"Mana. Oh soal nomor 7 yah. Coba kamu baca agar kita sama-sama diskusikan."
"Meskipun sudah mendapat rezeki yang banyak, Pak Ganjar tidak pernah bersyukur. Sebagai orang islam ia pun tidak pernah melaksanakan salat. Pak Ganjar termasuk orang yang :
a. beruntung; b. beriman; c. bangkrut; d. rugi ."
Mendengar pembacaan dari Mega, Pak Anies pun langsung kelabakan. Ia kemudian lari meninggalkan ruang kelas dan membawa buku pelajaran itu ke Kepala Sekolah. Cerita selesai.Â
Fenomena diatas merupakan hal yang biasa saja. Namun menjadi tak biasa tatkala buku pelajaran mengandung unsur insinuatif. Apalagi bila dimasukkan dalam proses belajar mengajar yang melibati siswa dan guru.Â
Buku pelajaran sekarang memang telah berevolusi  semakin luas. Dulu pada zaman saya SD, kala itu hanya ada satu nama yang sering dicantumkan dalam buku pelajaran. Kalian tentu tahu dia?
Yah siapa lagi kalau bukan Budi. Â Dari buku TK hingga SMA, lagi-lagi Budi. Budi ini namanya ada dimana-mana, entah itu di buku pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN, hingga pelajaran agama. Alhasil banyak orang tua yang menamai anaknya Budi agar lebih muda dikenal sebab sudah lebih dulu terkenal.
Ini Ibu Budi, Ini Kakak Budi, Ini Adik Budi, dan seterusnya. Sampai-sampai teman saya itu hafal dengan kutipan teks tersebut. Namun sayangnya, ditimur itu tidak ada nama Budi, jadi kami pikir-pikir lagi Budi ini manusia kah atau semacam boneka.
Karena status budi ini tidak jelas, mari kita tinggalkan. Bagaimana bila nama-nama dalam buku pelajaran kita ganti dengan Jokowi, Ahok, Mega, Anies atau Ganjar? Bukankah akan lebih menarik? Yah tentu saja menarik. Tetapi perlu dipertimbangkan kembali masak-masak.
Nama-nama seperti Jokowi, Ahok dan tokoh-tokoh diatas adalah seorang pejabat publik. Mereka adalah pemimpin dan pernah menjabat sebagai seorang pemimpin dinegara ini. Bila dimasukkan dalam buku pelajaran, maka akan memberikan efek yang bisa negatif dan bisa positif tergantung redaksi kalimat soalnya.
Contoh pada kasus yang sempat viral baru-baru ini. Â Ganjar disebutkan tak pernah solat dan bersyukur. Konotasi negatif pada soal walaupun hanya sekedar contoh untuk dijadikan materi pembelajaran, maka akan menimbulkan persepsi yang negatif dikalangan luas.