Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melawan Korupsi Melalui Komedi

11 Desember 2019   09:11 Diperbarui: 11 Desember 2019   09:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto (liputan6.com)

Ada yang baru dari presiden jokowi dalam memperingati hari Anti korupsi sedunia. Ditengah hiruk pikuk kasus kasus korupsi yang terus merajalela dengan segala keunikan dan keberagamannya, presiden kita yang tanpa beban membasmi korupsi, memperingatinya dengan menyimak drama komedi yang berisi pesan pesan kontemporer skandal kasus korupsi, kolusi dan nepotisme yang saat ini sedang viral terjadi.

Adalah beberapa orang, yang belum lama ini didapuk untuk menjadi pimpinan ditampuk kekuasan menteri sang presiden dua periode. Mereka saling berbagi peran untuk menggambarkan sebuah kolase kehidupan yang berisikan prilaku koruspi dilingkungan sekolah.  Turut serta juga dua orang komedian senior yang memberikan sebuah gimik gimik lucu demi menghidupkan suasana dan menarik tawa penontonnya. Penontonnya adalah mereka siswa paruh baya yang masih berseragam SMA.  
Prolog dari komedi ini dimulai dengan seorang tukang bakso yang sedang menggelar jajanan nya dikantin sekolah dan dimana disitu sedang duduk dua orang siswa SMA berpolos muda dengan segala kekuranganya disertai perut lapar duduk untuk memesan bakso sebelum masuk kekelas. Mereka terlibat diskusi  yang kocak.

Nadiem sang menteri pendidikan  yang memerankan siswa sma sedang  diajak oleh temannya untuk memesan bakso melalui uang hasil kumpulan teman sekelas mereka. Adalah Jodi sang komedian merayu Nadiem untuk MENCICIPI SEDIKIT uang kas sekolah mereka sebelum masuk kekelas. Uang kas tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk acara pensi, namun Jodi terus membujuk Nadiem agar mereka berdua sepakat untuk menggunakan uang tersebut.

Tepukan datang dari belakang tepat mengenai pundak Jodi. Handuk putih yang biasanya khas digunakan oleh para penjual asongan itu melilit dari tukang bakso yang diperankan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Penjual bakso kemudian sontak mengagetkan mereka berdua dan mengakhiri lingkaran setan diantara Jodi dan Nadiem.

Dimomen itu, jelas, Erick Thohir mempertanyakan Dimana Ahlak Jodi yang berniat untuk menggunakan uang yang sebenarnya bukan hak mereka berdua untuk digunakan baik banyak ataupun sedikit. Jodi juga kena marah karena punya niatan buruk untuk mengajak temannya melakukan prilaku menyimpang melalui korupsi kecil .Untung saja dalam komedi itu Nadiem tegas menolaknya. Akhirnya mereka berdua tidak jadi membeli bakso menggunakan uang kas sekolah.

Selanjutnya dari belakang panggung, masuklah dua orang kaka kelas Jodi dan Nadiem disambut bunyi musik lenong khas betawi dengan gaya petantang petenteng. Mereka adalah Bedu dan Menteri Pariwisata Wishnutama. Bedu dan Wishnutama juga akhirnya memesan bakso seperti yang  sebelumnya dipesan  oleh Jodi dan Nadiem. Wishnutama terlihat sibuk membaca sebuah brosur  yang dipegangnya. Bedu mengira itu brosur wisata, namun ternyata itu adalah brosur yang berisikan profil profil kampus yang ada di Indonesia.

Bedu melemparkan gurauan kepada Wishnutama bahwa ia memiliki KONEKSI dan RELASI jika ingin masuk ke kampus kampus ternama di Indonesia mengingat ia memiliki bapak dengan status Pejabat Teras. Hehe... Namun Wishnutama dengan tegas juga menolak. Katanya: "udah gak gaul jika main main gitu lag".  

Lagi, untuk kedua kalinya. Handuk kecil putih yang melilit dileher bang bakso Erick mengagetkan Wishnutama dengan Bedu. Sontak mereka terkaget dan mengakhiri pembicaran. Erick kemudian berpesan: Jangan seperti itu, itu namanya nepotisme. Nepotisme itu memanfaatkan kekuasan disekitar kita untuk mendapatkan fasilitas negara dengan cuma cuma. Bedu kemudian menagngguk nganggukan kepala seraya paham dan sadar prilakunya itu menyimpang.

Sesungguhnya dari pesan komedi bertajuk #prestasitanpakorupsi memang sangat menggambarkan dan menyindir sebagian orang maupun kalangan. Fenomena penyelundupan motor mewah melalui fasilitas negara  sangat memalukan. Adalah mantan Dirut Garuda yang kemarin diberitakan telah menyelundupkan barang barang mewah yang tidak terdaftar di kepabean. Ini tentu sangat mencoreng dan merusak nama baik salah satu BUMN Terbesar di Indonesia. Syukur saja Sang Menteri bertindak cepat akan hal ini.

Bersih bersih ala Erick Thohir yang dilakukan diKementerian BUMN memang sangat revolusioner namun belum mencapai kesudahannya. Sebelum memecat Dirut Garuda, Erick Thohir diketahui sebelumnya telah menunjuk Basuji T. Purnama  menjadi Komut di Pertamina. Gunanya untuk bersih bersih dari mafia migas Indonesia.

Sejujurnya beberapa masyarakat berharap ini adalah permulaaan yang terus dikawal. Jangan sampai bersih bersih Erick Thohir ini adalah salah satu intrik untuk mendapat kembali kepercayaan publik terhadap keberanian dan loyalitas pemerintah menumpas korupsi sampai ke akar akarnya.

Sumber foto (liputan6.com)
Sumber foto (liputan6.com)
Epilog yang diharapkan dari komedi drama bertajuk Prestasi Tanpa Korupsi ialah bagaimana konsistensi pemerintah dalam menumpas dan membumihanguskan prilaku koruptor di Indonesia. Jangan hanya tangan tangan Presiden juga yang berani, namun Sang Presiden sendiri juga harus lebih jago dan elok membongkar prilaku kecurangan ditubuh pemerintahan dua periode ini. Ada begitu banyaj kasus kasus korupsi yang tentunya dimata publik.

Presiden belum selesai menyelesaikannya. Sebut saja kasus penyerangan air keras Novel Baswedan yang tak jelas angin segarnya. Belum lagi pemberian grasi bagi mantan koruptor karena alasan kemanusian. Ini tentu bagi sebagian orang menjadi preseden buruk dan telah mencoreng perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya. Ditambah dengan pengurangan hukuman koruptor oleh MA, lagi lagi menambah derita dan kepercayaan publik akan hal ikhwal keseriusan Presiden Jokowi benar benar berpihak pada penumpasan korupsi.

Kita berharap semoga saja, drama komedi ini bukan sebuah awalan akan pencitraan kepada mereka generasi muda yang telah menyaksikannya. Tetapi benar benar berlaku dan ditanamkan kepada seluruh masyarkat khususnya para pejabat negara, wakil rakyat dan pemerintah sungguh sungguh ingin melawan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun