BUDAYA PERDUKUNAN KITA MEMANG EKSIS SEJAK DARI DULU
Sejauh ini praktik perdukunan hampir ada di seluruh pelosok negeri. Coba sebutkan kampung mana yang tidak ada dukunnya. Kampung mistis di Seranjana saja ada, apalagi dukun.
Budaya nenek moyang kita dulunya memang sarat dengan dunia mistis. Hampir apa-apa melibatkan hal-hal yang tidak kasat mata. Fakta ini yang kemudian tidak bisa kita bantah.
Walau sudah memasuki zaman dan pergantian era, bahkan hingga bocah-bocah Jaksel sudah hadir di muka bumi ini, nyatanya itu semua belum mengakhiri praktik perdukunan. Film-film horor kita pun masih melibatkan Dukun sebagai legitimasi eksistensi mereka, sebut saja film KKN Desa Penari yang lagi-lagi melibatkan Dukun sebagai solusi dari masalah dan konflik yang terjadi di kehidupan nyata.Â
Maka jika kita hubungkan, akan wajar rasanya bila usaha di bidang perdukunan, ilmu hitam dan lain-lain menjadi jembatan keledai untuk mengatasi masalah tanpa masalah. Kasus melipatgandakan uang dengan promosi yang menjanjikan bisa menjadi racun yang tidak hanya menghilangkan uang korban tetapi juga nyawanya. Dua-duanya hilang bos.
Disamping itu, strategi marketing dari Dukun dewasa ini terbilang sudah sangat cermat. Biasanya mereka menyiarkan jasa mereka dari mulut ke mulut. Kemudian berita itu di bawah angin dan yang disalahkan adalah angin. Eh salah, maaf itu kasus Kanjuruhan.
Entah dari mana pula sang korban ini mendengar informasi tentang kemampuan Sang Dukun. Disebutkan bahwa salah satu korban berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Jika ditarik garis lurus, maka Jawa Tengah menuju Sumatera Selatan itu jauhnya bukan main. Tapi kok bisa korban sampai di depan rumah Mbah Dukun? Yang memberikan alamatnya siapa? Google Maps?
Terungkapnya kasus ini tentu menjadi momok yang menyeramkan. Kedepan jangan lagi kasus serupa terulang. Kita mungkin membutuhkan lebih banyak pesulap merah dari pada akademisi dan ribuan kampus agar orang-orang yang bengis seperti Dukun ini, hilang dari muka bumi tercinta kita.Â
Nalar kita yang sehat juga bisalah digunakan dengan baik dan bijaksana. Jangan mudah teriming-imingi dengan hasil yang entah dari mana datangnya. Jika Anda ingin uang Anda bertambah jumlahnya dengan cepat, maka tak ada cara instan selain memutarnya di tempat seharusnya uang itu menghasilkan laba bukan bala.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H