Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Larangan Thrifting Ilegal dan Nasib UMKM Lokal Kita

27 Maret 2023   17:48 Diperbarui: 30 Maret 2023   10:20 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : pexel.com

Selama ini pemerintah hanya bersandar pada tiga alasan yaitu karena barang bekas rawan mengandung bakteri atau zat berbahaya yang mana akan berpengaruh pada kesehatan penggunanya. 

Kedua, pakaian impor banyak yang ilegal alias black market sehingga tidak membayar pajak dan berimbas pada pendapatan negara. 

Ketiga, barang bekas yang branded dibanderol dengan harga murah sehingga memicu orang untuk membeli. 

Ketiga argumen ini sangat masuk akal menurut saya. Barang bekas memang rawan menjadi sarang bakteri berbahaya. Kasusnya pun sebenarnya sudah ada hanya kurang mendapat ekspose. Apalagi barang bekas yang selama ini dijual juga tidak melalui uji mutu seperti produk-produk resmi yang beredar di dalam negeri. 

Kondisi tersebut bisa berbahaya bagi konsumen. Pakaian bekas yang berserakan di lapak pedagang juga sangat sulit dipastikan kebersihannya. Oleh karena itu, isu ini bisa menjadi perhatian serius yang seharusnya mendapat perhatian yang besar bukan hanya bagi pemerintah namun para pembeli pakaian bekas untuk mulai menimbang dengan cermat ketika hendak melakukan praktik thrifting.

Lalu, permasalahan kedua terkait banyaknya barang bekas yang tidak melalui pintu resmi alias black market tentu merugikan negara kita. 

Menurut hemat saya, disinilah celah paling signifikan yang menggangu harga pakaian thrifting dan secara langsung juga berimbas pada harga produk dalam negeri.

Ketiga, terkait harga thrifting branded yang dibanderol dengan harga murah tentu menjadi momok tersendiri bagi industri fashion kita. Jika melihat antusiasme anak-anak muda saat ini, barang branded itu bisa meningkatkan legitimasi dan menjadi alat ukur apakah seseorang anak muda itu tidak ketinggalan zaman atau tidak.

Sama seperti adagium yang menyebut "Utamakan Fungsi Dari Pada Gengsi". Hari-hari ini, anak muda sangat terhipnotis dengan gengsi. Penyebabnya karena pergaulan dan eksplorasi bebas di media sosial. Jadi pake apa aja yang penting branded.

Mau pakai barang branded tapi ekonomi sulit, maka thrifting adalah pelarian terakhir yang bisa dilakukan. Anak-anak muda dengan gaji UMR, atau mereka yang masih sekolah dengan kekuatan ekonomi menengah kebawah mau tak mau harus menyelamatkan gengsi pergaulan mereka. 

Well, mereka yang berburu thrifting karena berburu barang branded memang tidak salah. Toh motivasi seseorang untuk membeli barang bekas atau tidak kembali lagi ke individu masing-masing. Namun yang perlu kita sadari bahwa branded dalam negeri juga punya kualitas yang sama baiknya dengan yang berasal dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun