Ada empat hal yang harus anda persiapkan, yaitu kesiapan fisik, kesiapan ilmu, kesiapan mental, dan kesiapan materi. Pertama, kesiapan fisik. Ketika anda berencana untuk menikah maka kesiapan fisik harus anda persiapkan. Karena berumah tangga pasti membutuhkan fisik yang prima. Dalam aktivitas seksual misalnya, kasihan rasanya pasangan kita kalau dari awal menikah kita sudah sakit-sakitan. Apalagi nanti kalau sudah memiliki anak, kesehatan fisik yang prima juga sangat dibutuhkan. Bagi seorang ibu mengurus anak dan suami membutuhkan fisik yang prima. Begitupun halnya dengan suami, aktivitas untuk memenuhi nafkah bagi anak dan istri juga membutuhkan kesehatan fisik yang prima.
Kedua, persiapan ilmu. Dunia pernikahan (rumah tangga) adalah dunia yang berbeda dengan dunia lajang saat ini. Diperlukan ilmu dalam berumah tangga agar keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang bahagia, yang sakinah mawadah warahmah. Banyak keluarga yang tidak bertahan lama dan berantakan di tengah jalan karena kurangnya ilmu dan pemahaman dalam berumah tangga. Karena itu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ilmu tentang rumah tangga ini wajib diketahui. Paling tidak, anda yang mau menikah mengetahui tentang tujuan berumah tangga, hak dan kewajiban suami atau istri, dan beberapa tips praktis dalam merawat cinta kasih antara suami dan istri.
Ketiga, persiapan mental. Menjadi seorang suami atau seorang istri tentu membutuhkan persiapan mental yang baik. Karena menjadi suami atau istri pasti berbeda ketika kita masih jomblo. Dibutuhkan sikap dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam berumah tangga. Begitupun halnya ketika anak-anak hadir dalam kehiupan rumah tangga ketika status kita berubah menjadi ibu dan bapak. Persiapan mental benar-benar harus dimiliki. Bila tidak, maka kehadiran anak yang sejatinya untuk melengkapi  kebahagiaan sebuah keluarga akan berakibat menjadi dunia yang penuh derita.
Keempat, persiapan materi. Kalau yang terakhir ini, tentu saja disesuaikan dengan keadaan kita. Maksudnya, memang benar bahwa menikah itu membutuhkan materi. Karena ketika melaksanakan akad pernikahan atau resepsi pernikahan pasti membutuhkan materi. Namun demikian, alasan kesiapan materi ini jangan dijadikan sebagai alasan untuk menunda pernikahan.
Terkait dengan materi, khususnya dalam hal mahar ada satu kaidah penting yang harus dijadikan pegangan, bahwa sebaik-baik pria adalah yang memberikan mahar terbaik untuk calon istrinya. Dan sebaik-baik perempuan adalah yang tidak mempersulit dan membebani calon suaminya. Begitupun pesan untuk para orang tua. Hendaknya tidak melihat kemampuan ekonomi calon menantunya dari keadaannya yang sekarang, karena yang namanya rezeki adalah rahasia Tuhan. Artinya, kalau memang calonnya berasal dari keluarga sederhana, maka jangan jadikan alasan materi sebagai alasan untuk melarang atau menolak pernikahan.
Kriteria
Tentang kriteria calon suami atau istri ini tentu saja standar tiap orang berbeda. Makanya Nabi saw mengatakan, biasanya wanita dinikahi karena empat perkara: karena rupanya, karena hartanya, karena keturunannya, dan karena agamanya. Dari keempat kriteria tersebut yang disarankan adalah memilih pasangan dengan kriteria agamanya.
Apakah tidak boleh mencari calon istri atau calon suami karena pertimbangan rupanya? Jawabannya: boleh. Tetapi yang baik agamanya. Kalau tidak baik agamanya, maka kecantikan atau ketampanan dari calon suami atau istri boleh jadi akan menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
Apakah tidak boleh mencari yang kaya? Boleh. Asalkan taat agamanya. Kalau banyak harta tapi tidak taat beragama, jangan-jangan hartanya menjadi penyebab berantakannya rumah tangga. Begitupun dengan keturunan. Boleh-boleh saja mencari atau memilih calon dari keturunan pejabat, keturunan darah biru, keturunan ningrat. Tetapi sekali lagi harus baik agamanya.
Mengapa demikian? Karena ketiga kriteria tersebut, selain kriteria agama, hanya bersifat sementara alias tidak langgeng. Hari ini dia tampan, menarik, cantik, tapi beberapa tahun kemudian kecantikannya, ketampanannya akan sirna ditelan waktu atau mungkin (maaf) terkena penyakit dan sebagainya. Mungkinkah seseorang akan tetap setia ketika pasangan hidupnya sudah tidak semenarik lagi ketika baru menikah?
Kalau fisik yang yang jadi patokan utama, maka rentan rumah tangga berakhir dengan perceraian, karena rasa bosan mudah menghinggapi kedua pasangan. Hari ini, mungkin istri anda yang paling cantik, tapi besok hari ketika hadir wanita lain yang jauh lebih cantik dan menarik dari istri anda, bisakah mempertahankan setia? Kalau hanya menuruti hawa nafsu pasti tidak akan bisa.