berpartisipasi dalam "EAT and Travel With B Blog" Competition Tersebutlah kisah pada 2010 Masehi ,di suatu lembah yang jauh bernama WAYHUI dimana setan aja mikir tiga kali untuk buang anak disana, terdapat segerombolan anak (yang merasa masih) muda. Gue, Fili ,Ryo, Tri, Herma , Nisa dan Rica.
CHAPTER 1 : BERANGKAT !!
Janji kumpul memang jam 8 tapi macam-macam urusan mereka yang belum selesai , ada yang sudah sampe tapi ketinggalan beha cadangan, ada yang lupa ngunci rumah , ada yang masih ribut sama pacarnya (siapa lagi kalo bukan ryo), ada yang makan gak kenyang-kenyang (gue). Alhasil jam 9.30 baru kumpul, dan mobilrentalan sudah siap lepas landas di depan rumah lanang, barang-barang sudah beres. Asal tau aja, ini cewe empat orang yang ikut tapi barangnya sama dengan barang jamaah haji satu kloter. Banyak kakak !
“Naek semua, nyetirnya gantian. Sekarang gue dulu yang nyetir” Fili yang punya cita-cita jadi Komandan Perang ngasih komando . Gue naik duluan karena gue dapat jatah di belakang, berdua dengan Lanang. Sementara Rica, Nisa dan Herma di tengah, karena badan mereka yang cukup untuk jejer tiga, Ryo dan Fili di depan.
“Nang.” Gue bengong saat duduk menengok ke kiri, gelap. Kacanya Gelap dalam arti gelap total. Hitam pekat. “ni kaca perasaan gue aja apa memang item pekat ya?”. Ga ada jawaban , gue nengok dan lanang pura-pura ga dengar. Pandangan gue kembali ke kaca, penasaran akhirnya gue sentuh kaca mobil bagian kiri belakang itu. Dan ternyata – “ini lakban nang, plester warna item !!” Dan kami semua tertawa terbahak bahak karena jendela belakang bagian kiri itu tidak ada kaca tapi dilakban seluruhnya.
“nang, besok besok jangan elu lagi deh yang cari mobil rental. Ngaco!” Ryo tertawa dari depan.
“Lu korup ya nang duit rentalnya, setengah harga ?hahahaha” tambah fili .
‘Sialan.” Lanang mesem-mesem. “Mana gue tau, baru liat juga sekarang. Adek gue yang cari mah”. Dan perjalanan kami malam itu diawali dengan bismillah dan perbincangan dengan tema “kaca lakban”
***
30 menit pertama semua mulut masih berkicau, selanjutnya gue ga inget lagi, ketiduran bray. Yang gue inget saat beha eh bahu gue diguncang-guncang, “Bangun woy. Bangun”. Suara ngebass dan dalam itu Cuma lanang yang punya,
“Apa’an nang, udah sampe mana?”