Dendy Sulistyawan dan Ricky Kambuaya telah berusaha maksimal untuk membobol gawang Vietnam yang masih perawan, sayangnya upaya keras mereka digagalkan oleh aksi brutal Doan Van Hau dan kepemimpinan wasit asal Oman, Omar Al-Yaqoubi yang berat sebelah.
Coach STY dan seluruh tim, masih optimis menatap laga kedua. Bekal apik, permainan dilaga semifinal pertama menambah rasa percaya diri di dalam tubuh Skuad Garuda.
15 pemain (termasuk pemain pengganti) telah berjuang selama 90 menit di atas lapangan berumput jelek, di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, serta seluruh ofisial dan pelatih memberikan dukungan dari pinggir lapangan.
Semua daya upaya telah dikerahkan untuk membungkam mulut besar Park Hang-seo dan mempermalukan Doan Van Hau, tapi apa daya dua gol Vietnam yang dicetak, Nguyen Tien Linh dimenit ke-3 dan ke-47, menyudahi perlawanan Skuad Garuda.
Tim asuhan Park Hang-seo berhak melaju ke final, sementara Timnas Indonesia tertunduk lesu untuk kembali ke tanah air.
Tak ada yang salah dengan pemain dan pelatih, hanya karena status beda kelas saja, yang menyebabkan Skuad Garuda tersingkir. Vietnam ternyata levelnya masih di atas Indonesia.
Tambahan pemain naturalisasi ternyata belum menjamin sukses instan, kita masih gagal meraih gelar juara Piala AFF. Dan puasa gelar Timnas Indonesia dilevel mayor semakin panjang, yaitu 31 tahun. Kita semua merindukan Timnas Garuda meraih gelar juara.
Siapapun pelatih Timnas Indonesia selanjutnya, masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk mengangkat prestasi Timnas Garuda. Waktu dua tahun saya rasa cukup untuk kembali mencoba meraih gelar juara di Piala AFF 2024.
Baik-buruknya prestasi Indonesia di Piala AFF 2022, kalian telah berjuang hingga menit terakhir demi bendera merah-putih dan lambang garuda di dada. Terimas Kasih Coach STY dan Terima Kasih Timnas Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H