Lalu apa langkah kita selanjutnya?
Tak jauh beda dengan China, pemerintah malah berdalih bahwa Indonesia kebal dari virus corona. Tidak sampai disitu, guyonan-guyonan lain terus susul menyusul dari pejabat istana ketika ditanyai tentang virus corona. Eskalasi kebijakan yang dikeluarkan pun juga sangat kontra dengan keadaan saat itu.
Misalnya saja pemerintah berniat untuk menyewa influencer asing dengan menyiapkan anggaran 72 M. Namun setelah korona dinyatakan positif, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menyatakan anggaran promosi wisata, termasuk untuk para influencer, sebesar Rp 72 miliar resmi ditunda (5/3)
Alhasil hari ini korona telah merenggut nyawa  orang tak berdosa. Tenaga medis yang merawat dan sudah berusaha sebaik mungkin menyelematkan para pasien positif korona juga harus berakhir didalam tanah. Â
Melansir laman kompas.com, update perkembangan kasus corona (24/3) sudah berjumlah 686 orang. 30 orang berhasil sembuh dan 55 dinyatakan meninggal dunia.
Sungguh angka yang fantastis. Perkembangan virus ini begitu cepat dan masif. Menular sana sini dan kita tak tahu apakah diri kita sendiri sudah tertular atau belum. Yang saat ini bisa  kita lakukan adalah disiplin mengkarantina diri sendiri dan keluarga tercinta dengan tetap dirumah.
Namun biar bagaimanapun, nyawa yang sudah berkalang tanah itu perlu kita bela haknya dan teruskan perjuangannya untuk keluar dari pandemi ini. Mereka sebagai warga negara tentunya tak ingin mati konyol karena virus yang bukan keinginannya.
Begitu pula tenaga medis. Mereka sudah berjuang untuk menyembuhkan rakyat yang tekena corona. Namun mereka juga manusia yang punya batas. Sedari dulu, bukankah mereka juga berkata bahwa kesehatan adalah harta yang terutama.
Kelalaian pemerintah dalam melaksanakan pepatah MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI menyebabkan jatuhnya korban dimana-dimana. Dalam konteks ini saya tidak sedang menyatakan bahwa pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk proses pencegahan mulai dari masuknya virus korona ke Indonesia hingga menuju keperkembangannya saat ini.
Namun hingga ke tahap penularannya, pemerintah tidak cukup kuat untuk benar-benar serius menjalankan perannya sebagai pedang yang mampu disegani rakyatnya.
Misalnya saja soal karantina. Saat ini proses karantina kita masih berjalan setengah-setengah. Himbauan pemerintah agar masyarakat untuk mau  tetap tinggal dirumah nyatanya tidak semua mampu  melakukan.