Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Merindukan Siti Fadillah Supari, Eks Menteri Kesehatan

3 April 2020   13:11 Diperbarui: 3 April 2020   13:36 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (liputan 6.com)

Dalam laman change.org, terdapat sebuah petisi  yang beredar sejak hari Rabu lalu (1/4). Isinya sangat menohok dan ada betulnya jika ditimbang secara saksama.

Dalam petisi yang sudah ditandatangi hingga 5000 orang itu, menuntut agar presiden Joko Widodo berkenan untuk membebaskan Siti Fadillah Supari. Siapa ia?

Siti Fadillah Supari merupakan Mantan Menteri Kesehatan pada era presiden Susilo Bambang Yudhoyono jilid 1. Dokter sekaligus dosen, wanita paruh baya ini dulu pernah membuat Indonesia bangga memilikinya. Ia menjawab tugas jabatannya itu dengan sejumlah prestasi kerja yang prestisius.

Tujuan dari pembuataan petisi tersebut juga sarat akan kepentingan. Mengambil latar belakang penanganan corona yang sedang membutuhkan dukungan dan galangan pemikiran dari semua pihak, Siti Fadillah Supari disebut-sebut sebagai orang yang potensial untuk membantu Jokowi dalam mengentaskan permasalahan ini. Apakah benar?

Permintaan ini tentu bukan tanpa alasan. Seperti yang sudah saya nyatakan diatas, bahwa Siti Fadillah Supari memiliki segudang prestasi sewaktu duduk di kursi Menteri. Apa saja?

Rekam historis pekerjaan Menteri Kesehatan Tahun periode 2004-2009 ini setidaknya pernah dua kali berhasil dalam menangani dua serangan penyakit yang mengglobal pada masa itu. Kita masih ingat bagaimana serangan flu burung yang terjadi pada tahun 2005 hingga 2009. Kemudian disusul lagi dengan Flu Babi (H1N1) merebak di Mexico yang juga dinyatakan sebagai pandemi global.

Kasus flu burung pada kala itu juga merupakan wabah yang ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Dalam sejarahnya, Indonesia terkena dampak flu burung pada tahun 2005. Sedangkan negara tetangga seperti Vietnam, Cina dan Thailand terserang pada tahun 2004.

Skema yang disiapkan oleh Siti Fadilah Supari yang saya kutip dalam laman liputan 6.com ialah menyiapkan enam langkah penanggulangan kasus flu burung dalam skala nasional.

Salah satunya menyediakan 44 rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia untuk menangani kasus virus avian influenza subtipe H5N1 dan menyiapkan laboratorium di delapan provinsi untuk menguji spesimen pasien. "Prosedur pengurusan lebih mudah dan serba cepat,".

Kejadian luar biasa (KLB) wabah flu burung yang pernah terjadi di Indonesia ini memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan wabah covid-19.  

Beberapa dampak serius lain dari kasus flu burung yang menyerupai kasus covid-19 ialah negara terancam terisolasi dengan diberlakukannya larangan masuk maupun keluar ke Indonesia. Istilah kerennya mirip-mirip lockdown lah. Seperti yang dilakukan oleh Italia dan negara-negara lain.

Kemudian dampak lain yang serupa membahayakan bagi bangsa ini adalah sektor ekonomi dan pariwisata Indonesia di prediksi akan terancam mati.

Namun seiring bergulirnya waktu, permasalahan kasus flu burung terungkap secara perlahan. WHO pun juga dengan sendirinya menarik penyematan status tersebut dan pelan-pelan angka kejadian kasus ini pun menurun.

Dalam bukunya yang berjudul  "Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung", Siti Fadillah Supari menuliskan bahwa kasus flu burung yang sedang melanda Indonesia dan dunia merupakan hasil konspirasi dari badan kesehatan dunia WHO.

Ia mengkritik statement orang-orang WHO yang sembrono dan gegabah menyebutkan bahwa kasus kematian tujuh dari delapan orang bersaudara yang menderita flu burung di Tanah Karo merupakan kejadian penularan antar manusia (human to human transmission).

Siti Fadillah Supari juga mampu membantah statement tersebut dengan data dan pernyataan yang menegasikan kapasitasnya sebagai seorang menteri. Ia menyebutkan jika  benar kasus kejadian kasus flu burung ditularkan antar manusia maka  korban yang pertama adalah tenaga kesehatan sebagai garda terdepan yang merawat mereka.

Kemudian disusul dengan kematian di daerah sekitar korban. Bisa mencapai puluhan bahkan mungkin menyentuh angka ribuan.

Dalam kesimpulannya, Siti Fadillah Supari menyebutkan bahwa penularan langsung virus flu burung dari manusia ke manusia tidak cukup adekuat jika hanya berdasarkan data epidemiologi seperti yang dilakukan oleh WHO. Tetapi harus dikuatkan dengan data virologi yang merupakan bukti pasti dari pandemi ini.

Berbekal pengalaman dan keahlian diatas, prediksi saya Ibu Siti Fadillah Supari  bakal mampu secara potensial untuk membantu Presiden Joko Widodo. Akan sia-sia rasanya jika tidak memanfaatkan kapasitas dan kemampuan beliau untuk membantu pemerintah dalam rangka penanganan pandemi covid-19.

Untuk sementara ini, beliau belum bisa membantu lebih banyak. Ia hanya mengamati dari balik jeruji dan sesekali memberikan instruksi kepada relawan kesehatan agar mau membantu rakyat yang sedang kesusahan karena terkena dampak sosial ekonomi virus corona.

Apa yang diharapkan dari pembuat dan penandatangan petisi pembebasan Siti Fadillah Supari. Tidak hanya petisi, tokoh politik sekaliber Fahri Hamza juga menyetujui gagasan tersebut.

Dalam cuitannya di twitter @fahrihamzah "Yang terhormat pak @jokowi dan pak @prabowo, Ini waktunya bapak membebaskan ibu siti Fadhilah Supari, seorang jenius Indonesia yang menjadi korban konspirasi jahat. Ia menjadi dosen, menjadi ahli dan memimpin penelitian di berbagai lembaga akademik puluhan tahun".

Diketahui, Siti Fadillah Supari saat ini masih mendekam di hotel prodeo. Dalam putusan majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta, ia divonis empat tahun kurungan penjara serta diwajibkan membayar denda sebanyak  Rp200 juta subsider 2 bulan kurungan.

Jika mempelajari rekam jejak beliau, wajar bila ada kelompok masyarakat yang merindukan tangan dingin dan pemikirannya. Jasa-jasanya yang dulu semoga tidak dilupakan negara. Jika sekiranya bapak presiden berkenan, sekarang lah waktunya untuk menghimpun kekuatan dan pemikiran dari orang-orang yang dulu pernah melewati masa-masa sulit seperti saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun