Mohon tunggu...
Inspirator Keluarga Indonesia
Inspirator Keluarga Indonesia Mohon Tunggu... lainnya -

"Berbagi inspirasi untuk kebahagiaan hakiki.."

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Resolusi 2016: Menikah!

2 Januari 2016   08:02 Diperbarui: 2 Januari 2016   08:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal tahun baru, biasanya banyak orang yang membuat resolusi dalam hidupnya untuk satu tahun ke depan. Resolusi tersebut ada yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga, bisnis, pendidikan, karir, dan sebagainya. Resolusi dibuat sebagai penyemangat bagi seseorang untuk meraih target atau cita-cita yang diinginkan.

Maka ada baiknya juga, di awal tahun baru ini, bagi yang belum menikah dan sudah mempunyai syarat dan ketentuan yang berlaku hendaknya tidak lupa untuk mencantumkan satu resolusi yang harus dicapai tahun ini yaitu: menikah.

Kenapa harus menikah?

Pertanyaan ini sebetulnya agak-agak susah untuk dijelaskan, karena berkaitan dengan pengalaman pribadi seseorang. Ibarat ada orang yang belum pernah makan durian, kemudian bertanya tentang rasa buah durian, tentu akan sangat sukar untuk menjelaskannya. Maka jawaban satu-satunya yang bisa kita berikan adalah, “cobain aja deh langsung.”

Namun demikian, saya ingin menjelaskan bahwa menikah itu memiliki banyak tujuan. Sedikitnya ada empat tujuan pokok dari pernikahan, yaitu sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, sebagai ikhtiar untuk memperoleh dan melanjutkan keturunan, sebagai usaha untuk memelihara kehormatan diri, dan terakhir sebagai upaya untuk menyalurkan hasrat biologis di jalan yang benar dan tidak menyimpang.

Pertama, menikah merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan karena menikah adalah perintah Tuhan. Dalam agama Islam, seseorang yang sudah memiliki kesiapan diperintahkan untuk menikah. Bahkan Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa menikah itu adalah sunah beliau siapa yang tidak suka dengan sunah beliau maka ia tidak diakui sebagai umatnya. Nabi saw membenci orang yang sengaja untuk membujang atau tidak mau menikah padahal sudah memiliki kecukupan.

Kedua, menikah merupakan sarana untuk memperoleh dan melanjutkan keturunan. Salah satu tujuan menikah adalah untuk memperoleh keturunan secara sah. Karena itu, pernikahan dalam Islam melarang perkawinan sesama jenis karena yang demikian tidak akan mungkin mengantarkan kepada tujuan pernikahan yaitu untuk memperoleh keturunan. Konon kabarnya, di beberapa negara eropa saat ini giat dikampanyekan kepada para pemuda dan pemudinya untuk melaksanakan pernikahan dan memperoleh keturunan, karena generasi muda di negara-negara tersebut sudah sangat berkurang. Mereka sangat khawatir terkena dampak lost generation.

Ketiga, menikah adalah sarana untuk memelihara kehormatan diri. Dalam agama Islam, tidak ada yang namanya pacaran. Mengapa? Karena pacaran adalah pintu gerbang perbuatan zina. Pacaran lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Karena pacaran lebih banyak mengeksploitasi hawa nafsu daripada mengekspresikan rasa cinta dengan baik dan benar. Maka bagi yang sudah siap menikah, jangan lama-lama menunda untuk menikah. Karena setelah menikah apapun aktivitas kemesraan yang dilakukan pasangan suami-istri bisa bernilai ibadah. Beda dengan pacaran, semakin mesra, semakin intim maka semakin menambah dosa.

Keempat, menikah adalah sarana untuk menyalurkan hasrat biologis di jalan yang benar. Tidak dipungkiri bahwa setiap orang memiliki hasrat biologis (seksual) baik laki-laki maupun perempuan. Maka menikah adalah sarana yang disediakan Allah untuk menyalurkan hasrat biologis secara benar, bertanggungjawab, dan tidak menyimpang. Sudah banyak terjadi kerusakan di masyarakat kita akibat penyaluran hasrat biologis secara sembarangan, tidak benar, dan menyimpang. Naudzubillah.

Bekal Pernikahan

Dengan empat tujuan menikah yang dipaparkan tersebut, saya berharap muda-mudi yang masih lajang dan sudah memiliki kesiapan tertarik dan bersegera untuk melakukan pernikahan. Pertanyaan berikutnya, apa yang harus saya persiapkan? Nikah sih pengen, tapi..

Ada empat hal yang harus anda persiapkan, yaitu kesiapan fisik, kesiapan ilmu, kesiapan mental, dan kesiapan materi. Pertama, kesiapan fisik. Ketika anda berencana untuk menikah maka kesiapan fisik harus anda persiapkan. Karena berumah tangga pasti membutuhkan fisik yang prima. Dalam aktivitas seksual misalnya, kasihan rasanya pasangan kita kalau dari awal menikah kita sudah sakit-sakitan. Apalagi nanti kalau sudah memiliki anak, kesehatan fisik yang prima juga sangat dibutuhkan. Bagi seorang ibu mengurus anak dan suami membutuhkan fisik yang prima. Begitupun halnya dengan suami, aktivitas untuk memenuhi nafkah bagi anak dan istri juga membutuhkan kesehatan fisik yang prima.

