Ujian nasional pandemi covid-19 sedang menghantam negeri. Namun dikala duka merundung, rasa empati dan bakti tak putus-putusnya mengalir demi sesama pribumi.
Apa yang sedang terjadi sekarang memang bukan lagi hanya urusan pemerintah. Jika masih banyak pihak yang menyalah-nyalahkan pemerintah karena sudah menganggap remeh temeh kasus ini, saya rasa itu adalah pekerjaan rumah yang akan kita selesaikan nanti.
Fokus kita saat ini adalah bagaimana cara memutus mata rantai penularan covid-19 dimulai dari diri sendiri, kemudian ke orang lain. Selain patuh dan disiplin mengkarantina diri dirumah, sebenarnya masih ada banyak hal yang bisa kamu lakukan.
Misalnya dengan mulai berbagi donasi ke gerakan-gerakan sosial movement untuk percepatan penangasan virus corona seperti yang saat ini dilakukan oleh seorang dokter bernama Tirta.
Pria bernama lengkap Tirta Mandira Hudhi adalah sosok influencer yang layak kita guguh dan tiru. Â Sepak terjangnya dalam membantu pemberantasan virus corona semakin liar setelah ia mampu secara latah mengeluarkan semua ekspresi kegelisahannya di Salah satu acara talkshow tv swasta dan chanell youtube Daddy Corbuiser.
Ia adalah alumnus Fakultas Kedokteran UGM dan saat ini sedang menggeluti usaha dibidang sneakers. Dalam akun youtube nya juga  InCipeng WeTrust, ia sangat aktif membahas  tentang sneakers dan tehnik perawatannya.
Beberapa fakta menarik dari seorang dr. Tirta adalah kesederhanaannya. Menurut cuitan dalam laman twiter resmi beliau @tirta_hudhi  mengaku pernah ditampung oleh preman di blok M. Kala itu ia harus berbagi hidup dengan anak-anak marjinal, punk, dan para preman yang hidup disekitar lingkungan tersebut.
Karena kedekatannya dengan para anak-anak jalanan tersebut, ia pun membalas budi dengan memberdayakan mereka di usaha perawatan sepatu miliknya.
"Anak buah ku kan enam puluh persen rata-rata, pegawai 'Shoes and Care' saat itu dari 100, napi, anak putus sekolah, anak jalanan, anak punk, dan kaum marjinal," ungkap dokter Tirta.
Selain sederhana, ia juga adalah sosok yang pandai dan  cerdas. Perihal ini ia ungkapkan ke publik bahwa ia pernah mendapatkan tawaran untuk melanjutkan pendidikan kedokteran S2 di Belanda dan Jerman oleh Professor Iwan. Professor Iwan adalah guru besar fakultas kedokteran UGM yang telah gugur ketika menjadi garda terdepan menghadapi ganasnya pasien korban virus corona.
"Prof Iwan itu waktu aku selesai S1 dia mau memberikan beasiswa ke Belanda dan Jerman Lewat Dokter Jarir, aku tolak karena pada waktu itu aku lebih ingin ke IGD, belum siap untuk keluar negeri untuk S2" ungkap Tirta dalam video wawancaranya bersama Deddy Corbuzier.
Saat ini dr. Yudhi telah banyak menggalang kekuatan massa dan dana untuk terus berpartisipasi aktif dalam membantu pemerintah untuk penaganan pandemi yang sudah menjadi bencana nasional ini. Gerekan ini tidak serta merta ia lakukan hanya seorang diri.
Berbekal kemauan dan jaringan dimana-mana, ia mampu mendistribusikan bantuan yang masuk dari para donatur yang sudah mau berbagi diantaranya mendistribusikan APD di beberapa Rumah Sakit yang sedang kekurangan, menyemprotkan disinfektan di tempat-tempat umum, mengirimkan makanan kepada pegawai dirumah sakit yang sedang bertugas.
Hal lain lagi yang ia lakukan misalnya ia rela membeli masker dengan harga reseller. Kisaran harganya kurang lebih 420 juta. Dan ia membelinya menggunakan dana pribadi sendiri. "Bodoh amat, biarpun mahal harga masker itu, saya mau membantu teman-teman saya para dokter, para tenaga medis yang lain, yang sedang menjadi garda terdepan mengobati pasien. Mereka saat ini kekurangan masker".
Pernah juga ia membubarkan keramaian anak muda yang masih nongkrong di taman. Ia sempat ngegass ketika mengingatkan mereka. Karena tak mengindahkan himbauannya, akhirnya polisi datang dan turun tangan untuk membubarkan keramaian tersebut. Alhasil, menurut kesaksiaanya di acara talkshow tv, ia adalah orang yang melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
Selain aktif berbaur dengan masyarakat, dr. Tirta juga terlibat dalam melakukan advokasi kepada pemerintah daerah maupun pusat. Kritikan dan saran yang ia hembuskan ke telinga pemerintah juga sangat pedas.
Lalu banyak orang bertanya apa latar belakang ia mau melakukan hal ini?
Dilaman twiter resminya saya merangkum pernyataan beliau mengapa ia mau terjun di garda terdepan untuk menangani kasus ini. Berikut cuitan beliau sebagai penutup artikel ini:
Usia 8 tahun saya terinfeksi TBC dari teman saya yang sebelumnya sudah tertular. Penyakit ini adalah endemik di Indonesia dengan jumlah Kematian dan  kasus yang sangat tinggi. Akhirnya saya harus mengikuti proses penyembuhan selama 6 bulan dan gagal. Kemudian harus mengikuti berobat ekstra paru selama 4 bulan. Jadi saya membutuhkan waktu penyembuhan selama 10 bulan tapi dengan berbagai vonis bahwa saya akan menjadi orang yang sakit-sakitan.
Penyakit tersebut tidak menghalangi prestasi akademik saya sejak dari SD hingga SMA. Saya menjadi siswa teladan  dan mewakili kota Solo untuk olimpiade. Saya juga lulus dan diterima di FK UGM dan FK UNDIP melalui jalur prestasi.
Di FK UGM saya ketemu dr. Iwan. Beliaulah yang membesarkan pemikiran dan menawarkan beasiswa untuk saya. Namun saya menolak dan memutuskan untuk menjadi Dokter Edukasi + Pengusaha. Pesan dr. Iwan kepada saya,Â
"menjadi dokter tidak selalu berjuang dibelakang  jas praktik, bisa di kursi lain,  disitu ide kamu akan berguna. Tidak hanya buat pasien tetapi buat temanmu, tenaga medis. Tirta berjuanglah dengan caramu sendiri. Tabunglah uang dari usahamu sendiri. Berjuang naikkan derajat tenaga medis, amankan pasien dan dirikan rumah sakit! Siapa tahu kamu bisa"!
Setelah mengetahui bahwa dr. Iwan telah wafat karena terinfeksi corona. Disitulah saya memutuskan untuk mati-matian berjuang melawan virus ini. Beli masker dan APD sendiri. Dan akhirnya di undang BNPB.
Apa yang telah dokter tirta lakukan semoga bisa memicu orang lain untuk mau berbagi dengan sesama. Umur panjang perjuangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H