Dalam dua leg laga semifinal, para pemain Timnas Indonesia masih sering salah dalam memberikan umpan. Hal ini bisa jadi karena pemain terburu-buru atau karena memang kualitas umpan pemain kita akurasinya buruk.
Di semifinal leg pertama Yakob Sayuri dan Dendy Sulistyawan gagal memberikan umpan manis kepada rekannya di kotak penalti Vietnam. Padahal jika umpannya sukses, bisa menciptakan peluang berbahaya bagi Indonesia.
Akurasi umpan Timnas Indonesia di semifinal leg kedua malah lebih buruk lagi, hal ini terjadi karena para pemain terburu-buru ingin segera mencetak gol, setelah tertinggal dari Vietnam. Sehingga pemain Skuad Garuda asal-asalan dalam mengirim umpan lambung maupun memberikan umpan pendek.
2. Terlalu Sering Menggocek Bola
Ini juga penyakit lama Timnas Indonesia yang sulit disembuhkan. Menggiring bola merupakan hobi pemain Indonesia sejak ia masuk di SSB. Kebiasaan dari SSB dibawa hingga mereka beranjak dewasa, bahkan hingga masuk ke Timnas.
Bakat alam dan punya skill individu mumpuni, merupakan kelebihan yang dimiliki pemain Indonesia. Di gelaran Piala AFF 2022, sering kali kita lihat, Saddil Ramdani, Marselino Ferdinan, Asnawi Mangkualam, Egy Maulana Vikri dan Ricky Kambuaya (saat lawan Filipina), suka menggocek bola untuk mengelabui lawan.
Terlalu lama memegang bola tidak baik untuk kebaikan, apalagi jika sebuah tim ingin mengutamakan permainan kolektif.
Ketika rekannya telah mencari ruang kosong, tetapi pemain lain masih asyik menggocek bola dan tidak mau memberikan umpan kepada rekannya yang telah berdiri bebas posisinya, maka tim tersebut akan kehilangan momentum dalam melakukan serangan.
Apesnya jika, bola berhasil dicuri lawan, maka hal ini bisa berakibat fatal. Tim lawan bisa melancarkan serangan balik cepat.
Gambaran seperti inilah yang biasa kita lihat selama Piala AFF 2022, dimana para pemain Timnas Indonesia terlalu asyik dalam menggiring bola sehingga melupakan posisi rekannya yang telah berdiri kosong mencari ruang.
Timnas Indonesia bisa mencontoh Vietnam maupun Thailand, bahwa kedua tim tersebut bermain secara kolektif dan tidak mengandalkan skill individu untuk berlama-lama menggocek bola.