Saat lawan Thailand, ketika unggul 1-0 dan unggul jumlah pemain, perubahan taktik yang dilakukan Coach STY dengan memasukkan beberapa pemain pengganti tidak memberikan dampak kejutan. Hasilnya malah Indonesia kebobolan gol dan harus puas dengan hasil seri 1-1.
Hal yang sama terjadi ketika melawan Filipina, saat posisi unggul 2-0 dan sedang menguasai jalannya pertandingan. Masuknya Egy Maulana Vikri dan Yakob Sayuri malah mengendurkan serangan Skuad Garuda.
Hasilnya Timnas Indonesia malah kebobolan dimenit ke-83, melalui gol yang dicetak Jens Sebastian Rasmussen. Gol ini dicetak melalui sundulan yang gagal diantisipasi oleh Fachruddin Aryanto dan Rizky Ridho.
Dan proses gol ini, jadi blunder Coach STY berikutnya. Sejak awal pertandingan, pola permainan Filipina selalu mengandalkan bola lambung dan umpan silang. Seharusnya Coach STY memberikan instruksi kepada pemain belakang untuk menjaga wilayah sisi sayap pertahanan Indonesia agar pemain Filipina tidak mudah melepaskan umpan silang.
Dan memberikan instruksi kepada Fachruddin Aryanto dan Rizky Ridho untuk melakukan man to man marking kepada penyerang Filipina.
Selain itu dalam situasi lawan Filipina, Coach STY harus berani memberikan kesempatan kepada Ramadhan Sananta dibabak kedua, karena pemain ini mempunyai kecepatan dan punya naluri mencetak gol.
Melihat permainan Spaso dalam 3 laga saat lawan Kamboja, Brunei Darussalam dan Filipina, sangat terlihat jika Spaso kesulitan bermain dengan skema permainan yang diinginkan Coach STY. Sehingga memasukkan Spaso pada babak kedua bukan pilihan yang tepat. Spaso bukan super sub yang bisa mengubah jalannya laga dibabak kedua.
Apakah Coach STY mulai kehilangan daya magisnya sebagai pelatih Timnas Indonesia, sehingga ia tidak bisa membaca situasi permainan dengan baik. Hal ini tidak boleh terjadi dibabak semifinal.
Selain karena blunder Coach STY, para pemain juga ikut andil dengan raihan status runner up grup ini. Pemain Timnas Indonesia masih sering salah mengumpan dan terlalu egois. Seringkali pemain Indonesia kehilangan momentum dalam mengumpan. Sehingga bola dengan mudah bisa direbut pemain Filipina dan menghasilkan serangan balik berbahaya.
Coach STY harus segera melakukan evaluasi dan perbaikan segera jelang laga semifinal, agar segala kelemahan dan kekurangan bisa di atasi dengan baik. Kesalahan sekecil apapun yang dibuat oleh pelatih maupun pemain saat laga semifinal bisa berakibat fatal.
Siapapun lawannya nanti dibabak semifinal, pelatih dan pemain Indonesia tidak boleh melakukan kesalahan. Mudah-mudahan Timnas Indonesia bisa melaju ke babak final Piala AFF 2022.