Kedua, persiapan ilmu. Dunia pernikahan (rumah tangga) adalah dunia yang berbeda dengan dunia lajang saat ini. Diperlukan ilmu dalam berumah tangga agar keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang bahagia, yang sakinah mawadah warahmah. Banyak keluarga yang tidak bertahan lama dan berantakan di tengah jalan karena kurangnya ilmu dan pemahaman dalam berumah tangga. Karena itu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ilmu tentang rumah tangga ini wajib diketahui. Paling tidak, anda yang mau menikah mengetahui tentang tujuan berumah tangga, hak dan kewajiban suami atau istri, dan beberapa tips praktis dalam merawat cinta kasih antara suami dan istri.

Ketiga, persiapan mental. Menjadi seorang suami atau seorang istri tentu membutuhkan persiapan mental yang baik. Karena menjadi suami atau istri pasti berbeda ketika kita masih jomblo. Dibutuhkan sikap dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam berumah tangga. Begitupun halnya ketika anak-anak hadir dalam kehiupan rumah tangga ketika status kita berubah menjadi ibu dan bapak. Persiapan mental benar-benar harus dimiliki. Bila tidak, maka kehadiran anak yang sejatinya untuk melengkapi  kebahagiaan sebuah keluarga akan berakibat menjadi dunia yang penuh derita.

Keempat, persiapan materi. Kalau yang terakhir ini, tentu saja disesuaikan dengan keadaan kita. Maksudnya, memang benar bahwa menikah itu membutuhkan materi. Karena ketika melaksanakan akad pernikahan atau resepsi pernikahan pasti membutuhkan materi. Namun demikian, alasan kesiapan materi ini jangan dijadikan sebagai alasan untuk menunda pernikahan.

Terkait dengan materi, khususnya dalam hal mahar ada satu kaidah penting yang harus dijadikan pegangan, bahwa sebaik-baik pria adalah yang memberikan mahar terbaik untuk calon istrinya. Dan sebaik-baik perempuan adalah yang tidak mempersulit dan membebani calon suaminya. Begitupun pesan untuk para orang tua. Hendaknya tidak melihat kemampuan ekonomi calon menantunya dari keadaannya yang sekarang, karena yang namanya rezeki adalah rahasia Tuhan. Artinya, kalau memang calonnya berasal dari keluarga sederhana, maka jangan jadikan alasan materi sebagai alasan untuk melarang atau menolak pernikahan.

Kriteria

Tentang kriteria calon suami atau istri ini tentu saja standar tiap orang berbeda. Makanya Nabi saw mengatakan, biasanya wanita dinikahi karena empat perkara: karena rupanya, karena hartanya, karena keturunannya, dan karena agamanya. Dari keempat kriteria tersebut yang disarankan adalah memilih pasangan dengan kriteria agamanya.

Apakah tidak boleh mencari calon istri atau calon suami karena pertimbangan rupanya? Jawabannya: boleh. Tetapi yang baik agamanya. Kalau tidak baik agamanya, maka kecantikan atau ketampanan dari calon suami atau istri boleh jadi akan menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.

Apakah tidak boleh mencari yang kaya? Boleh. Asalkan taat agamanya. Kalau banyak harta tapi tidak taat beragama, jangan-jangan hartanya menjadi penyebab berantakannya rumah tangga. Begitupun dengan keturunan. Boleh-boleh saja mencari atau memilih calon dari keturunan pejabat, keturunan darah biru, keturunan ningrat. Tetapi sekali lagi harus baik agamanya.

Mengapa demikian? Karena ketiga kriteria tersebut, selain kriteria agama, hanya bersifat sementara alias tidak langgeng. Hari ini dia tampan, menarik, cantik, tapi beberapa tahun kemudian kecantikannya, ketampanannya akan sirna ditelan waktu atau mungkin (maaf) terkena penyakit dan sebagainya. Mungkinkah seseorang akan tetap setia ketika pasangan hidupnya sudah tidak semenarik lagi ketika baru menikah?

Kalau fisik yang yang jadi patokan utama, maka rentan rumah tangga berakhir dengan perceraian, karena rasa bosan mudah menghinggapi kedua pasangan. Hari ini, mungkin istri anda yang paling cantik, tapi besok hari ketika hadir wanita lain yang jauh lebih cantik dan menarik dari istri anda, bisakah mempertahankan setia? Kalau hanya menuruti hawa nafsu pasti tidak akan bisa.

Namun demikian, saya menganjurkan kepada yang hendak menikah, carilah calon pasangan yang sebaik-baiknya. Carilah jodoh terbaik anda. Carilah calon yang paling menarik bagi anda. Tetapi harus diingat bahwa jodoh adalah wewenang Tuhan, jodoh adalah takdir Tuhan, maka ketika Tuhan sudah memberikan pilihan, harus kita terima dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Hanya dengan rasa syukurlah kebahagiaan berumah tangga akan kita dapatkan.

Jadi, siap untuk menikah tahun ini? Harus siap.. saya doakan bagi yang niatnya sudah baik dan ikhlas semoga Allah memberikan kemudahan dan kelancaran. Amin.

 

Bekasi, 2 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun