Adakah semua rakyat kita sudah paham tentang sila ke empat tersebut? Jangan-jangan Anda sekalian sudah lupa? Kata kunci dari sila keempat tersebut adalah "Kebijaksanaan dalam permusyawaratan". Artinya, negara ini dirumuskan melalui sebuah musyawarah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang sudah ada semula jadi pada bangsa ini, yakni gotong-royong.
Gotong-royong inilah yang mulai hilang dari masyarakat kita. Semakin hari kita lihat manusia Indonesia makin individualistis dan hanya mementingkan diri dan golongannya saja. Kepentingan rakyat luas yang lebih mayoritas sedikit sekali dipikirkan. Lalu bagaimanakah kita mengamalkan Demokrasi yang Pancasila itu?
Apakah Anda pernah membaca sejarah berdirinya republik ini? Bagaimana dahulu BPUPKI membentuk sebuah landasan dan falsafah negara ini (baca disini : http://blog-thelounge.blogspot.com/2009/08/sejarah-pembentukan-bpupki.html) ?
Perhatikan saat pembentukan dasar negara ini. Mereka adalah orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Tidak ada partai apa pun ketika itu. Tidak ada ambisi pribadi ketika itu. Yang ada adalah bagaimana bangsa ini merdeka dari penjajahan dan menjadi negara yang bermartabat.
Bukannya saya membela Orde Baru, tetapi ada beberapa kebaikan dari masa Order Baru yang patut kita tiru dan dilanjutkan, yakni :
- Perumusan GBHN (Garis-garis Besar dalam Haluan Negara). Dalam hal ini, pemerintahan selepas Suharto tidak atau belum memiliki garis-garis besar dalam keperintahaannya. Sehingga arah pembangunan fisik/non fisik menjadi tidak jelas.
- REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, perencanaan yang matang dengan mengedepankan karakter dan asal usul bangsa sangat diperlukan pada langkah berikutnya. Ini yang tidak dimiliki oleh pemerintahan setelah Suharto.
- Sosialisasi program pembangunan seperti GBHN dan Repelita yang menyentuh sampai lapisan bawah masyarakat, bahkan disekolah-sekolah diajarkan melalui program P4 (Program Pendidikan dan Penghayatan Pancasila)
- Sadar akan kultur budaya Indonesia. Hal ini tercermin bagaimana Suharto mencanangkan Indonesia sebagai Negara Agraris. Lebih mengutamakan petani daripada tengkulak, sehingga harga pangan menjadi lebih murah. Ingat! Saat ini dan masa yang akan datang, "Siapa yang menguasai pangan, dia akan menguasai dunia". Masa-masa bulan madu teknologi sudah mulai habis. Hal ini terlihat dari dampak dari teknologi maju yang semakin hari semakin menggerus rasa kemanusiaan. Dan kecenderungan kita menjadi negara kapitalis. Akhirnya, sekarang kita pun terjajah secara Ekonomi.
Untuk itu, bagi pemerintahan mendatang (siapa pun itu), pembangunan hendaklah kembali ke akar budaya Indonesia, yakni pertanian. Jadikan pertanian sebagai primadona di negeri ini, sehingga orang-orang desa tidak beramai-ramai menjadi TKI/TKW, yang mana hal itu (manjadi TKI/TKW) itu meruntuhkan martabat kita sebagai negara berdaulat dan merdeka.
Bagi calon presiden dan wakil presiden, sampaikanlah visi dan misi anda dengan jelas. Untuk memajukan negeri ini, dan bukan untuk meningkatkan elektabilitas partai Anda. Ingat! Anda di amanahkan 200 juta lebih manusia, yang nanti akan menuntut Anda. Bukan hanya di dunia, bahkan di akhirat Anda akan menjadi manusia yang hina dina dan di hunjam ke neraka jahannam (bila Anda adalah orang beriman).
Wallahu a'lam bishowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H