Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Harapan dan Kenangan Dari Ramadan 2020

27 April 2020   14:32 Diperbarui: 27 April 2020   14:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja Menuju Puasa || Sumber foto : dokpri

Ramadan Tiba-Ramadan Tiba...

Benar bila banyak yang mengatakan bahwa Ramadan kali ini berbeda dengan Ramadan tahun sebelumnya. Pun saya juga demikian. Ramadannya tak berubah tapi suasannya yang berbeda dengan yang sudah-sudah. Walaupun saya seorang umat kristiani, ramadan  juga memiliki hikmah tersendiri bagi kami-kami  ini.

Hikmah yang biasanya saya dapatkan ketika Ramadan ialah timbulnya rasa toleransi antar umat beragama dan tingginya rasa empati untuk saling berbagi tawa dan canda selama puasa itu dijalankan. Sesekali saya juga ikut berpuasa bersama teman-teman saya disekitar rumah. 

Yah, sejak kecil saya selalu menyempatkan untuk ikut sahur dan berbuka bersama teman-teman dan tetangga kami yang sedang beribadah puasa.  Namun, siapa sangka kali ini kita harus merayakan Ramadan ditengah wabah corona? Sebagian orang yang menganggap dirinya waras atau setengah waras mungkin menganggap ini adalah segenap pasukan tentara Allah. Yah kita iyakan saja. Namun pastinya itu semua tak bisa membuat suasana ramadan kita seperti sedia kala sebelumnya.

Biasanya ramadan itu ramai dan meriah. Anak-anak bangun subuh kemudian keliling kampung untuk membangunkan warga agar tidak telat sahur. Subuhnya ngabuburit bersama dijalan-jalan atau ke taman dekat rumah sesekali bertukar senyum dengan bunga-bunga desa walau hanya sesumbar. Huss jangan suudzon, tujuannya untuk mempererat silahturahmi.

Pada pukul sepuluh menjelang tengah hari, itulah titik krisis yang mana dahaga kerongkongan dan cacing dalam perut saling berlomba memainkan nada minor pertanda mereka butuh asupan gizi seperti biasanya. Namun karena sedang  berpuasa mereka pun harus bertahan hidup dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia  seperti cairan asam lambung  misalnya.

Itulah ciri-ciri puasa yang biasanya kurindukan bersama dengan teman-teman sekampung. Suasannya selalu ramai dihiasi dengan geliat canda dan tawa yang apa adanya tanpa kepalsuan.

Saya kemudian menjadi sedih ketika moment-moment spesial itu harus terenggut karena wabah virus corona. Tak adalagi ngabuburit, tak adalagi Sahur On The Road, Tak bisa lagi bermain gaplek sampai subuh dan tak ada lagi aktivitas tarung sarung seusai sholat tarawih.  

Semua itu sangat kurindukan. Masa-masa itu akan sulit untuk dilupakan. Yah itulah sebagian romantisme yang selalu kudapatkan ketika Ramadan bersama kawan-kawan.

"Geliat memori itu akan selalu kukenang. Khususnya kepada teman-teman kecilku yang saat ini sedang berada  entah dimana. Semoga mereka tetap tersenyum ketika sedang beribadah puasa".


Alhasil rencana kami tahun ini untuk bisa bertemu ketika libur Ramadan dan Hari Raya Lebaran terancam batal. Pemberlakuan PSBB dan Physical distancing mau tak mau menjadi jurang pemisah yang menghancurkan rencana kami.

Oleh karenanya harapan yang kusampaikan Di Bulan Ramadan tahun 2020 ini adalah semoga teman-temanku yang sedang berpuasa, bisa berpuasa dengan lancar dan semoga kami bisa dipertemukan dalam waktu yang lain. Yah mungkin bukan Ramadan tahun ini. Barangkali Ramadan tahun depan.

Sementara itu, Ramadan kali ini juga membawa dampak buruk bagi mereka yang bekerja disektor informal. Temanku Andi yang sehari-hari bekerja menjual seragam sekolah dan pakaian dipasar mengaku omsetnya turun.

Begitu pula dengan teman lamaku Baso, ia yang setiap hari menjajal bakso miliknya keliling kompleks kini tak bisa lagi berdagang. Arena dimana Ia saban hari biasa mengais rejeki kini harus ditutup oleh pihak keamanan sekitar kompleks. Tujuannya demi menjaga keamanan penghuni kompleks.

Saya turut sedih dengan kisah dua orang sahabat kecilku ini yang sedang tertimpa musibah. Harapanku yang kedua di Ramadan ini ialah  agar mereka para pekerja sektor informal, bukan hanya teman-temanku, bisa mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sehingga keberlangsungan hidup mereka bisa tercukupi hari demi hari.

Cerita duka tidak hanya terdengar dari suara para pekerja sektor informal. Dari sisi yang formal pun juga menuai masalah yang sama. Ternyata setelah kuselidiki banyak anggota keluarga teman-temanku yang bekerja menjadi buruh dipabrik juga menjadi korban PHK.

Tentu ini awal puasa yang berat bagi beberapa temanku  dan orang lain yang bernasib sama dengan mereka. Sudahlah tak bisa mudik, pendapatan berkurang bahkan hingga di PHK. Ramadan ini memang benar-benar membawa kita turun ke titik nol kehidupan.  

Saya pun tak bisa berbuat banyak ketika melihat kawan-kawanku mendapati musiabh dipengantar awal puasa. Harapanku semoga mereka mendapat jalan keluar dari permsalahan ini. Semoga juga pemerintah bisa membantu mereka yang sedang kekurangan dan sedang tertimpa bencana karena terdampak corona.

Semangat kawan-kawan.

Itulah harapan dan kenangan yang bisa kutulis di Ramadan kali ini. Dalam balutan puisi ini, semoga bisa menghibur kawan-kawan ku yang jauh disana:

Puasa kita bersama
Menghabiskan masa kanak-kanak
Hingga Dewasa

Puasa adalah ibadah
Juga mengajarkan arti kesabaran

Puasa adalah doa
Juga dimana kalian diajar untuk ikhtiar

Janganlah sedih kawan-kawanku
Ramadan kali ini kita tak bisa bertemu

Kala nanti menyongsong kemenangan
Disana kita akan berbagi kenangan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun