Mohon tunggu...
Masayu Soraya
Masayu Soraya Mohon Tunggu... -

I'm a student in one of the polytechnic in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Menanamkan Sikap Toleransi pada Anak

9 Februari 2014   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari itu hari yang sibuk. Rumah ramai oleh suara mixer dan peralatan memasak lainnya. Suasana begitu berisik. Dalam keadaan seperti itu, saya memilih untuk menonton TV daripada mengganggu mamah saya yang sedang memasak. Ditemani oleh adik saya yang celotehannya kadang-kadang membuat saya tertawa. Namun, kali ini celotehannya berbeda. Ceritanya begini,

"Teh, tadi di sekolah kasihan loh temen dede. Nggak ada yang mau duduk sama dia."

"Loh, emang kenapa?"

"Soalnya dia agamanya kristen. Temen aku nggak mau duduk sama dia soalnya dia kristen."

"Loh, kok gitu? Nggak boleh gitu dong sayang. Emang temen dede yang kristen namanya siapa?"

"Namanya (kita sebut saja) Nayla. Tapi dede mah mau duduk sama dia. Jadi dia duduk sama dede."

"Oh, bagus dong."

Cerita adik sayapun bergulir,

"Waktu itu pas dede nggak masuk gara-gara sakit, nggak ada yang mau duduk sama dia. Nayla udah bilang sama temen-temen kenapa nggak mau duduk sama Nayla. Nayla bilang Aku kan nggak akan nyebarin penyakit. Nggak apa-apa atuh duduk sama aku. Tapi temen-temen tetep nggak mau dekatin dia."

Ya Alloh, jujur saya waktu itu jadi sangat sedih mendengar celotehan adik saya. Kasihan sekali anak setingkat 2 (dua) SD sudah harus mengalami perlakuan seperti itu dari teman-temannya. Ini sih namanya sudah diskriminasi agama. Yang saya tidak mengerti adalah yang melakukannya adalah anak-anak kelas dua SD. Ckckck.

Terdapat juga contoh kasus lain. Di sekitar rumah saya, terdapat Taman Kanak-kanak yang biasanya pada sore hari boleh dimasuki oleh anak-anak sekitar untuk bermain. Sang pemilik TK adalah tetangga saya juga. Kebetulan saat itu saya sedang melewati jalan depan TK. Dari luar pagar, terlihat anak sang pemilik juga sedang bermain. Saat Cindy, anak tetangga saya yang beragama katolik akan ikut bermain, Ia dilarang masuk oleh anak sang pemilik TK. Saya masih ingat bagaimana sang bocah berkata,

"Ih, cindy. Kamu mah nggak boleh masuk. Da kamu mah kristen. Di sini mah bukan tempat untuk orang kristen." Cindy hanya diam dan tiba-tiba muncullah sang ibu yang langsung memanggil anaknya untuk tidak masuk TK itu.

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca dua kasus di atas? Di sini terlihat anak - anak itu tidak diajarkan tentang pentingnya toleransi dan memahami perbedaan. Yang dalam kasus ini adalah agama. Mereka terbawa oleh pikiran bahwa sesuatu yang berbeda adalah salah. Itu mengapa mereka menjauhi temannya yang berbeda.

Tidak hanya agama, tetapi juga suku. Saat masih SMA, saya memiliki teman. Dia seorang keturunan Cina. Dari guru yang mengajar di kelasnya saya tahu bagaimana dia diperlakukan oleh teman-temannya dan ternyata alasan teman-teman sekelasnya melakukan itu adalah karena dia seorang keturunan Cina.

Anak-anak adalah kertas putih. Apa yang tertulis pada mereka adalah apa yang diajarkan dan dilakukan oleh orang-orang sekitarnya entah itu orang tua, guru dan saudara-saudaranya. Mereka menyerap apa yang orang-orang terdekat mereka katakan benar. Mungkin, zaman sekarang anak-anak itu memang tidak melihat keharmonisan seperti dahulu. Seperti yang hampir diberitakan setiap hari,bentrokan antar golongan terjadi di mana-mana. Sehingga yang tertanam dalam benak mereka adalah kekerasan dan bahwa golongan lain yang berbeda dari mereka adalah musuh.

Saya bukanlah seorang psikolog atau ahli anak, namun menurut saya penanaman rasa toleransi pada anak sangatlah penting. Tak terbayang apabila mereka tidak dididik dengan sikap itu, apa jadinya Indonesia di masa depan? Mungkin negara ini akan terpecah belah karena manusianya menganggap perbedaan adalah sesuatu yang salah. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras dan agama. Terjadinya keretakan antar golongan sangatlah berpotensi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya anak-anak Indonesia diajarkan sikap toleransi sejak dini agar pada saat mereka dewasa, mereka telah mengerti dan memahami bagaimana cara hidup berdampingan dalam harmoni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun