Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Teori Kopi 80 Ribu dan Mengapa Motivator di Indonesia Perlu Sedikit Lebih Kreatif

16 April 2023   15:54 Diperbarui: 18 April 2023   00:14 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: pexel.com

Akan tetapi konteks sangat miskin tetapi memutuskan berangkat ke luar negeri adalah romantisme kesuksesan yang terlalu misleading. Sejak kapan kalimat yang jelas menyebutkan miskin sudah bergeser maknanya? Saya periksa ke KBBI, maknanya belum berganti. Jelas bahwa miskin itu kondisi tak memiliki materi yang berlimpah.

Mungkin bagi mereka miskin itu berbeda maknanya seperti yang biasa orang pahami. Kondisi kecukupan materi juga ukurannya berbeda-beda. Fakta bahwa satu keluarga mampu merantau keluar negeri saat sedang miskin, itu hanya menimbulkan konspirasi.

Saya rasa mereka bukanlah sedang miskin. Lebih tepat bila dikatakan saat saya dan usaha keluarga saya sedang bangkrut tapi kami masih memiliki aset yang tersebar dimana-mana. Nah ini baru pas sobat. 

Suka Lupa Kalau Punya Privilege

Kebutuhan akan motivasi dan tingginya atensi pendengar membuat banyak orang atau sebut saja oknum kesuksesan berlomba-lomba menjadi motivator. Bak durian runtuh, mereka tiba-tiba hadir di depan layar kamera yang full HD, Suara dan intonasi yang meyakinkan dan disertai dengan kisah sebelum dan sesudah kesuksesan. 

Koh Ryan Ernest pernah berkata bahwa banyak orang membagikan cerita suksesnya tetapi lupa mengakui secara jujur kalau mereka juga punya privilege. Kalimat pamungkas ini tentu sangat menohok bagi mereka yang selalu lupa akan dukungan dari belakang entah itu dari orang tua atau lain sebagainya.

Kita mungkin punya maksud baik dalam pikiran. Tetapi jika dalam tindakan kita gagal, maka kebaikan itu tak akan sampai dengan baik. Sungguh itu hanya akan menimbulkan tertawaan bahkan cacian. 

Konten kreator yang bersembunyi dibalik kata motivator atau apalah namanya harusnya perlu sedikit kreatif dalam merangsang daya juang seseorang. Biar bagaimanapun orang-orang yang menonton video anda juga memiliki otak dan nalar. Setidaknya masuk akal dan bisa diterima publik juga.

Jika fakta perjalanan sukses itu diceritakan dengan rasa jujur maka sudah pasti akan diterima dan dijadikan pedoman. Banyak kok anak-anak muda di luar sana yang sedang berburu ide dan gagasan. Bisa saja mereka tergerak setelah menonton kontenmu. 

Pilah pilih konten yang akan kita simak semakin penting dewasa ini. Sering kali konten itu berisikan miskonsepsi sehingga muatannya bisa membohongi publik. Syukurlah masih banyak yang cerdas sehingga kita terbantukan mana yang jujur dan tulus berbagi kisah suksesnya atau mereka yang hanya sekedar berburu like, viral dan asal terkenal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun