Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat dari SBY Menuju AHY, Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

16 Maret 2020   22:25 Diperbarui: 16 Maret 2020   22:53 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (liputan6.com)

Perhelatan Kongres ke V Partai Demokrat baru saja selesai. Satu nama yang muncul sebagai Ketua Umum ialah dari Trah Yudhoyono itu sendiri, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) putra sulung dari Presiden ke enam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Terpilihnya AHY sebagai Ketum secara aklamasi menunjukan betapa kuat dan besarnya pengaruh SBY didalam tubuh partai. Sebagai otak dan king maker partai selama ini, akhirnya transformasi kepemimpinan pun berganti dan disetujui oleh SBY sendiri.

AHY secara independen dinilai layak dan cocok untuk duduk sebagai nahkoda baru partai demokrat. Tetapi banyak kalangan menganggap, AHY yerlalu cepat untuk tampil dan masih perlu banyak proses untuk bisa benar-benar meyakinkan suara partai agar yakin kepadanya.

Kedudukan AHY juga tentunya tidak lepas dari pengaruh sang ayah. Bagi saya, kental sekali bentuk dari wujud politik dinasti SBY didalam partai yang telah ia lahirkan. Hal itu telah terlihat jelas, dimana bukan hanya AHY yang bisa melanggeng mulus untuk bisa duduk di kursi nomor 1 partai berlambang mercy ini, namun juga sang adik Ibas Yudhoyono.

Seperti yang kita ketahui, sebelum menjabat sebagai Ketum, AHY dulunya berkarier dibidang militer. Ia adalah lulusan terbaik di AKMIL dan telah menempuh pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Karier militernya ini harus ia lepas demi melanjutkan cita-cita sang ayah. Dimana nafsu dan hasrat kekuasan  politik harus tetap mengalir.

Beberapa waktu silam, secara mengejutkan AHY tampil dipanggung Pilkada DKI. Tak banyak orang akan mengetahui sepak terjang beliau yang dianggap krusial itu. Namun sayang, nasib bagus belum berpihak padanya. Ia harus kalah dan terpaksa harus puas dengan pencapaiannya itu.

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Partai Demokrat tidak lepas dari tangan dingin seorang sosok Susilo Bambang Yudhoyono.

Partai  dengan latar belakang biru tebal ini didirikan pada tanggal  9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Pendirian partai ini merupakan nafas awal untuk memulai percaturan kehidupan politik SBY. 

Saat itu, partai demokrat adalah satu-satunya cara untuk bisa menaikkan dirinya sebagai cikal bakal presiden RI.

Usaha memang tidak mengkhianati hasil. Sejak mendirikan Partai Demokrat, SBY terpilih secara sah sebagai Presiden RI pertama pada Tahun 2004. Kemudian ia kembali lagi menduduki kursi kepresidenan jilid II pada tahun 2009. Ia adalah presiden pertama yang dilahirkan dari proses Pemilihan Langsung oleh rakyat Indonesia.

Satu dekade memimpin Indonesia, sudah begitu banyak karya-karyanya yang membuat Indonesia maju. Misalnya saja Indonesia masuk dalam G-20 Negara Ekonomi Terkuat Dunia pada tahun  2009 dan melunasi Utang IMF serta tidak lagi tergantung kepada lembaga tersebut. Tentu ini adalah prestasi yang harus kita beri apresiasi.

Setelah sepuluh tahun menjabat, sampai saat ini ia masih banyak karyanya yang dikagumi rakyat. Beberapa orang malah mulai membandingkan kinerja pemerintah sekarang dan pemerintahannya yang lalu. Namun tetap saja, ukuran setiap keberhasilan pemerintah pasti berbeda-beda.

Saat ini, setelah kurang lebih 15 tahun menjadi nahkoda partai Demokrat, telah begitu banyak kader-kader yang ia bimbing dan besarkan termasuk kedua anak kandungnya sendiri, Ibas dan Agus.

Latar belakang ibas dan agus sejatinya berbeda. Kita sama-sama tahu, Agus yang berlatar belakang militer mengikuti rekam jejak ayahnya, dan Ibas yang sekolah politik sekaligus pengusaha juga mengikuti sisi lain dari pak SBY.

