Mohon tunggu...
Sony Sugiharto
Sony Sugiharto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teman Bermain

Menceritakan aktivitas bermain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Permainan Rangku Alu

28 Juli 2024   15:33 Diperbarui: 28 Juli 2024   15:38 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Hompimpa: SDN Ungaran 05

     

     Indonesia memiliki berbagai macam keberagaman budaya yang diwariskan secara turun temurun. Salah satunya permainan rakyat atau tradisional yaitu Rangku Alu. Rangku Alu berasal dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kata "Rangku" berarti "menjepit" dan "Alu" berarti "alat penumbuk padi". Permainan memiliki keterkaitan dengan tradisi masyarakat setempat, khususnya dalam ritual panen padi. 

NTT termasuk daerah yang memiliki potensi hasil perkebunan bervariasi seperti kopi, cengkeh, kakao, kelapa, hingga tembakau. Begitu juga dengan hasil pertanian seperti padi, kedelai, kacang-kacangaan, dan umbi-umbian yang sangat melimpah. Setelah panen para masyarakat melakukan tarian Rangku Alu sebagai bentuk rasa syukur dan Bahagia atas hasil yang didapatkan. Adapun kegiatan tersebut dilakukan pada saar bulan purnama selepas panen dengan bertempat di tanah lapang tanpa rumput karena dirasa lebih aman atau agar tidak tergelincir.

     Sejarah singkat Rangku Alu:

  • Awal Mula: Dipercaya bahwa Rangku Alu sudah dimainkan sejak lama oleh masyarakat Manggarai, sebagai bagian dari tradisi panen padi.
  • Kaitan dengan Ritual: Dahulu, Rangku Alu dimainkan setelah panen padi selesai, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
  • Evolusi Permainan: Seiring waktu, Rangku Alu tidak hanya dimainkan dalam ritual panen, tetapi juga menjadi permainan rakyat yang digemari oleh semua kalangan.

     Rangku Alu dimainkan oleh minimal 5 orang, dengan 4 orang bertugas memegang dan menggerakkan bambu, dan 1 orang sebagai pemain yang melompat. Bambu dipegang dan diayunkan secara berpasangan, membentuk celah di antara bambu yang harus dilompati oleh pemain. Permainan ini memiliki beberapa tingkatan kesulitan, dengan celah bambu yang semakin sempit pada setiap tingkatan. Pemain yang berhasil melompat tanpa terjepit bambu akan melanjutkan ke tingkatan berikutnya.

     Persiapan:

  1. Alat: Siapkan 4 batang bambu dengan panjang sekitar 2 - 3 meter.
  2. Pemain: Bagi pemain menjadi 2 kelompok, yaitu 4 orang sebagai pembawa bambu dan 1 orang atau lebih sebagai pemain yang melompat.
  3. Posisi: 4 orang pembawa bambu berjongkok atau duduk bersila berhadapan dan memegang bambu secara berpasangan, membentuk celah di antara bambu. Pemain yang melompat bersiap di sisi bambu.

     Cara Bermain:

  1. Irama: Salah satu pembawa bambu memulai permainan dengan memberikan aba-aba dan mengatur irama. Selama bermain juga dapat menentukan irama melalui lagu-lagu daerah seperti Ampar-Ampar Pisang, Gambang Suling, dan lain-lainnya.
  2. Gerakan Bambu: Para pembawa bambu mengayunkan bambu ke atas dan ke bawah secara berpasangan, dengan celah bambu yang semakin sempit pada setiap irama.
  3. Lompat: Pemain yang melompat harus melompati celah bambu dengan tepat pada saat celah terbuka lebar, sesuai dengan irama.
  4. Tingkatan: Permainan memiliki beberapa tingkatan kesulitan, dengan celah bambu yang semakin sempit pada setiap tingkatan.
  5. Pergantian Pemain: Pemain yang berhasil melompat tanpa terjepit bambu akan melanjutkan ke tingkatan berikutnya. Pemain yang terjepit bambu digantikan oleh pemain dari kelompok lain.
  6. Pemenang: Permainan terus berlangsung hingga semua pemain telah melompat. Kelompok dengan pemain yang paling banyak berhasil melewati tingkatan adalah pemenangnya.

     Tips Bermain:

  • Kerja Sama Tim: Para pembawa bambu harus bekerja sama dengan baik untuk mengayunkan bambu dengan ritmis dan selaras.
  • Konsentrasi: Pemain yang melompat harus fokus dan berkonsentrasi untuk mengikuti irama dan melompat dengan tepat.
  • Kelincahan: Pemain yang melompat harus memiliki kelincahan dan ketangkasan untuk menghindari jepitan bambu.
  • Sportivitas: Permainan ini mengajarkan sportivitas dalam menerima kemenangan dan kekalahan.

