"Ih, cindy. Kamu mah nggak boleh masuk. Da kamu mah kristen. Di sini mah bukan tempat untuk orang kristen." Cindy hanya diam dan tiba-tiba muncullah sang ibu yang langsung memanggil anaknya untuk tidak masuk TK itu.
Apa yang Anda pikirkan setelah membaca dua kasus di atas? Di sini terlihat anak - anak itu tidak diajarkan tentang pentingnya toleransi dan memahami perbedaan. Yang dalam kasus ini adalah agama. Mereka terbawa oleh pikiran bahwa sesuatu yang berbeda adalah salah. Itu mengapa mereka menjauhi temannya yang berbeda.
Tidak hanya agama, tetapi juga suku. Saat masih SMA, saya memiliki teman. Dia seorang keturunan Cina. Dari guru yang mengajar di kelasnya saya tahu bagaimana dia diperlakukan oleh teman-temannya dan ternyata alasan teman-teman sekelasnya melakukan itu adalah karena dia seorang keturunan Cina.
Anak-anak adalah kertas putih. Apa yang tertulis pada mereka adalah apa yang diajarkan dan dilakukan oleh orang-orang sekitarnya entah itu orang tua, guru dan saudara-saudaranya. Mereka menyerap apa yang orang-orang terdekat mereka katakan benar. Mungkin, zaman sekarang anak-anak itu memang tidak melihat keharmonisan seperti dahulu. Seperti yang hampir diberitakan setiap hari,bentrokan antar golongan terjadi di mana-mana. Sehingga yang tertanam dalam benak mereka adalah kekerasan dan bahwa golongan lain yang berbeda dari mereka adalah musuh.
Saya bukanlah seorang psikolog atau ahli anak, namun menurut saya penanaman rasa toleransi pada anak sangatlah penting. Tak terbayang apabila mereka tidak dididik dengan sikap itu, apa jadinya Indonesia di masa depan? Mungkin negara ini akan terpecah belah karena manusianya menganggap perbedaan adalah sesuatu yang salah. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras dan agama. Terjadinya keretakan antar golongan sangatlah berpotensi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya anak-anak Indonesia diajarkan sikap toleransi sejak dini agar pada saat mereka dewasa, mereka telah mengerti dan memahami bagaimana cara hidup berdampingan dalam harmoni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H