Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Yang Hilang dan Tersisa dari Kampung Miliarder

28 Januari 2022   22:32 Diperbarui: 1 Februari 2022   05:00 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan Anda dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku Anda. Dan perilaku sukar diajarkan bahkan kepada orang-orang yang sangat cerdas (Morgan Housel)"

Masih ingat dengan kampung miliader? Kampung yang dimana warganya mendadak kaya secara tiba-tiba. Bukan karena pohon uang jatuh dari langit, tetapi karena mereka mendapat biaya ganti untung dari pemerintah sebagai hak atas tanah mereka yang akan dikelola oleh Pertamina.

Kita waktu itu diherankan dengan viralnya warga kampung miliader yang rata-rata memegang uang yang sangat banyak. Jika ditaksir setiap orang mendapatkan miliaran dari hasil ganti untung tanahnya. Oleh karena itu mereka dikatakan kampung miliader.

Sontak mereka para warga kampung miliader rame-rame membeli mobil. Saya yakin para sales yang melayani para pembeli ini dibuat kelimpungan. 

Bagaimana tidak, bukan hanya seorang dua orang yang membeli mobil, tetapi satu kampung seraya membeli mobil bersama-sama. Udah kayak mau beli kacang diwarung babe endo...

Foto dan video mereka pun viral dimana-mana. Terlihat pada gambar dan video yang dibagikan dimedia sosial, beberapa truck berbadan besar secara bergerombol mengantarkan mobil baru para warga kampung miliader. 

Sepanjang jalan dan sejauh mata memandang, kampung tersebut langsung bergetar kala mereka melihat pesanan mereka diantar langsung sampai kedepan kerumah.

Sungguh, kejadian tersebut membuat banyak pasang mata kaget sekaligus terheran-heran. Kok bisa-bisanya warga satu kampung pada serentak membeli mobil. Mobilnya bukan mobil second lagi, tapi ini mobil baru, ngeri2 sedap.

Namun romantisme itu terjadi dulu, sekitar satu tahun yang lalu mereka merayakannya. Lantas bagaimana kabarnya sekarang? 

Berdasarkan informasi yang terbaru, diberitakan bahwa para kampung miliader kini dibuat pusing karena tak punya penghasilan tetap setelah mereka kehilangan tanah yang dulunya dikelola untuk hidup dan makan sehari-hari. Lha kok bisaaaaa?

Para warga yang telah menjadi miliader kini dipaksa untuk berpikir keras bagaimana mereka bisa bertahan hidup hari demi hari. Bukannya mereka banyak uang yah, kok bisa sekarang tiba-tiba pusing karena kekurangan uang?

Sebenarnya kondisi para warga kampung miliader kini diambang batas. Bukan karena sebentar lagi mereka akan kehabisan uang dari hasil jual tanah, tapi mereka juga telah kehilangan satu-satunya sumber pendanaan mereka yang dimana dulunya mereka jadikan lahan untuk bekerja.

Saya kemudian teringat dengan salah satu wasiat dari pimpinan saya ketika bekerja di Lampung. Bos saya pernah cakap, bahwa sebanyak-banyaknya uang jika tidak dikelola dengan ilmu yang matang, maka detik-demi detik uang kamu akan habis secara perlahan. Namun kini masalahnya kini  bukan hanya kecerdasan namun juga pola perilaku. 

Dan boom, para kampung miliader kini berteriak karena ditelan kebingungan. Jika melihat permasalahan ini, maka ada beberapa kesimpulan yang bisa kita tarik benang merahnya. 

Maaf, bukan untuk merendahkan mereka para warga kampung miliarder, namun sedikit belajar dari kisah mereka yang sangat fatal dalam mengelola uang.

Teman saya dalam memoarnya berkisah bagaimana ia mampu mengelola hasil penjualan tanahnya yang akan digunakan sebagai lahan tol. Kasusnya sama dengan yang dialami oleh para warga kampung miliader. 

Namun, teman saya sebelum menerima uang dari perusahaan pengembang jalan tol, sudah terlebih dulu merencanakan uang tersebut akan dipakai apa nantinya.

Ia berkisah bahwa uang tersebut harus mendapatkan tempat yang layak agar nilainya tidak terdepresiasi. 

Ia kemudian bergegas bertemu dengan beberapa orang yang terkenal cukup pandai mengelola uang dan bagaimana menaklukan keinginan yang membabi buta ketika sedang berhadapan dengan setumpuk uang.

Tak lama setelah menerima uang tersebut, teman saya langsung menanamkan uangnya ke lembaga pengelola yang terjamin, lalu membelanjakan beberapa aset berupa tanah dan bangunan yang cocok untuk dijadikan lahan usaha serta sisanya digunakan untuk didepositokan  ke Bank.

Setelah hampir dua tahun ini, teman saya ini masih saja hidup dengan gaya sederhana. Lalu sekarang saya tanya, bagaimana hasil investasimu yang kemarin? 

Ia berkata, semua berjalan baik mengikuti hukum pasar. Uang saya hasil penjualan lahan tetap stabil dan kini jumlahnya malah bertambah dengan investasi.

Sungguh sebuah keputusan keuangan yang sangat brilian. Sialnya, hal senada tidak dilakukan oleh warga kampung miliader. 

Memilih untuk digunakan seperti apa uang itu, efeknya tidak akan kelihatan besok atau dua hari yang akan datang. Tetapi tidak cukup dalam waktu setahun grafik keuangan akan menjawab itu semua.

Saya baru saja selesai membaca buku dari Morgan Housel yang berjudul "The Psychology Of Money". Buku ini sangat runut dalam menjabarkan bagaimana mengelola uang yang sehat agar tetap stabil hingga hari tua. Salah satu kutipan dalam bukunya yang saya suka ialah :

"Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan Anda dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku Anda. Dan perilaku sukar diajarkan bahkan kepada orang-orang yang sangat cerdas"

Pesan ini sangat berhubungan erat dengan apa yang hilang dan yang tersisa dari keadaan yang dialami oleh warga kampung miliader. Tanah yang tadinya digarap untuk mencari makan kini telah tiada. Lalu uang yang tadinya sangat banyak kini berangsur-angsur akan habis.

Bak bejana yang bocor, air nya pelan-pelan akan habis bila tidak diisi ulang. Pundi-pundi warga kampung miliader juga akan mengalami hal yang sama bila mereka tak punya pekerjaan yang layak kedepannya. Mobil beserta rumah yang dijadikan sebagai poros utama pengeluaran hasil penjualan tanah mungkin akan jadi opsi paling akhir untuk dijual bila mereka tak pandai keluar dalam polemik ini.

Yang tersisa kemudian mungkin hanyalah penyesalan. Benar kata Morgan Housel, bahwa mengelola keuangan sangat berhubungan erat dengan pola perilaku. 

Bahkan seberapa cerdas apapun Anda, namun jika perilaku keuangan Anda buruk, masalah akan datang untuk merenggut hangatnya kebahagiaan.

Para warga kampung miliader dulu mungkin hidup dalam kebingungan dengan banyaknya uang yang mereka terima. Lalu mereka kini diperhadapakn dengan kebingungan yang lain. Bingung dengan uang yang perlahan-lahan akan habis dan pekerjaan yang tidak menentu, tidak seperti yang dulu.

Yang hilang dan yang tersisa dari para kampung miliader adalah pola perilaku yang bijak dalam mengelola uang. 

Literasi keuangan mungkin sangat penting untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagaimana menggunakan uang agar nilainya terus bertambah bukan menurun. 

Namun, di atas itu semua, yang membuat kita mengerrti ialah perilaku kita setelah berhadapan dengan uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun