Perasaan gugup merupakan respons alami terhadap suatu peristiwa ataupun kegiatan yang baru atau situasi yang berada di luar zona nyaman seseorang. Perasaan ini bersifat sementara dan akan hilang setelah stres berlalu.
Dari definis diatas rasanya terlalu terburu-buru jika kita langsung memvonis Kalista Iskandar tidak lafal dan hafal pancasila. Pancasila sebagai Ideologi bangsa seyogyanya bukan barang baru dibumi pertiwi ini. Dari kecil kita mengenal dan dikenalkan oleh Pancasila.
Lalu masalahnya apa?
Sejak masih di Taman Kanak Kanak, saya, kamu atau bahkan kita sudah diajarkan dan dikenalkan apa itu Pancasila. Setiap senin pagi biasanya, dalam upacara bendera. Salah satu ritual yang wajib kita lakukan selain mendengarkan lantunan pembacaan Pembukaan UUD 1945 adalah mengumandangkan pancasila.
Pancasila itu sudah kita kenal sedari dulu. Dari pengalaman dan riwayat kita inilah yang sebenarnya membuat orang merasa terkejut dan hampir tak percaya bagaimana mungkin seorang kandidiat Puteri Indonesia sampai tidak latah melafalkan pancasila. Akhirnya kita lalai dan latah juga memvonis Kalista Iskandar tidak layak untuk berada dipanggung itu semalam.
Kita pun juga pasti bertanya tanya. Apakah ajang sekelas Puteri Indonesia tidak melalukan penyaringan yang matang sehingga salah seorang pesertanya gagal dan gugup menyebutkan pancasila. Apalagi yang bertanya saat itu adalah Ketua MPR RI.
Lalu izinkan saya bertanya satu hal, apakah tidak menghafal pancasila berarti tidak pancasilaisis? Apakah jika tidak menghafal pancasila berarti saya tidak nasionalis dan tidak cinta tanah air? Apakah dengan tidak menghafal atau keliru mengucapkan pancasila kemudian dicap tidak taat hukum dan tidak menghargai ideologi yang telah digagas para founding father bangsa?
Jangan terlalu awal memvonisnya salah ferguso. Itu adalah sebuah langkah keliru.
Memaknai Ulang Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, sumber dari sumber hukum dan pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara sedang dalam kondisi yang tidak nyaman. Mengapa?
Fenomena bangsa kita saaat ini ialah adanya benturan siapa yang paling pancasialis, sedikit kritis dan beda dianggap tidak nasionalis. Mengenakan cadar dan celana cingkrang dianggap radikal dan masuk radar terorisme. Semuanya dalam zona yang campur aduk dalam satu kolam yang sama. Sehingga sengketa dan diskusi tentang pancasila pun terus berjalan seiring perkembangannya.
Pemerintah pun melalui Presiden Joko Widodo menggagas Badan Pembina Ideologi Pancasila  (BPIP) sebagai salah satu alternatif agar eksistensi pancasila tidak dikalahkan oleh budaya asing dan tidak disalah artikan oleh kaum kanan yang dianggap sering menjadi pemecah bela bangsa.