Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah Natuna (Kita) Dibegal China?

7 Januari 2020   00:23 Diperbarui: 7 Januari 2020   00:36 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam dan kelimpahannya adalah anugerah yang paling penting untuk dijaga. Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim memiliki begitu banyak aset alam yang jika dikelola dengaj baik akan menghasilkan income yang luar biasa.

Salah satunya adalaha wilayah perairan Natuna. Secara geografis natuna terletak dan diapit oleh wilayah beberapa negara diantaranya vietnam, malaysia, dan Indonesia. Lalu apakah RRT (China) juga termasuk dalam perairan wilayah Natuna?

Perairan Natuna atau yang populer disebut Laut China selatan sedari dulu telah menjadi polemik. Polemiknya adalah sering sekali RRT megklaim sepihak bahwa Laut China Selatan atau Natuna masih menjadi wilayah perairan mereka. 

Imbasnya, hasil laut Natuna menjadi sasaran ekplorasi bagi nelayan China untuk dijala dan nelayan kita menjadi korban begal mereka.

Kronologisnya bermula dari ditemukannya beberapa kapal nelayan China yang melaut dan menangkap ikan di peraian Natuna yang notabene itu masih wilayan perairan nusantara. 

Dari video viral, petugas keamanan yang bertugas mengawal dan menjaga perairan Natuna telah melayangkan  peringatan dan himbauan agar kiranya kapal-kapal Tirai Bambu ini segera meninggalkan perairan yang masih menjadi teritori wilayah ibu pertiwi.

Sumber foto (diakses dilaman web CNBC Indonesia.COM)
Sumber foto (diakses dilaman web CNBC Indonesia.COM)
Petugas BAKAMLA yang saat itu bertugas pun akhirnya harus bersebat serius hanya untuk mengusir tamu yang tak diundang masuk kerumah kita. Mereka masuk tanpa salam dengan dikawal oleh anjing anjing mereka yang siap melontarkan peluru jarak jauh dan tentunya berefek pada kontak senjata antara Kita dan China.
Apakah Indonesia hanya tinggal diam?
Protes keras kemudian dilayangkan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi perihal masalah yang sudah sering kali terjadi. Ada empat point yang dikeluarkan oleh pejabat teras istana negara ini.

Point pertama yaitu China telah melanggar peraturan diwilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Kedua, ZEE merupakan hasil keputusan yang ditetapkan pada tahun 1982 melaluo Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut (The United Nations Convention on the Law of the Sea , UNCLOS). 

Ketiga, Kementerian Luar Negeri memberikan peringatan China untuk menghargai dan tunduk pada aturan yang telah ditetapkan, yang mana China juga merupakan anggota dari UNCLOS tersebut. Keempat, RI tidak akan mengakui klaim Nine Dash Line atau Sembilan garis putus putus sebagai wilayah teritorial China.

Beda pendapat dan silang sikap beberapa pejabat teras malah memperkeruh suasana. Opung Luhut ingin agar kita menyikapi dengan tenang perihal hal ini. 

Alasannya agar investor-investor China yang akan menanamkan invenstasinya dinegara kita, tidak undur diri. Hal ini ditimpal lagi dengan pernyataan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, yang menyatakan agar kita bersikap cool.

Namun sampai pernyataan resmi ini dilayangkan, berita mengenai nelayan China yang dikawal kapal perang  ternyata masih berselancar dengan bebas diperairan kita. Tenaga TNI telah disiagakan disana. Membentuk 4 unit untuk mengawal  dan memantau kapal kapal asing ini keluar masuk sesuka hati. Saya yakin mereka hanya akan memantau saja. Kenapa gak sekalian disuguhin kopi sambil makan gorengan yah??? Heheh

Mau bersikap cool gimana lagi pak? Apakah kita akan merasa baik baik saja ketika teritori kita diakses dengan mudah dan gampangnya oleh negara lain. Apakah para mantan elite jenderal KOPASSUS ini lebih takut kehilangan investasi dari pada mempertahankan harga diri bangsa? Semoga saja ini bukan salah satu strategi investasi untuk menukar sebagaian wilayah NKRI.

Semboyan NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA saat ini sedang dipertaruhkan. Kemudian saya merindukan seorang ibu-ibu yang gak ada takutnya menenggelamkan kapal asing ketika coba coba berlayar dan menangkap ikan dilaut kita. 

Dia hanya seorang ibu, tapi nyalinya mampu membuat ketar ketir bangsa lain. Tapi sayang, nyalinya sudah tidak dipake istana. Semoga saja nyali sang ibu ini tidak sedang mempecundangi nyali dua jenderal baret merah yang sedang bersikap cool dan lembut ke pencuri ikan didapur kita.

Saya yakin, Bung Karno, Bung Tomo, Jenderal Sudirman akan menangis ketika melihat penerusnya hanya suam suam kuku menyikapi polemik ini. Bukti konkret jika pemerintah sudah bertindak tegas dan terukur akan masalah ini adalah SUDAH TIDAK ADA LAGI KAPAL KAPAL ASING BERENANG DIWILAYAH PERAIRAN BUMI PERTIWI. 

Faktanya, mereka tetap saja disana dan di Jakarta, kita masih sibuk urus konsep manakah yang baik antara NATURALISASI VS NORMALISASI serta korupsi yang dari dulu gak ada habis habisnya. 

Ada yang mengatakan China hanya menguji jargon NKRI HARGA MATI. Jika mereka mau menguji, jawab saja dengan diplomasi yang agak keras dan bernyali. Semisal penenggelaman kapal atau tembak habis kapal yang masih bermain-main dilaut kita.

Pemerintah harus menajamkan diplomasi dan mengetatkan aksi. Jangan sampai kita berdiplomasi dengan senyam senyum ala kicauan Prabowo dulu. Sehingga bangsa lain tidak ada segan-segannya sama bangsa Indonesia. 

Diplomasi senyam senyum inilah yang membuat kita dibegal didalam rumah sendiri. Mengapa saya katakan begal dirumah sendiri? Karena kita hanya bisa melihat dan mingkem saat pencuri itu datang. Kita hanya senyam senyum sampai ikan di Natuna habis.

Novel karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul BUMI MANUSIA mengisahkan Mingke dan Mertuanya yang berjuang habis habisan mempertahankan seorang wanita cantik  bernama Annelies, namun gagal karena mereka tak bisa membendung sergapan dan kalah pada peradilan orang Eropa licik. 

Diakhir kutipan novel itu sekaligus diakhir opiniku ini, kata pahit yang bisa kita dengar dan ucapan akan kejadian pahit Natuna adalah: Kita telah melawan Nak, nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun