Tak lama kemudian setelah laga babak perpanjangan waktu dimulai, Indonesia kembali unggul lewat gol yang dicetak Irfan Jauhari. Tiba-tiba, kericuhan kembali terjadi dan lebih parah dibandingkan kericuhan jilid I.
Awalnya ofisial Indonesia mau membalas, dengan melakukan selebrasi gol Irfan Jauhari ke arah bench kubu Thailand, namun tidak sampai melewati garis batas bench Thailand, karena jaraknya berdekatan ofisial Thailand gak terima dan menyerang ofisial Indonesia.
Hingga akhirnya Tegar Diokta dan Manajer Timnas U-22 Indonesia, Sumardji menjadi korban aksi brutal ofisial Thailand.
"Saya niatnya itu cuma mau balas selebrasi saja, tidak ada niat untuk memukul." kata Tegar.
"Dari mereka (Thailand) saja yang langsung memukul kami duluan," lanjut Tegar.Â
Dalam posisi yang tidak siap, tegar hanya bisa pasrah dan tidak bisa melawan, ketika ia mendapatkan pukulan dan tendangan dari ofisial Thailand.
"Posisi saya tidak siap dan saya mencoba menjaga muka saya supaya tidak bonyok," kata Tegar.Â
Setelah kejadian memilukan tersebut, Tegar tak berdaya terkapar di belakang bench tim Indonesia. Sayangnya pihak panitia tidak membawa Tegar ke Rumah Sakit terdekat, ia hanya dibawa ke salah satu mobil Ambulans.
Tegar merasakan pusing, karena mendapatkan 10 pukulan dan 2 tendangan dari ofisial Thailand. Setelah merasa kondisinya baik-baik saja ia kemudian keluar dari mobil Ambulans.
Atas kejadian tersebut, Tegar merasa kecewa dengan aksi brutal dari ofisial Thailand, karena mereka tidak bisa mengontrol emosinya. Padahal menurut Tegar, ia hanya melakukan selebrasi tanpa masuk ke garis bench kubu Thailand.
Sangat berbeda jauh, dengan selebrasi kubu Thailand yang sampai masuk ke bench tim Indonesia saat merayakan gol Yotsakon Burapha.