Ibas mengikuti pendidikan formal seperti anak lainnya. Setelah lulus dari SMAN 39 Cijantung, kemudian ia melanjutkan pendidikan tingginya di Finance and E-Commerce, Universitas Curtin, Perth, Australia dan kembali mengambil S2 di International Political Economy, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura pada tahun 2005-2007.

Seusai menyelesaikan pendidikannya tersebut, dua tahun kemudian ia langsung terjun ke politik dan bergabung dengan partai demokrat. Ia terpilih menjadi anggota DPR RI/Komisi I DPR RI pada 2009-2014, dan terpilih lagi untuk duduk di Komisi X DPR RI pada tahun 2014-2019.

Ibas juga, berkat pengaruh ayahnya ia dapat menjabat posisi-posisi penting dipartai demokrat, seperti menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat pada tahun 2010-2015 mendampingi Anas Urbaningrum.

Berbeda dengan sang adik, sebelum terjun ke dunia politik, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978, ini menghabiskan kariernya di bidang militer. Ia menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara, Magelang lalu mengikuti jejak ayahnya melanjutkan pendidikan di Akademi Militer, Magelang.

Ia juga menempuh pendidikan umum di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura dan kemudian kanjut mengambil master di Harvard University dan mengambil jurusan Public Administration. Ia berhasil menamatkan pendidikan lanjut pada 2010 dengan predikat sangat memuaskan.

Dengan terpilihnya AHY sebagai Ketum Partai Demokrat, setidaknya ada dua hal yang harus ia mampu lakukan. Pertama ialah menaikkan kembali eksistensi partai demokrat dan yang kedua adalah mampu mengakomodir semua kepentingan partai.

Setelah kurang lebih 6 tahun menjadi oposisi, suara partai demokrat di beberapa wilayah lambat tapi pasti mengalami penurunan. Walaupun masih banyak loyalis SBY di daerah-daerah, namun ketenaran para penerus warisan partai demokrat telah kalah dimakan waktu.

Lihat saja raihan suara nasional partai demokrat pada pemilu sebelumnya. Pada Pileg 2019, Demokrat mendapatkan 10.876.507 suara atau sebesar 7,77 persen. Suara Demokrat bisa dibilang anjlok jika dibandingkan dengan perolehannya pada 2014 yang mencapai 10,9 persen atau 12.728.913 suara. Turunnya perolehan suara ini juga membuat Partai Demokrat terlempar dari posisi lima besar.

Ini adalah pekerjaan rumah utama dari AHY. Turunnya perolehan suara partai demokrat diakibatkan melemahnya eksitensi partai. Partai demokrat kelihatan sangat susah mendapatkan panggung politik nasional sejak memutuskan menjadi oposisi.

Peran SBY juga semakin terdepresiasi setelah semakin banyaknya tokoh-tokoh partai politik yang baru seperti Basuki Tjahaja Purnama, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Kekalahan telak demokrat di pileg 2019 lalu, harus dibuktikan AHY dengan mengembalikan partai demokrat minimal ke ke lima besar raihan suara tertingi nasional.

Selanjutnya, AHY juga setidaknya harus mampu mengakomodir semua suara dan kepentingan partai. Selama ini, mengapa SBY sangat disegani dan dihormati oleh anggota partai karena ia mampu menerjemahkan semua aspirasi internal partai.

Sehingga kekokohannya sangat tejaga dan stabil didalam internal partai. Termasuk saat ini hasilnya telah dirasakan oleh AHY sendiri.

Baik SBY maupun AHY  keduanya memiliki latar belakang militer yang sama. Mereka ibarat sebuah pepatah yang berkata bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Sekarang saatnya bagi AHY untuk membuktikan kepada sang ayah dan keluarganya bahwa ia mampu melakukan jauh dari apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Semoga saja transformasi kepemimpinan ini juga bisa dilakukan oleh partai lainnya.

Selamat mengemban tugas mas AHY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun