oleh negara.

Megawati memberikan contohnya seperti undang-undang Persetujuan Konvensi Hak-hak Politik Kaum Wanita tahun 1958, Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan tahun 1984, undang-undang Hak Asasi Manusia tahun 1999, undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga tahun 2004, dan berbagai undang-undang lainnya yang berkaitan dengan perkawinan, anak, dan juga pornografi, serta human trafficking.

Namun, ia menyayangkan mengapa yang terjadi di lapangan, justru masih banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang disebut sebagai perlindungan bagi kaum perempuan.

"Mengapa setelah kita mencapai kemerdekaan yang penuh, yang dialami oleh kaum perempuan kita justru lebih banyak hal-hal yang tidak esensial terhadap perkembangan dan kemajuan negara?" ujarnya.

Ia juga mengakui bahwa jumlah kaum perempuan yang berprestasi jika dibandingkan dengan jumlah perempuan di seluruh Indonesia masih sangat minim.

Untuk itu, ia berharap Peringatan Hari Ibu ini dapat menjadi kontemplasi bagi seluruh kaum perempuan Indonesia untuk bersama-sama berpikir dan meyakini bahwa sesungguhnya sudah tidak ada halangan lagi bagi kaum perempuan untuk maju, karena telah diberikan kehormatan penuh oleh negara dan pemerintah untuk berikrar bagi bangsa dan negara.

"Siapapun yang mau berprestasi memperjuangkan kehidupan bangsa dan negara ini, kepada kita kaum perempuan untuk berkiprah bagi bangsa dan negara. Mari bersatu padu menyuarakan, perempuan juga mampu dan bisa! " tutupnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan talkshow yang dihadiri oleh narasumber Menteri PPPA, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dan Kepala BPIP, Prof. Yudian Wahyudi, serta dipandu oleh host Frisca Clarissa, dan Irgi Fahrezi.

Ketika ditanya mengenai kata "perempuan", Bintang Darmawati berpendapat yang terlintas adalah sosok yang penuh kelembutan, tetapi pejuang yang tangguh.

"Esensinya perempuan adalah esensi kehidupan, pejuang peradaban, dan pelita penerang yang akan menjadi pemantik, yang akan mempunyai harapan untuk pembangunan bangsa dan negara ini jauh lebih baik ke depannya," ucapnya.

Sementara itu, Yudian Wahyudi berpendapat bahwa, kalau ingat perempuan, ia ingat dengan pahlawan yang terlupakan. Karena ibu adalah sumber perabadan, dari ibu lahir anak, lahir kader, dan seterusnya.

Namun menurutnya, peran ibu banyak terlupakan, termarginalkan, dan bahkan perempuan jadi korban sejarah. Di mana semestinya kaum perempuan adalah orang terdepan yang bisa melahirkan peradaban.

Mengenai makna Hari Ibu, Bintang mengatakan bahwa peringatan ini adalah untuk mengenang perjuangan para perempuan melalui pemikirannya, dan gagasannya, yang dilaksanakan pada kongres perempuan pertama di Yogyakarta, 22 Desember 1928.

"Jadi peringatan hari ibu itu bagaimana kita mendorong, memotivasi, peran aktif perempuan melalui kerja nyatanya, kemudian menyuarakan pendapatnya, dan memilih profesinya sendiri dalam perwujudannya sebagai ibu bangsa," ujarnya.

Ia mengatakan jika hari ibu adalah hari untuk semua perempuan, baik itu perempuan generasi muda sampai yang tua, dengan tidak memandang suku, agama, ras, dan juga untuk perempuan-perempuan yang tidak hanya ada di perkotaan tetapi juga di pedesaan, serta untuk perempuan-perempuan penyandang disabilitas.

Ia berharap jika di hari ibu ini, perempuan juga mendapat dukungan dari semua lintas, terutama dukungan dari kaum laki-laki, untuk memberikan kesempatan dan juga membuka jalan bagi perempuan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

"Lebih singkatnya, perempuan tidak hanya menjadi penikmat pembangunan, tetapi bagaimana perempuan bersama dengan laki-laki berjalan beriringan ikut berperan di dalam mengisi pembangunan itu sendiri," tambahnya.

Peran perempuan dalam bidang kesehatan, Yudian menyebutnya sebagai pahlawan, sebagai contohnya saat pandemi Covid-19 ini. Ia menggambarkan keadaan saat ini seperti sedang perang dunia ketiga, namun yang gugur terlebih dahulu bukanlah tentara, melainkan tenaga medis, di mana jumlah mereka di lapangan lebih dari 70% adalah perempuan.

Di bidang ekonomi, Yudian menceritakan pengalamannya ketika dahulu ia melihat para ibu sudah mulai pergi ke pasar sejak subuh, lalu pulang, dan kemudian lanjut bekerja sebagai guru, kerja serabutan, dan lain sebagainya di saat mungkin suaminya masih tidur atau sedang santai.

"Jadi mereka ini pahlawan di lapangan," lanjutnya.

Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)
Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)
Sementara di bidang pendidikan, menurut Yudian, peran perempuan sudah tidak diragukan lagi. Semua lapisan pendidikan, terutama tenaga pengajar sukarela atau volunteer rata-rata 80% adalah kaum perempuan. Seperti di tingkat TK dan SD di mana gaji yang diperoleh sangat kecil, namun jumlah volunteer perempuannya sangat besar.

Bicara mengenai peran perempuan dalam pembangunan, Bintang berpendapat jika hal itu bisa dimulai dari masyarakat terkecil yaitu keluarga. Menurutnya perempuan adalah seorang manajer dalam keluarga yang memiliki peranan sangat penting.

Ia mengatakan bahwa perempuan tidak boleh membangun konstruksi gender atau bahkan diskriminasi terhadap anak-anak.

Bintang juga menyayangkan bahwa di beberapa daerah di Indonesia, masih ada pelabelan terhadap perempuan sebagai kaum rentan. Ia berpendapat jika sebenarnya kerentanan perempuan itu bukan karena perempuannya yang lemah, tetapi konstruksi sosial di masyarakat Indonesia yang menempatkan perempuan itu lemah, sehingga muncul stimulatisasi, kemudian perempuan termarjinalkan.

Acara ini juga menghadirkan narasumber-narasumber spesial yaitu para sosok perempuan penggebrak perubahan dari berbagai sektor penting di Indonesia yang juga dihadirkan secara virtual.

Mereka adalah Saraiyah dari Nusa Tenggara Barat dan Indotang dari Makassar yang bergerak di bidang pendidikan, Vita Krisnadewi asal Yogyakarta yang bergerak di bidang ekonomi, Siti Hajir dari Jambi yang bergerak di bidang kebudayaan, dan Senita Rizki Wahyuni dari Riau yang bergerak di bidang kesehatan.

Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)
Dok. (KOMPASIANA/LIKE PERMATA DEWI)
Selain talkshow, acara yang digelar secara virtual ini juga dimeriahkan oleh penampilan dari penyanyi Titi DJ, dan juga Seniman Nusantara yang menyajikan hiburan untuk para kaum perempuan di seluruh Indonesia. (LKE)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun