Mungkin hal tersebut akan konyol jika terjadi dan sang dukun tanpa perlu repot-repot langsung menjadi jutawan. Dia tak perlu lagi capek-capek mencari pelanggan. Cukup tiup-tiup aja, dan uang akan datang.
Justru malah sebaliknya, Sang Dukun hanya beralibi dengan mengatakan bahwa akan ada keuntungan besar. Yah namanya Dukun tentu sarat dengan ilmu hitam. Bisa jadi, ia akan mengirimkan penglaris bagi usaha atau pada pekerjaan Anda.
Kita tentu masih ingat dengan pesulap merah yang membongkar aib dari para dukun yang mengaku bisa menggandakan uang. Aksi Pesulap Merah ini kemudian viral dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Tapi, sang dukunnya malah jadi cacing kepanasan.
Pesulap Merah pun diteror dengan berbagai serangan karena dianggap merusak pasar orang, sumber pencaharian yang terlanjur jadi lahan basah. Disini, pesulap merah berhasil membuka mata semua orang bahwa tawaran menjadi kaya atau sejenisnya hanyalah kebohongan sesat. Jangan tergiur.
Trik busuk para dukun sebenarnya sangat mudah untuk dibongkar. Jika masih ada saja orang yang tergiur sudah pasti faktornya adalah mengabaikan akal sehat. Orang bisa tergoda dengan iming-iming dukun karena ingin cepat kaya tetapi lupa dengan hakekat pendidikan.Â
Normalnya jika anda memiliki modal jutaan rupiah, anda pasti akan membuka usaha atau menginvestasikan uang itu ke tempat yang amanah untuk dikelola, bisa deposito berjangka atau logam mulia.
Pendidikan menjadi penting sebagai pondasi kita sebelum bertindak. Apapun tawarannya maka keputusan kita akan menentukan hasil akhirnya. Menurut Bagus Muljadi, Asisten Professor of Chemical and Environmental Engineering di University of Nottingham, Inggris, menyatakan dalam tweetnya bahwa :Â
"Dukun Pengganda Uang adalah wujud kegagalan universitas dan civitas akademika dalam mengajari masyarakat caranya berpikir tentang literasi sains dan epistemologi. Punya lebih dari 4000 universitas, bangsa kita masih belum punya perangkat nalar untuk menguji premis seorang dukun".
Rasa-rasanya apa yang cuitkan oleh Mas Bagus benar adanya. Nalar masyarakat kita masih belum mampu untuk meredam nalar seorang dukun. Faktor ini menjadi titik poin bahwa  dukun pengganda uang itu profesi yang masih mendapat tempat di hati dan pikiran masyarakat.
Walau kita sudah memiliki instrumen pendidikan seperti kampus dsb, itu bukanlah jaminan bahwa bangsa ini bisa naik nalar dan mindsetnya. Jumlah institusi pendidikan tinggi yang ribuan itu masih belum berhasil mengeliminasi ide dan gagasan seorang dukun. Â Lalu apa fungsi pendidikan?Â
Bukankah kita disebutkan akan menjadi negara maju dan berdiri sejajar dengan bangsa lain? Katanya kita juga akan punya silicon valey ala-ala bangsa barat? Atau jangan-jangan kita terlalu cepat melabeli diri dengan kemajuan tetapi menafikan kalau nalar kita masih belum mampu menyaring kepalsuan dengan akal sehat.Â