Biaya naik kapal ferry untuk mobil pribadi adalah Rp.200.000,-, kami tidak perlu membayar perkepala lagi. Mobil pribadi parkir di atas sementara bus dan truk parkir di bagian bawah kapal. Di kapal ferry disediakan kursi kursi untuk kami duduk, jika mau ke ruangan yang ber AC dan ber sofa, kita menambah Rp 10.000,- perkepala. Karena saat itu kami sibuk berbuat tidak senonoh (dengan kata lain : bersenda gurau dengan lelucon yang bisa bikin sakit hati) maka kami tidak beg itu membutuhkan ruang untuk beristirahat, kami duduk di kursi yang berjejer seperti di dalam bus dan berbicara dengan 1001 topik. Mulai dari apa yang dicari Mbok Jamu yang berkeliaran di parkiran bawah kapal, bau minyak angin yang Lanang anggap memberi aura terminal, dan toilet kapal yang luasnya menyaingi peti mati.
Perjalanan dari Merak dimulai, dan berisik ternyata pemirsa. Karena tidak semua dari kami pernah menempuh Lampung- Bandung dengan kendaraan pribadi, kebanyakan hanya pernah naik Bus, baik damri atau bus antar kota alias ngeteng alias mutus-mutus alias LEBIH MURAH. Contohnya Lanang , yang paling jauh keluar kota hanya sampe cilegon, Nisa yang keluar lampung hanya saat study tour waktu SMA. Ga heran mulai dari mobil turun dari kapal kami sibuk membaca papan penunjuk jalan.
“Cilegon kiri, Jakarta lurus. Jadi kita ambil lurus fili.” Ucap Rica dari kursi tengah bagian kiri sambil serius baca petunjuk jalan.
“Loh kita kan mau ke Bandung” herma heran.
“trus menurut Lo kita ke bandung mau lewat mana, laut selatan? gitu?” Gue dan lanang memutar bola mata . andai herma kami buang saat di tengah laut tadi.
“Mbak Nisa ngomong dong Mbak” Ryo menggoda mbak nisa yang memang kalem, dan ga suka ngoceh bau kayak teman teman seperjalanannya ini.
“ngomong apa,” suara mbak nisa yang pelan nyaris ga kedengeran karena suara kendaraan.
“ngomong jorok mbak.” Timpal gue dari belakang yang disambut dengan jitakan di kepala oleh Lanang.
“Mbak nisa mah terima beres aja yo” Fili terkekeh, matanya lurus ke arah depan, takut nabrak pocong. “Ntar tau-tau mabok aibon hahaha”
‘Aibon? Aibon sapi dong” ucap herma, Ratu garing sedunia.
Perjalanan Merak – Bandung berhasil di tempuh dengan (alhamdulillah) selamat. Sepanjang tol Cipularang yang panjangnya lima puluh empat kilometer dan berada di pegunungan, sehingga jalannya naik turun dan punya banyak jembatan yang panjang dan tinggi itu kami melewati kebun teh yang hijau sepanjang mata memandang bikin adem, Ga peduli kalo di sebelah gue lanang ngorok atau herma yang sibuk berkicau sendiri tanpa ada yang ngeladenin. Kalau dulu jakarta Bandung bisa tiga jam , dengan tol cipularang kami hanya membutuhkan satu jam tiga puluh menit. Berhenti sekali di rest area untuk cuci muka dan minum teh hangat, oya kalau di bandung ada kebon teh yang sepanjang jalan, di lampung ada kebon pisang , sekedar info.