Dan di sinilah letak mengapa nama nusantara menjadi bukti dari kealpaan tentang identitas lokal yang harusnya diusung ke dunia global. Alasan yang Suharso nyatakan did epan para anggota dewan adalah tanda bahwa kebijakan ini hanya mengikuti kemauan asing atau kebutuhan ibu pertiwi?
Presiden Joko Widodo baru saja mengumumkan nama dari ibu kota negara (IKN). Dari sekian banyak nama yang masuk dalam bursa jendela rekomendasi, nama nusantara dipilih sebagai yang paling baik.Â
Pemilihan nama nusantara diyakini Jokowi sebagai simbol pemersatu bangsa Indonesia yang sebentar lagi akan memiliki lokasi ibu kota yang baru.
Bila kita tinjau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nusantara memiliki makna yang berarti "sebutan (nama) bagi seluruh wilayah Kepulauan Indonesia". Selain itu Presiden Jokowi juga meyakini bahwa lebih populer dimata dunia.
Hal ini dibenarkan oleh Suharso Monoarfa (Kepala Bappenas) yang menyatakan bahwa Jokowi memilih nama nusantara karena identitas nusantara sudah dikenal lama dikancah internasional. Nusantara adalah bagian wilayah negara Indonesia yang ikonik yang menggambarkan wajah negara ini.
Apalah Arti Sebuah Nama?
Penamaan adalah sebuah arena pertarungan dari banyaknya harapan dan tujuan yang terkandung didalamnya. Dulu, sebelum negara Republik Indonesia ini ada, banyak daerah yang diberi nama dengan nama-nama Belanda maupun Jepang.
Misalnya Jakarta. Ibu Kota DKI Jakarta dulunya pernah berapa kali berganti nama. Berdasarkan bukti sejarah, pada awal abad 14 nama Jakarta disebut Sunda Kelapa. Tidak berselang lama, nama Jakarta kembali diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah pada abad ke 16.
Lalu beganti lagi ketika Belanda masuk menjadi Batavia. Dan yang paling akhir, Jepang datang lalu merubahnya dengan Jakarta Toko Betsu Shi.Â
Barulah pada era kemerdekaan, pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Bung Karno sepakat untuk mengganti nama-nama yang sudah diberikan oleh para penjajah. Jadilah Jakarta.
Nama memang mengandung nilai filosofis yang penting. Lihat saja para orang tua ketika memberikan nama anaknya. Mereka ingin agar anaknya bisa  begini bisa begitu dimasa depan. Tanpa pernah peduli dengan mimpi sang anak ketika ia sudah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
Dalam memberikan sebuah nama, nampak ada sebuah itikad baik yang disematkan. Hanya saja, beberapa hal mungkin akan tercabut dari akarnya ketika yang lama berganti dengan yang baru. Sebut saja nama-nama jalan yang saat ini banyak digunakan di Indonesia.
Seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan MT Haryono, Jalan Jenderal Sudirman. Nama-nama jalan yang sangat dekat dengan nama para pahlawan nasional memiliki nilai tertentu.Â
Semuanya bertujuan agar membentuk ikatan kolektif yang kuat demi menjaga sebuah konsistensi sejarah akan memori masa lampau.
Para pemberi nama jalan mungkin tidak pernah berpikir bahwa kebijakan yang mereka ambil akan mengagregasi beberapa sejarah lokal yang sudah lebih dulu ada disitu.Â
Jika boleh bertanya, coba sebutkan nama pahlawan dari daerahmu atau tokoh-tokoh yang bersejarah dari daerah yang namanya ikut diabadikan sebagai nama jalan? Tentu tidak banyak.
Nusantara adalah salah satu contohnya. Nusantara jika merujuk pada makna historis, sejatinya merujuk pada daerah atau teritorial maritim pada wilayah Asia Tenggara. Termasuk di dalamnya ialah Thailand, Myanmar, Malaysia dan Indonesia.
Pemilihan nama nusantara tentu punya tujuan yang baik tetapi sekaligus memberikan efek samping yang lain. Memang benar bahwa ibu kota negara adalah milik semua warga negara.Â
Tidak peduli dia dari Papua, Aceh, Minahasa atau NTT. Semua orang selama berstatus warga negara Republik Indonesia memiliki andil atas daulat ibu kota.
Hanya saja, Presiden Joko Widodo nampaknya telah mengabaikan kearifan lokal setempat. Nama nusantara tidak mengakomodasi kearifan lokal masyarakat Penajemen Passer Utara yang wilayah dan tanahnya dijadikan sebagai lokasi IKN yang baru.
Suharso Monoarfa mungkin lupa bertanya ke Pak Presiden, "Pak apakah nama ibu kota negara yang baru tidak menggunakan istilah lokal yang ada disana?",Â
Atau bisa saja Suharso tidak kepikiran bertanya, "Pak apakah namanya harus mengikuti kemauan orang luar? Mengapa kita tidak bertanya dulu dengan masyarakat Penajam Passer Utara atau masyarakat Kutai Kartanegara?"
Dan di sinilah letak mengapa nama nusantara menjadi bukti dari kealpaan tentang identitas lokal yang harusnya diusung ke dunia global.Â
Alasan yang Suharso nyatakan didepan para anggota dewan adalah tanda bahwa kebijakan ini hanya mengikuti kemauan asing atau kebutuhan ibu pertiwi?
Masyarakat Kalimantan secara umum pasti memiliki nilai-nilai adat. Ada pepatah yang bosan kita dengar, Di mana tanah dipijak, disitu langit dijunjung.Â
Jadi, yang orang tua kita ajarkan bahwa menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan adat istiadat setempat harus lebih dikedepankan. Tetapi itu tidak terjadi dalam kebijakan ini.
Nama nusantara memang sangat bagus. Membayangkan nusantara sebagai ibu kota baru dengan segala kemegahannya dan kemajuannya tentu adalah hal yang membanggakan. Sebelum itu semua dimulai, ada baiknya kita bertanya apakah nama  Nusantara sudah yang paling tepat?
Pohon akan ditebang, gunung akan diratakan, tanah akan diolah untuk mendirikan ibu kota. Masyarakat adat yang sehari-hari mencari makan di sana akan kehilangan ulayatnya. Semua itu katanya demi Nusantara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H