Setelah sepuluh tahun menjabat, sampai saat ini ia masih banyak karyanya yang dikagumi rakyat. Beberapa orang malah mulai membandingkan kinerja pemerintah sekarang dan pemerintahannya yang lalu. Namun tetap saja, ukuran setiap keberhasilan pemerintah pasti berbeda-beda.
Saat ini, setelah kurang lebih 15 tahun menjadi nahkoda partai Demokrat, telah begitu banyak kader-kader yang ia bimbing dan besarkan termasuk kedua anak kandungnya sendiri, Ibas dan Agus.
Latar belakang ibas dan agus sejatinya berbeda. Kita sama-sama tahu, Agus yang berlatar belakang militer mengikuti rekam jejak ayahnya, dan Ibas yang sekolah politik sekaligus pengusaha juga mengikuti sisi lain dari pak SBY.
Ibas mengikuti pendidikan formal seperti anak lainnya. Setelah lulus dari SMAN 39 Cijantung, kemudian ia melanjutkan pendidikan tingginya di Finance and E-Commerce, Universitas Curtin, Perth, Australia dan kembali mengambil S2 di International Political Economy, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura pada tahun 2005-2007.
Seusai menyelesaikan pendidikannya tersebut, dua tahun kemudian ia langsung terjun ke politik dan bergabung dengan partai demokrat. Ia terpilih menjadi anggota DPR RI/Komisi I DPR RI pada 2009-2014, dan terpilih lagi untuk duduk di Komisi X DPR RI pada tahun 2014-2019.
Ibas juga, berkat pengaruh ayahnya ia dapat menjabat posisi-posisi penting dipartai demokrat, seperti menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat pada tahun 2010-2015 mendampingi Anas Urbaningrum.
Berbeda dengan sang adik, sebelum terjun ke dunia politik, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978, ini menghabiskan kariernya di bidang militer. Ia menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara, Magelang lalu mengikuti jejak ayahnya melanjutkan pendidikan di Akademi Militer, Magelang.
Ia juga menempuh pendidikan umum di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura dan kemudian kanjut mengambil master di Harvard University dan mengambil jurusan Public Administration. Ia berhasil menamatkan pendidikan lanjut pada 2010 dengan predikat sangat memuaskan.
Dengan terpilihnya AHY sebagai Ketum Partai Demokrat, setidaknya ada dua hal yang harus ia mampu lakukan. Pertama ialah menaikkan kembali eksistensi partai demokrat dan yang kedua adalah mampu mengakomodir semua kepentingan partai.
Setelah kurang lebih 6 tahun menjadi oposisi, suara partai demokrat di beberapa wilayah lambat tapi pasti mengalami penurunan. Walaupun masih banyak loyalis SBY di daerah-daerah, namun ketenaran para penerus warisan partai demokrat telah kalah dimakan waktu.
Lihat saja raihan suara nasional partai demokrat pada pemilu sebelumnya. Pada Pileg 2019, Demokrat mendapatkan 10.876.507 suara atau sebesar 7,77 persen. Suara Demokrat bisa dibilang anjlok jika dibandingkan dengan perolehannya pada 2014 yang mencapai 10,9 persen atau 12.728.913 suara. Turunnya perolehan suara ini juga membuat Partai Demokrat terlempar dari posisi lima besar.