     Manfaat Bermain Rangku Alu:

  • Melatih fisik: Permainan ini dapat melatih kelincahan, ketangkasan, dan koordinasi tubuh.
  • Meningkatkan kerja sama tim: Pemain harus bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan bersama.
  • Menanamkan nilai sportivitas: Permainan ini mengajarkan sportivitas dalam menerima kemenangan dan kekalahan.
  • Melestarikan budaya: Permainan ini merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan.

     Variasi Permainan:

     Permainan Rangku Alu dapat dimodifikasi dengan berbagai variasi, seperti:

  • Meningkatkan jumlah pemain: Permainan dapat dimainkan dengan lebih banyak pemain, dengan beberapa pemain sebagai pembawa bambu dan beberapa pemain sebagai pemain yang melompat secara bergantian.
  • Mengubah jenis bambu: Jenis bambu yang digunakan dapat diubah sesuai dengan ketersediaan dan preferensi.
  • Menambahkan variasi gerakan bambu: Gerakan bambu dapat divariasikan dengan menambahkan gerakan memutar atau gerakan lainnya.

     Filosofi Permainan Rangku Alu: Makna Mendalam di Balik Keseruan

     Permainan Rangku Alu yang merupakan permainan dari provinsi Nusa Tenggara Timur tidak hanya seru dan penuh semangat, tetapi juga mengandung nilai filosofi yang mendalam. Di balik gerakan bambu yang menjepit dan lompatan para pemain, terkandung nilai-nilai luhur dan makna yang mencerminkan kehidupan Masyarakat.

1. Kerja Sama Tim yang Solid:

     Rangku Alu dimainkan secara berkelompok, dengan para pembawa bambu yang harus bekerja sama dengan baik untuk mengayunkan bambu secara ritmis dan selaras. Hal ini melambangkan pentingnya kerja sama tim dalam mencapai tujuan Bersama yang harus dilakukan dengan kerja keras dan ketekunan layaknya sedang bertani. Setiap anggota tim memiliki peran penting dan saling mendukung untuk mencapai kesuksesan.

2. Ketangkasan dan Ketekunan dalam Menghadapi Tantangan:

     Para pemain yang melompat harus memiliki kelincahan dan ketangkasan untuk menghindari jepitan bambu yang semakin sempit di setiap tingkatan. Hal ini melambangkan kegigihan dan ketekunan dalam menghadapi rintangan dan menyelesaikan tugas. Semakin tinggi tingkatannya, semakin sulit pula tantangannya, namun dengan tekad dan usaha yang keras, rintangan tersebut dapat dilewati.

3. Rasa Syukur dan Cinta Alam:

     Tradisi panen padi yang diiringi dengan permainan Rangku Alu menunjukkan rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen yang melimpah. Hal ini mencerminkan rasa cinta dan penghargaan terhadap alam atas karunianya. Permainan ini menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu menjaga kelestarian alam dan bersyukur atas berkah yang diberikan.

4. Sportivitas dan Kejujuran:

    Rangku Alu mengajarkan nilai sportivitas dalam menerima kemenangan dan kekalahan. Para pemain harus bermain dengan jujur dan sportif, tanpa kecurangan atau trik licik. Hal ini menanamkan rasa saling menghormati dan menghargai antar pemain, serta membangun rasa persahabatan dan kekompakan.

5. Menjaga Tradisi dan Budaya Leluhur:

     Rangku Alu adalah salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Dengan memainkan permainan ini, kita ikut serta dalam menjaga tradisi dan budaya leluhur, serta menularkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.

     Permainan Rangku Alu bukan hanya sekedar permainan rakyat biasa, tetapi juga merupakan warisan budaya yang sarat makna. Tidak semua kegiatan yang menyenangkan dapat dikatakan bermain, melainkan terdapat syarat yang perlu dipenuhi sehingga baru dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain, yaitu memberikan kenyamanan dan keamanan, terjalin interaksi, meningkatkan jiwa bersosialisasi, meningkatkan pengetahuan, melatih emosional, mengembangkan karakter, sertai berbagai hal positif lainnya (Saputra & Ekawati, 2017). Filosofi yang terkandung di dalamnya memberikan pelajaran berharga tentang kerja sama tim, ketangkasan, rasa syukur, sportivitas, dan pelestarian budaya. Dengan memahami dan melestarikan permainan ini, kita turut serta dalam menjaga kekayaan budaya bangsa dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun