Mohon tunggu...
Sopyan Maolana Kosasih
Sopyan Maolana Kosasih Mohon Tunggu... -

Saya adalah guru PKn di SMP Negeri 3 Bogor.\r\nSaya juga senang beraktifitas diberbagai kegiatan sosial yang terkait dengan pendidikan dan pelayanan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Pun Bisa Mengubah Dunia! (1)

27 Januari 2011   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

ermasalahan guru

Dalam beberapa seminar atau workshop yang pernah diikuti, pertanyaan-pertanyaan dari peserta hampir bisa dipastikan akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan guru dengan isu yang sama. Kadang-kadang saya sering berpikir nakal dengan memberikan asumsi bahwa masalah pendidikan memang memiliki permasalahan yang sama namun penanganan yang dilakukan dimanapun masih belum bisa menjadikan solusi. Lambatnya perubahan untuk melakukan perubahan di persekolahan menjadi tanda akan lambat perubahan yang terjadi di negeri tercinta ini.

Beberapa permasalahan dengan murid yang sering muncul diantaranya:

“Saya berusaha melakukan pendekatan kepada murid agar ia dapat berubah, namun muridnya tetap saja murid tidak berubah bahkan seperti menantang”

“Murid tahun ini lebih nakal dan tidak menunjukkan sikap hormatnya kepada guru”

“Anak-anak malas mengumpulkan tugas”

“Murid-murid sering bermain telefon seluler di kelas”

“Saya biarkan murid saya nyontek, daripada nilainya jelek”

“ Anak-anak banyak membawa video porno di sekolah”

“Murid jaman sekarang sudah biasa gonta-ganti pacar”

“Anak-anak merokok di lingkungan sekolah”

“Di kelas anak-anak pasif dan tidak konsentrasi mengikuti pelajaran”

“Murid-murid lebih suka menyontek daripada mengerjakan sendiri sehingga jawaban soal seragam”

Permasalahan yang muncul dengan tugas pribadi, diantaranya:

“Perubahan kurikulum itu bikin repot”

“Perangkat pembelajaran yang saya buat hasil foto copy dari penerbit atau teman saya”

“Saya tidak memeriksa ulangan”

“Saya tidak memperhatikan kerapian pakaian murid-murid di sekolah”

“Saya tidak suka ikut pelatihan”

“Saya tidak mau tahu dengan permasalahan murid saya, yang penting mereka harus mengerjakan tugas”

Hal yang berkaitan dengan atasan atau system di sekolah, misalnya:

“Kepala sekolah saya tidak perhatian terhadap masalah guru”

“Kepala sekolah selalu bertindak sewenang-wenang”

“Kepala sekolah pilih kasih dalam penunjukkan dan pemberian tugas”

“Saya dipersulit ketika mau naik golongan”

Rapel gaji tidak pernah datang tepat waktu”

Dari sedikit permasalahan di atas, kita bisa merasakan betapa saat ini sekolah hampir bisa dipastikan tidak kondusif untuk melaksanakan proses pembelajaran. Hampir semua kasus diselesaikan dalam bentuk tindakan reaktif bukan persuasive dalam konteks jangka panjang dan tuntas. Pendekatan seperti ini jelas akan menyebabkan suasana dalam proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun