Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terima Kasih Timnas Indonesia

10 Januari 2023   01:22 Diperbarui: 10 Januari 2023   05:01 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Timnas Indonesia. (Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA/via KOMPAS.COM)

Berakhir sudah perjuangan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2022. Langkah Skuad Garuda terhenti dibabak semifinal, setelah menelan kekalahan dari Vietnam pada semifinal leg kedua, dengan skor 0-2. Dengan hasil ini, tim asuhan coach Shin Tae-yong (STY) kalah secara agregat 0-2 (0-0 dan 0-2).

Raihan prestasi Coach STY berarti mengalami kemunduran, setelah di Piala AFF 2020 lalu berhasil membawa Skuad Garuda finish diposisi kedua, karena kalah dari Thailand dibabak final. Selang setahun kemudian, dengan tambahan pemain naturalisasi, seperti Jordi Amat dan Marc Klok, Timnas Indonesia gagal memenuhi target menjadi juara.

Apapun itu kondisinya, ucapan terima kasih layak diberikan kepada para punggawa Timnas Indonesia yang telah berjuang mengharumkan nama bangsa di medan perang Piala AFF 2022.

Para pemain dan coach STY, telah berusaha maksimal untuk menang telak atas Kamboja. Usaha Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman untuk menjebol gawang lawan saat tinggal berhadapan dengan kiper, tidak berbuah gol. Sehingga hasil akhirnya, Timnas Indonesia hanya menang 2-1 atas Kamboja.

Hansamu Yama, juga telah berusaha untuk menambah pundi-pundi gol melawan Brunei Darussalam, tapi upayanya di depan gawang lawan yang kosong masih gagal membuahkan gol, sehingga Timnas Garuda hanya menang dengan skor 7-0.

Witan Sulaeman juga telah mengarahkan bola ke gawang Thailand yang tak terjaga, sayangnya sepakan kaki kirinya masih meleset dan tidak berbuah gol, sehingga skuad garuda gagal mengalahkan 10 pemain Thailand. Hasil akhir pun 1-1 saat melawan tim gajah perang.

Ricky Kambuaya juga telah berusaha untuk mencetak gol spektakuler, dengan mencoba menggiring bola dari tengah lapangan menuju kotak penalti Filipina, tapi kesigapan bek Filipina dalam mengawal Ricky Kambuaya, menggagalkan upayanya untuk menambah gol untuk Indonesia, sehingga Skuad Garuda hanya menang dengan skor 2-1.

Dengan semua jerih payah seluruh tim, akhirnya Timnas Indonesia hanya menduduki posisi sebagai runner up grup A, karena kalah selisih gol dari Thailand. Dan terpaksa harus bertemu lawan berat Vietnam di babak semifinal.

Vietnam merupakan lawan tangguh bagi Skuad Garuda, karena level tim berjuluk Golden Star Warriors sudah bukan ASEAN lagi, tapi levelnya sudah 12 top tim Asia.

Pada semifinal leg pertama, tim asuhan Coach STY tampil apik, meski pada akhirnya harus puas bermain imbang dengan skor 0-0.

Dendy Sulistyawan dan Ricky Kambuaya telah berusaha maksimal untuk membobol gawang Vietnam yang masih perawan, sayangnya upaya keras mereka digagalkan oleh aksi brutal Doan Van Hau dan kepemimpinan wasit asal Oman, Omar Al-Yaqoubi yang berat sebelah.

Coach STY dan seluruh tim, masih optimis menatap laga kedua. Bekal apik, permainan dilaga semifinal pertama menambah rasa percaya diri di dalam tubuh Skuad Garuda.

15 pemain (termasuk pemain pengganti) telah berjuang selama 90 menit di atas lapangan berumput jelek, di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, serta seluruh ofisial dan pelatih memberikan dukungan dari pinggir lapangan.

Semua daya upaya telah dikerahkan untuk membungkam mulut besar Park Hang-seo dan mempermalukan Doan Van Hau, tapi apa daya dua gol Vietnam yang dicetak, Nguyen Tien Linh dimenit ke-3 dan ke-47, menyudahi perlawanan Skuad Garuda.

Tim asuhan Park Hang-seo berhak melaju ke final, sementara Timnas Indonesia tertunduk lesu untuk kembali ke tanah air.

Tak ada yang salah dengan pemain dan pelatih, hanya karena status beda kelas saja, yang menyebabkan Skuad Garuda tersingkir. Vietnam ternyata levelnya masih di atas Indonesia.

Tambahan pemain naturalisasi ternyata belum menjamin sukses instan, kita masih gagal meraih gelar juara Piala AFF. Dan puasa gelar Timnas Indonesia dilevel mayor semakin panjang, yaitu 31 tahun. Kita semua merindukan Timnas Garuda meraih gelar juara.

Siapapun pelatih Timnas Indonesia selanjutnya, masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk mengangkat prestasi Timnas Garuda. Waktu dua tahun saya rasa cukup untuk kembali mencoba meraih gelar juara di Piala AFF 2024.

Baik-buruknya prestasi Indonesia di Piala AFF 2022, kalian telah berjuang hingga menit terakhir demi bendera merah-putih dan lambang garuda di dada. Terimas Kasih Coach STY dan Terima Kasih Timnas Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun