Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Blunder Fatal Shin Tae-yong Harus Dibayar Mahal

3 Januari 2023   04:03 Diperbarui: 7 Maret 2023   09:16 173523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shin Tae-yong (STY) melakukan blunder fatal yang berakibat Timnas Indonesia gagal meraih status sebagai juara grup A. Meski meraih hasil positif dengan mengalahkan tim tuan rumah Filipina, tetapi pada akhirnya Thailand berhasil menyalip Timnas Garuda ditikungan terakhir.

Selama 90 menit jalannya pertandingan, beberapa kali terjadi pergeseran posisi di puncak klasemen, dan pada akhirnya gol Teerasil Dangda dimenit ke-90 memantapkan posisi Thailand di puncak klasemen.

Thailand berhasil menaklukkan Kamboja dengan skor 3-1, sementara Timnas Indonesia mengalahkan Filipina dengan skor tipis 2-1.

Dengan hasil akhir ini,  Thailand dan Indonesia sama-sama mengemas 10 poin, hanya saja tim Gajah Perang unggul dalam hal selisih gol. Selanjutnya pada babak semifinal, Thailand menunggu lawan runner up grup B dan Timnas Indonesia akan menantang juara grup B.

Baru kali ini Timnas Indonesia meraih hasil kemenangan tetapi rasanya seperti menelan kekalahan. Hal ini disebabkan karena Timnas Garuda punya kans untuk meraih predikat sebagai juara grup A, tetapi kesempatan itu lepas begitu saja.

Blunder Coach STY, harus dibayar mahal, karena pada akhirnya Timnas Garuda hanya menempati posisi runner up grup.

Dengan status sebagai runner up grup A, besar kemungkinan Timnas Indonesia akan menghadapi lawan kuat Vietnam. Vietnam yang dilaga terakhir hanya melawan Myanmar, diprediksi akan meraih kemenangan dan keluar sebagai pemuncak klasemen grup B.

Andai boleh memilih lawan di babak semifinal, tentu saja pilihan terbaik adalah Singapura atau Malaysia, karena kedua lawan tersebut merupakan pilihan masuk akal melihat kondisi Timnas Indonesia saat ini yang kurang ideal.

Melihat performa Timnas Indonesia dalam 4 laga babak penyisihan grup A, kualitas skuad asuhan Coach STY masih di bawah tim asuhan pelatih Park Hang-seo.

Bukan bermaksud pesimis atau meremehkan Timnas Indonesia, tapi kita berbicara fakta dan realita di atas lapangan.

Kalau masalah doa dan dukungan, 100 persen Bung Arson akan memberikan support maksimal kepada Timnas Indonesia. Harapannya, siapapun lawan Timnas Garuda dibabak semifinal kita hajar!!!.

Lalu blunder apa yang dilakukan Coach STY saat melawan Filipina?

Seusai laga lawan Filipina, dalam jumpa pers, Coach STY mengaku sangat kecewa dengan performa Timnas Indonesia, meski pada akhirnya lolos ke semifinal.

Coach STY kecewa karena para pemain menyia-nyiakan beberapa peluang emas yang tidak bisa bersarang ke gawang Filipina. Coach STY juga kecewa berat, ketika melihat momen Ricky Kambuaya tidak memberikan umpan kepada Ilija Spasojevic.

Ricky Kambuaya terlihat egois, ingin memaksakan diri mencetak gol dengan melewati pemain Filipina. Tetapi usahanya tersebut gagal, padahal posisi Spaso berdiri bebas. Andai Ricky Kambuaya sedikit saja menahan rasa egoisnya, dengan mengoper bola kepada Spaso, mungkin hasil akhirnya akan berbeda.

Sejak laga lawan Kamboja, hingga terakhir lawan Filipina, Coach STY menyadari bahwa kekurangan Timnas Indonesia lemah dalam penyelesaian akhir. Tetapi kenapa hal ini terus saja berulang?

Coach STY sebagai pelatih, bertanggung jawab atas masalah ini. Seharusnya ia memberikan porsi latihan lebih dalam hal finishing.

Beri porsi latihan khusus soal penyelesaian akhir, semua pemain dari bek hingga penyerang diberikan menu tambahan ini. Hal ini perlu dilakukan agar pemain bisa menemukan feeling yang pas, ketika melakukan eksekusi penyelesaian akhir dipertandingan resmi.

Sehingga pemain Skuad Garuda tidak membuang-buang peluang emas yang didapatkannya.

Tercatat dilaga lawan Filipina, ada 3 peluang emas yang seharusnya tercipta "99 persen" gol, yaitu peluang emas milik Dendi Sulistyawan, Fachruddin Aryanto dan Egy Maulana Vikri.

Blunder Coach STY lainnya, tidak efektif dalam melakukan pergantian pemain. Dalam dua pertandingan terakhir, pergantian pemain yang dilakukan Coach STY tidak memberikan dampak positif dalam permainan tim.

Saat lawan Thailand, ketika unggul 1-0 dan unggul jumlah pemain, perubahan taktik yang dilakukan Coach STY dengan memasukkan beberapa pemain pengganti tidak memberikan dampak kejutan. Hasilnya malah Indonesia kebobolan gol dan harus puas dengan hasil seri 1-1.

Hal yang sama terjadi ketika melawan Filipina, saat posisi unggul 2-0 dan sedang menguasai jalannya pertandingan. Masuknya Egy Maulana Vikri dan Yakob Sayuri malah mengendurkan serangan Skuad Garuda.

Hasilnya Timnas Indonesia malah kebobolan dimenit ke-83, melalui gol yang dicetak Jens Sebastian Rasmussen. Gol ini dicetak melalui sundulan yang gagal diantisipasi oleh Fachruddin Aryanto dan Rizky Ridho.

Dan proses gol ini, jadi blunder Coach STY berikutnya. Sejak awal pertandingan, pola permainan Filipina selalu mengandalkan bola lambung dan umpan silang. Seharusnya Coach STY memberikan instruksi kepada pemain belakang untuk menjaga wilayah sisi sayap pertahanan Indonesia agar pemain Filipina tidak mudah melepaskan umpan silang.

Dan memberikan instruksi kepada Fachruddin Aryanto dan Rizky Ridho untuk melakukan man to man marking kepada penyerang Filipina.

Selain itu dalam situasi lawan Filipina, Coach STY harus berani memberikan kesempatan kepada Ramadhan Sananta dibabak kedua, karena pemain ini mempunyai kecepatan dan punya naluri mencetak gol.

Melihat permainan Spaso dalam 3 laga saat lawan Kamboja, Brunei Darussalam dan Filipina, sangat terlihat jika Spaso kesulitan bermain dengan skema permainan yang diinginkan Coach STY. Sehingga memasukkan Spaso pada babak kedua bukan pilihan yang tepat. Spaso bukan super sub yang bisa mengubah jalannya laga dibabak kedua.

Apakah Coach STY mulai kehilangan daya magisnya sebagai pelatih Timnas Indonesia, sehingga ia tidak bisa membaca situasi permainan dengan baik. Hal ini tidak boleh terjadi dibabak semifinal.

Selain karena blunder Coach STY, para pemain juga ikut andil dengan raihan status runner up grup ini. Pemain Timnas Indonesia masih sering salah mengumpan dan terlalu egois. Seringkali pemain Indonesia kehilangan momentum dalam mengumpan. Sehingga bola dengan mudah bisa direbut pemain Filipina dan menghasilkan serangan balik berbahaya.

Coach STY harus segera melakukan evaluasi dan perbaikan segera jelang laga semifinal, agar segala kelemahan dan kekurangan bisa di atasi dengan baik. Kesalahan sekecil apapun yang dibuat oleh pelatih maupun pemain saat laga semifinal bisa berakibat fatal.

Siapapun lawannya nanti dibabak semifinal, pelatih dan pemain Indonesia tidak boleh melakukan kesalahan. Mudah-mudahan Timnas Indonesia bisa melaju ke babak final Piala AFF 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun