Bambu, tanaman jenis rumput-rumputan (bukan pohon) yang sudah kita kenal sejak kecil. Berbagai macam produk kerajinan tangan dari bambu, sering kita manfaatkan sehari-hari, terutama di daerah pedesaan. Ada caping (topi petani), kukusan, anyaman bambu untuk dinding bangunan tradisonal, kipas bambu yang sering digunakan penjual sate, besek wadah makanan, sampai dengan penggunaan bambu untuk dalam proyek bangunan.
Kita pernah sadar nggak kalau bambu itu tanaman ajaib! Kenapa bisa dikatakan ajaib, karena sifatnya yang luar biasa. Coba kita telaah satu per satu.
Pertama, Bambu merupakan salah satu fast growing species yang paling fenomenal. Dalam sehari sebatang bambu yang baru tumbuh dari rebungnya bisa mencapai puluhan cm, bahkan ada yang mencapai  pertumbuhan 1 meter dalam 24 jam. Wow, ini sih super cepat banget.....
Kedua, Bambu mempunyai banyak kegunaan. Dari sisi ekonomi, bambu yang masih utuh (mentah) ataupun produk jadi hasil anyaman (olahan) dari bambu, sampai saat ini masih laku di pasaran, dengan nilai ekonomi yang cukup lumayan.
Ketiga, Bambu telah terbukti sebagai salah satu jenis tanaman yang mempunyai fungsi ekologis luar biasa, khususnya dalam mengkonservasi tanah, air, ataupun udara. Akar-akar bambu yang sangat kuat dan banyak mampu mengikat tanah dengan baik sehingga potensi tanah longsor ataupun tererosi dapat diminimalisir. Peran bambu yang seperti ini sangat cocok untuk dibudidayakan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga tidak mudah tererosi ataupun longsor. Bagus tidaknya kondisi daerah aliran sungai menjadi kunci keberhasilan konservasi air. Keberadaan bambu sangat bagus untuk mengikat air hujan, sehingga tidak langsung mengalir di atas tanah melainkan akan diserap oleh bambu dalam jumlah besar. Air yang diserap tadi, nanti akan dikeluarkan sedikit demi sedikit dalam bentuk mata air, sehingga lingkungan yang ditanami bambu biasanya jarang mengalami kekeringan. Pernahkah melihat bambu kelihatan meranggas layaknya jati, ataupun menguning daun-daunya secara serempak?
Keempat, Bambu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan, tidak perlu dipupuk, dan tidak perlu juga pengawasan intensif. Murah sekali biaya penanaman dan perawatannya, sehingga tidak banyak biaya yang dikeluarkan, bahkan nyaris nol rupiah. Tanaman bambu jika sudah berupa rumpun-rumpun besar, tidak perlu lagi disiram secara rutin, apalagi diberi pupuk selayaknya pohon buah. Sudah tumbuh subur dengan sendirinya. Praktis bukan.....
Kelima, Bambu juga tanaman yang tahan terhadap api, meskipun daun-daun dan batangnya terbakar, si bambu masih bisa bertunas lagi beberapa hari kemudian. Wow........! Pada tahun 2010, terjadi letusan Gunung Merapi yang luar biasa besar di Yogyakarta dan sekitarnya. Nah, teryata tanaman bambu yang ada di kebun-kebun warga mampu menahan aliran piroklastik dari Wedhus Gembel sehingga jumlah korban bisa diminimalisir. Mengutip Republika.co.id, bambu ternyata bisa menjadi early warning system (EWS) terkait potensi terjadinya aliran awan panas, karena sebelum awan panas mencapai lahan yang ditanami bambu, bambu-bambu yang ada akan retak bahkan sampai pecah, sehingga bisa dijadikan indikator bahwa wedhus gembel akan segera datang.
Keenam, Bambu merupakan tanaman konservasi air yang luar biasa bagus. Tak jarang, lahan kritis yang disulap menjadi hutan bambu memunculkan mata air-mata air baru yang tentunya bisa memudahkan masyarakat sekitar mendapatkan akses air bersih.
Ketujuh, Jika kita berada di bawah pohon bambu akan terasa sejuk dengan udara yang sangat segar, meskipun terik matahari mengepung daerah di sekitarnya. Saya jadi teringat masa kecil, saat matahari sedang terik-teriknya, saya sering keluar rumah menuju rerimbunan rumpun bambu di tepi sawah untuk menikmati sejuknya iklim mikro yang diciptakannya, dan menghirup dalam-dalam kesegaran oksigen yang dihasilkan tajuknya. Oh, betapa hal yang sangat sulit kudapatkan di Ibukota. Pengen rasanya mengulang masa-masa itu.....
Kedelapan, Bambu ternyata mampu menangkap embun pagi. Pernahkan kalian mengamati daun bambu saat pagi hari. Biasanya daun-daun bambu itu terlihat basah, tak jarang masih terlihat bulir-bulir kecil embun yang belum menguap oleh terpaan mentari pagi. Pantas saja bambu terlihat hijau sepanjang tahun.
 Bambu memang tanaman ajaib, tidak perlu perawatan khusus, tetapi manfaatnya bagi umat manusia tidak bisa dinafikkan begitu saja. Coba di hutan-hutan kota ataupun lahan-lahan kritis (terlantar) di berbagai daerah ditanami bambu, tentu saja akan menjadikan udara kita lebih bersih, air tanah kita bisa lebih lestari, tanah di sempadan sungai tidak mudah tererosi ataupun longsor, dan tentunya kesejukkan yang diciptakannya akan membuat orang-orang betah berlama-lama berada di bawah tajuknya.
Ayo jadikan bambu sebagai tanaman utama dalam konservasi tanah, air, dan udara. Jangan takut dengan mitos rumpun bambu yang lebat bisa menjadi rumah genderuwo ataupun kuntilanak.
Bambu adalah tanaman ajaib yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Sudah selayaknya kita tidak menutup mata akan manfaatnya. Ayo budidayakan dan lestarikan bambu, sebelum punah satu demi satu karena tidak ada generasi muda yang mau menanamnya, tapi cuma ingin menebangnya saja.
Ada tanaman yang murah, mudah hidup, tahan banting, dan efektif lagi untuk konservasi, eh kok malah pilih spesies 'impor' yang seringkali bersifat ekspansif dan mengganggu keseimbangan ekosistem setempat.
Referensi:
Fakultas Kehutanan UGM. 2017. Hutan Bambu sebagai alternatif Konservasi DAS. https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2017/06/21/hutan-bambu-sebagai-alternatif-konservasi-das/ tanggal akses 29 Oktober 2018
Kompas.com. 2014. Lereng Merapi jadi Lahan Budidaya Bambu. https://regional.kompas.com/read/2014/11/06/01183701/Lereng.Merapi.Jadi.Lahan.Budidaya.Bambu tanggal akses 29 Oktober 2018
Republika.co.id.2013.Tahan Awan Panas, Pemkab Sleman Konservasi bambu di Lereng Merapi. https://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/13/10/22/mv2qsg-tahan-awan-panas-pemkab-sleman-konservasi-bambu-di-lereng-merapi tanggal akses 29 Oktober 2018
Wikipedia. 2018. Bambu. https://id.wikipedia.org/wiki/BambuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H