Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Babi dan Tradisi

11 Februari 2020   11:02 Diperbarui: 11 Februari 2020   17:07 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto (denpasar.kompas.com)

Dunia mencatat dan mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki begitu banyak kekayaan budaya. Budaya-budaya yang ada ini pun juga telah banyak mendapatkan anugerah dan pengakuan kedaulatan sebagai salah satu dari sekian banyak warisan dunia. Salah satunya ialah tradisi dalam memperlakukan hewan.

Misalnya bagaimana masyarakat suku Tana Toraja, khususnya yang berada dibagian pedalaman Toraja Utara rela menyembelih puluhan bahkan ratusan ekor kerbau hanya demi sebuah pemakaman adat. 

Hasilnya, semua dibayar dengan semangat gotong royong keluarga yang berduka untuk berusaha tidak hanya sebagai penghormatan kepada mendiang yang berpulang ke Puang Matua, namun juga sebagai sebuah semangat untuk merawat warisan nenek moyang yang jika bukan anak anak asli Toraja yang merawatnya, lalu siapa lagi?

Tana Toraja adalah salah satu contoh kecil dari satu daerah yang menghargai dan mengistemewakan hewan. Masih ada beberapa daerah lain seperti NTT, Manado, Bali, Sumba, Papua dan daerah lain.

Nah, artikel ini erat kaitannya dengan sebuah fenoemena sosial yang kini terjadi di Sumatera Utara. Kita semua tahu, Kota Medan sebagai pusat dan inti dari Provinsi Sumatera ini diisi oleh beragam suku dan agama. 

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya liburan natal tahun 2019, saya mengunjungi kota Medan dan menjelajahi sekitar kota Medan, Prapat, Danau Toba, dan daerah ketinggian di Berastagi.

Selama liburan disana, saya sempat terkejut terheran-heran bagaimana daging babi dapat dijual bebas disekitar wilayah kota medan yang  jumlah penduduk muslimnya sangat terbilang banyak. 

Satu hal yang istimewa lagi adalah begitu banyak rumah makan yang menjual aneka jajanan olahan babi. Satu yang terkenal ialah daging babi panggang karo (BPK). Rasanyaa??? Mmm......

Saat ini masyarakat yang berada di provinsi sumatera utara tengah meradang dengan adanya wacana dari Gubernur Provinsi Sumatera Utara untuk memusnahkan babi.

Alhasil wacana itu disambut dengan aksi demonstrasi besar-besaran yang hari ini digelar. Ratusan orang turun kejalan untuk memprotes hal tesebut.

Lantas, apa yang membuat warga kota medan kemudian ramai ramai turun kejalan dalam menyikapi hal ini? 

(Sumber Foto: harianbatakpos.com)
(Sumber Foto: harianbatakpos.com)
Yah tentunya ini bisa dianggap sebagai sebuah gerakan moralitas dalam memerangi wacana pemusnahan babi dan ternak babi yang berada di Suamtera itu.

Namun, berdasarkan informasi dari laman detik.com, Ketum FUI Sumut, Indra Suheri mengatakan menyebut demo ini diduga dilatarbelakangi fitnah terhadap Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. 

"Mereka mengopinikan tudingan besar berupa fitnah. Fitnah itu seakan akan menjadi opini publik padahal itu murni fitnah keji, mengutip statement Gubernur yang tidak pernah dikatakan seakan-akan Gubernur akan menghabisi semua ternak babi yang ada di Sumatera Utara," ujar Indra kepada wartawan, Senin (10/2/2020).

Apa yang dilakukan oleh masyarakat kota medan ini adalah hal yang biasa biasa saja dan lumrah untuk ditunjukkan.

Mengapa?

Yah karena masyarakat Kota Medan, khususnya mereka yang lahir dari Suku Batak memiliki tradisi yang berkaitan erat dengan babi.

Lagi, ini tentang tradisi yang berkaitan dengan babi. Menyadur buku karangan Defri Elias Simatupang "Penempatan Babi Sebagai Daging Konsumsi Dalam Pesta Adat Masyarakat Batak" dalam buku Fauna Dalam Arkeologi yang diterbitkan Balai Arkeologi Medan Tahun 2012, ditulis bahwa babi mampu menjadi alternatif hewan yang dapat dikurbankan pada saat upacara adat.

Masih melansir buku tersebut, babi sebenarnya bukanlah hewan yang menjadi bagian atau komponen dari upacara adat orang batak.

Berdasarkan catatan sejarah orang batak, hewan yang biasanya dijadikan kurban saat upacara adat adalah kerbau, kuda, kambing dan ayam.

Sehingga, daging babi dipandang sebagai hewan level terendah dalam yang adat yang bisa untuk dikonsumsi.

Nah dari sini, kita bisa sama-sama memahami mengapa masyarakat Kota Medan menolak wacana dari gubernur sumut. Apalagi dengan adanya isu virus corona dan SF yang sudah menjangkit dan menular hewan babi membuat masyarakat semakin resah. 

Tetapi, perlu dicatat bahwa jika memang ada babi yang terjangkit oleh virus maupun penyakit hewan lainnya maka pemerintah wajib untuk memusnahkannya.

Tujuannya adalah untuk tetapa menjaga kesehatan masyarakat dan tentunya agar penyakit tersebut tidak menyebar apalagi sampai memakan korban jiwa.

Tetapi keterkaitan antara tradisi suku-suku di Indonesia dalam mengorbankan babi maupun hewan lainnya harus dijaga. Ini tentang kearifan lokal yang divokalkan. Soal masalah apakah itu haram atau tidak konteksnya berbeda dalam ruang dan waktu.

Dan satu hal yang perlu dicatat gerakan  tagline #savebabi bertujuan untuk menyelamatkan sebuah harga hewan dalam memelihara tradisi. 

Babi dan tradisi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ia ada turun temurun dari lintas generasi dan nenek moyang. Dan tradisi itu mahal. Nilai-nilai luhurnya yang mahal. 

Oleh karenanya jika ada wacana pemusnahan babi di Sumatera Utara itu perlu diluruskan oleh pemerintah setempat.

Jika tujuannya untuk memutus dan memusnahkan penyakit pada hewan ternak seperti babi, ada baiknya disampaikan dan disosialisasikan kepada masyarakat sehingga tidak perlu lagi kita melihat masyarakat turun kejalan.

Gerakan nonpolitik ini didasari oleh dasar juang memelihara sebuah tradisi bukan semata-mata terbentuk dari arah oposisi. Tokoh adat dan tokoh agama berperan penting dalam menghimpun masalah ini kemudian memutus jalan perkatanya.

Semoga saja ini segera berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun